Hiperttensi atau tekanan darah tinggi bisa merusak semua organ tubuh.
Dan kabar baru juga, hipertensi ternyata menjadi salah satu faktor risiko terjadinya demensia atau kepikunan pada usia lanjut.
Hipertensi usia muda yang tidak terkontrol faktor risiko pikun di usia senja.
Hipertensi turut memengaruhi kerusakan pembuluh darah di otak yang memicu terjadinya stroke apabila tidak terkontrol.
Selain itu, sejumlah penelitian menemukan bahwa hipertensi juga bisa merusak sel-sel di otak yang terkait dengan fungsi kognitif.
Kerusakan tersebut bisa berlanjut menjadi demensia.
Berdasarkan penelitian wanita pun lebih berisiko demensia akibat hipertensi.
Penelitian menemukan, wanita yang terkena stoke berpotensi mengalami demensia tujuh kali lipat dibanding pria yang hanya berisiko empat kali lipat.
hipertensi bisa menyerang di usia muda. Apalagi jika memiliki riwayat keluarga yang terkena hipertensi.
Pemeriksaan tekanan darah secara rutin membantu menemukan penyakit hipertensi sejak dini.
Dengan begitu, tekanan darah pun bisa dikontrol sejak dini.
Meski demikian, langkah terbaik adalah mencegah jangan sampai terkena hipertensi.
Mulailah pola makan sehat dengan membatasi asupan garam, tidak merokok, hingga olahraga secara teratur.
Penyakit stroke pasti sudah tak asing di telinga.
Penyakit yang menyerang pembuluh darah di otak ini menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Penyakit ini pun tak luput dari sejumlah mitos.
Terkena stroke bukan berarti sudah takdir.
Stroke adalah penyakit yang bisa dicegah, utamanya dengan pola hidup sehat. Selain menjaga pola makan, stroke bisa dicegah dengan rajin olahraga dan tidak merokok.
Siapa bilang stroke tidak bisa diobati.
Faktanya, orang yang terkena stroke bisa diobati dengan tindakan medis dan terapi. Untuk itu, ketika mengalami gejala awal stroke, jangan tunda pergi ke dokter untuk mencegah kerusakan lebih luas
Jadi tak perlu pasrah ketika terserang stroke.
Anggapan stroke hanya menyerang orangtua juga hanya mitos. Faktanya, stroke bisa menyerang anak muda, misalnya karena genetik maupun gaya hidup tidak sehat.
Sering makan junk food, merokok, malas olahraga, itu bisa meningkatkan risiko stroke.
Pernyataan ini jelas salah atau mitos karena stroke terjadi di pembuluh daeah di otak. Ada stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak. Ada pula karena penyumbaatan di pembuluh darah di otakm
hipertensi memang dapat meningkatkan risiko stroke. Meski demikian bukan berarti pasien yang tidak memiliki hipertensi terbebas dari stroke. Pasien yang tidak hipertensi, tetai gaya hidupnya tak sehat dan ada faktor risiko penyakit lain juga berpotensi hipertensi.
Semakin banyak orang sehat yang menderita tekanan darah tinggi namun tidak terdeteksi, sebuah penelitian dalam American Heart Association jurnal Circulation memperingatkan.
Para peneliti dari Stony Brook dan Columbia University menganalisis orang orang dengan cacatan tekanan darah yang normal.
Namun, ketika peneliti melakukan pantauan tekanan darah selama dua puluh empat jam, hampir dua puluh0 persen dari peserta ternyata menderita tekanan darah tinggi.
Temuan, menunjukkan bahwa pemantauan dua puluh empat jam lebih efektif ketimbang pemeriksaan tekanan yang dilakukan on the spot di rumah sakit.
Keadaan ini dikenal sebagai hipertensi bertopeng, yaitu ketika seseorang memiliki hasil pemeriksaan tekanan darah sehat di hadapan dokter, tetapi menampilkan tekanan darah yang berbeda di waktu lainnya, seperti malam hari.
Menariknya, risiko terbesar hipertensi yang tak terdeteksi ini dialami oleh orang-orang muda, terutama pria.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat memiliki gejala tidak terlihat. Tetapi jika tidak diobati, dapat meningkatkan risiko kesehatan serius seperti serangan jantung dan stroke.
“Tekanan darah tinggi yang terus-menerus dapat berpotensi mengancam nyawa, seperti penyakit jantung, serangan jantung, stroke, gagal jantung, penyakit arteri perifer, aneurisma aorta, penyakit ginjal, demensia vaskular,” kata Dr Schwartz, penulis utama, Profesor Psikiatri dan Sosiologi di Stony Brook dan Dosen di Universitas Columbia.
Untungnya, hipertensi dapat dengan mudah diobati dengan perubahan gaya hidup. Pilihan makan sehat serta rutinitas olahraga dapat secara drastis mengurangi risiko serangan jantung, stroke dan demensia.
Tetapi karena tekanan darah tinggi memiliki begitu sedikit gejala, banyak yang tidak tahu sampai mereka merasakan sakit.