Malas bergerak?
Ya, Anda harus hati-hati dengan kebiasaan ini.
Alasanya, malas bergerak kini dicatatkan sebagai pemicu terbesar kematian di dunia.
Seperti ditulis laman kesehatan terkenal “hello sehat” hari ini, Jumat, 17 November, malas bergerak atau dikenal dengan gaya hidup sedentari menjadi penyebab tingginya angka kematian.
Malas bergerak ini akan terjadi bila Anda sedang membaca tulisan ini sambil bersantai di tempat duduk atau sambil tiduran di kasur.
Mungkin Anda juga sudah duduk atau tiduran sejak beberapa jam lalu.
Cobalah untuk mengingat-ingat, kapan Anda bangkit dari tempat duduk dan melakukan aktivitas fisik tertentu?
Jika Anda kesulitan mengingatnya, bisa jadi Anda adalah salah satu dari ratusan juta penduduk dunia yang menjalani gaya hidup sedentari atau yang sering juga disebut malas gerak.
Gaya hidup sedentari adalah pola perilaku manusia yang minim aktivitas atau gerakan fisik.
Biasanya mereka yang menjalani gaya hidup sedentari adalah pekerja kantoran yang hampir sepanjang hari duduk di balik meja kerja.
Perjalanan menuju kantor dari rumah pun biasanya ditempuh dengan kendaraan umum atau pribadi yang berarti juga duduk sepanjang jalan. Sesampainya di rumah setelah bekerja seharian, banyak pekerja kantoran yang langsung beristirahat di sofa, kasur, atau kursi malas untuk melepas lelah.
Belum lagi jika Anda sering memanfaatkan layanan pembelian barang, makanan, atau jasa secara online, pesanan langsung diantar ke depan pintu rumah.
Selain itu, banyak orang saat ini memilih untuk mengakses layanan perbankan online, misalnya untuk transfer uang atau membayar tagihan.
Sementara pada zaman dahulu, orang harus berjalan keluar rumah untuk menyelesaikan berbagai urusan tersebut.
Inilah yang menyebabkan generasi muda sering dicap sebagai orang-orang yang malas gerak.
Malas gerak adalah kebiasaan yang perlu diubah. Namun, bagi beberapa orang kebiasaan tersebut sudah menjadi bagian dari rutinitas harian sehingga mereka terlanjur merasa nyaman.
Anda mungkin memang tak akan merasakan langsung risiko dari gaya hidup sedentari. Dampak dari gaya hidup sedentari baru akan mulai terasa bertahun-tahun setelah Anda terbiasa menjalani rutinitas tersebut.
Menurut Badan Kesehatan Dunia atau WHO, gaya hidup sedentari adalah salah satu dari 10 penyebab kematian terbanyak di dunia.
Selain itu, data yang dilaporkan oleh European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition pada tujuh tahun silam menunjukkan bahwa kematian akibat kebiasaan malas gerak jumlahnya dua kali lebih banyak dibandingkan kematian karena obesitas.
Jika gaya hidup sedentari diikuti dengan pola makan yang tidak seimbang dan kebiasaan tidak sehat seperti merokok atau minum alkohol, Anda pun berisiko mengalami lebih banyak masalah kesehatan.
Walau kadang tidak disadari, kebanyakan duduk seharian dan kurang bergerak berdampak secara langsung pada kesehatan.
Berbagai risiko yang harus diperhatikan jika Anda termasuk orang yang malas gerak.
Ketika seseorang bekerja sambil duduk, tulang belakang akan jadi tegang karena terlalu lama membungkuk atau melengkung.
Oleh karenanya, paru-paru tidak akan mendapatkan ruang untuk mengembang cukup besar.
Jika paru-paru terimpit, seluruh tubuh akan menerima kadar oksigen yang lebih sedikit, apalagi karena sirkulasi juga akan terganggu kalau tidak cukup bergerak.
Kurangnya oksigen yang diterima otak bisa menyebabkan turunnya konsentrasi. Bekerja pun jadi lebih sulit dan tidak fokus.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Aerobics Research Center di Amerika Serikat menunjukkan bahwa aktivitas fisik mampu mengurangi risiko stroke pada pria hingga sebesar 60 persen.
Penelitian lain yang diterbitkan dalam Nurses’ Health Study membuktikan bahwa wanita yang cukup bergerak atau beraktivitas fisik memiliki peluang terhindar dari stroke dan serangan jantung sebesar lima puluh persen
Maka, orang yang terlalu sering duduk bekerja atau bermalas-malasan di depan layar komputer memiliki risiko cukup besar mengalami stroke.
Mereka yang menjalani gaya hidup sedentari atau malas gerak cenderung lebih mudah mengalami berbagai gangguan fungsi kognitif dalam jangka panjang.
Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan fungsi otak menurun.
Aktivitas fisik mampu merangsang aliran darah yang penuh oksigen menuju otak serta memperbaiki sel dan jaringan otak yang mulai rusak.
Bergerak dan berolahraga juga akan menumbuhkan berbagai sel saraf baru dalam otak. Hal ini membuat otak semakin tajam dan daya ingat semakin kuat.
Kalau Anda menghabiskan kira-kira tujuh puluh persen dari waktu seharian dengan duduk dan tiduran, Anda berisiko mengalami resistensi insulin.
Kondisi ini menyebabkan meningkatnya kadar gula dalam darah sehingga peluang terserang diabetes pun meningkat.
Apalagi, biasanya sambil duduk atau tiduran, orang-orang cenderung mencari camilan yang kurang sehat.
Camilan tersebut bisa jadi mengandung gula yang sangat tinggi, misalnya es krim, permen, cokelat, atau minuman kemasan yang manis.
Tubuh manusia sudah dirancang sedemikian rupa untuk terus bergerak secara aktif agar bisa bertahan diri.
Otot dan tulang harus dilatih setiap hari agar tetap sehat dan kuat. Kebiasaan malas gerak akan membuat tubuh kehilangan massa otot. Kepadatan tulang juga akan berkurang drastis.
Jika dibiarkan, kondisi tersebut akan mengarah pada osteoporosis. Akibatnya, menjalani aktivitas sehari-hari pun jadi lebih sulit karena Anda semakin lemas dan cepat lelah.
Anda bisa menghindari risiko-risiko yang diakibatkan oleh kebiasaan malas gerak dengan cara meningkatkan aktivitas fisik sehari-hari.