Spotify dikabarkan tengah menguji aplikasi baru yang berdiri sendiri di sistem operasi Android.
Aplikasi yang akan dinamai Stations tersebut mengedepankan fitur streaming lagu dengan konsep daftar putar yang cepat dan mudah.
Perusahaan yang berkantor di Stockholm, Swedia tersebut mengklaim Stations merupakan cara termudah untuk mendengerkan musik secara gratis.
Spotify juga mengungkapkan bahwa aplikasi ini merupakan proyek eksperimen perusahaan.
Stations dikabarkan hanya dapat digunakan di Australia, meski ia sudah mulai muncul di toko aplikasi Google Play Store.
Dari segi desain, Stations terlihat ingin menyingkirkan prosedur yang rumit yang harus ditempuh pengguna saat ingin mendengarkan musik melalui aplikasi.
Hal ini seakan dibenarkan oleh Spotify yang menyatakan Stations dapat langsung memutarkan lagu sesaat setelah aplikasi dibuka.
Selain itu, Stations juga menampilkan tulisan pilihan daftar putar lagu dalam format huruf yang besar yang membuat pengguna lebih mudah membacanya. Untuk mencari jenis musik yang ingin didengarkan, pengguna cukup menggulir layar ke atas dan ke bawah.
Hal ini dibuat agar pengguna tidak perlu repot mencari atau mengetik untuk menemukan jenis musik yang disukai.
Meski demikian, Stations memiliki beberapa kelemahan.
Pengguna gratis tetap akan menemukan iklan dalam aplikasi Stations dan tidak tersedianya pilihan untuk berpindah lagu, bahkan bagi pengguna layanan premium.
Bagi pengguna setia Spotify yang sudah akrab dengan daftar putar lagu yang dapat dimodifikasi sendiri seperti Discover Weekly dan Release Radar, Stations juga menyediakan layanan yang sama.
Layanan tersebut memungkinkan penggunanya menentukan daftar putar lagu mana yang muncul dan yang disembunyikan dari menu utama.
Meski demikian, pengguna tidak dapat membuat daftar putar lagu baru di platform tersebut.
Stations adalah salah satu strategi tepat yang dilancarkan Spotify dalam menghadapi kompetisi platform streaming musik.
Selain itu, Stations hadir sebagai pilihan baru bagi pengguna Pandora yang membutuhkan platform yang mudah dan nyaman digunakan.
Sementara itu, Spotify mengumumkan telah mengumpulkan tujuh puluh juta pelanggan berbayar di platform musik streaming miliknya.
Angka ini merupakan setengah dari total pengguna aktif Spotify yang mencapai seratus empat puluh juta pengguna.
Ini berarti perusahaan asal Swedia itu berhasil menambah sepuluh juta pengguna berbayar dalam lima bulan terakhir.
Sebelumnya, pada akhir Juni lalu, Spotify mengumumkan telah mendapat enam puluh juta pengguna berbayar.
Dengan perolehan angka ini, Spotify semakin melampaui pelanggan Apple Music yang diklaim telah mencapai tiga puluh juta pengguna berbayar pada September lalu.
Sebelumnya, Spotify mencatat peningkatan sepuluh juta pengguna berbayar dalam lima bulan direntang waktu yang sama. Pengguna naik dari lima puluh juta menjadi enam puluh juta pengguna berbayar dalam lima bulan.
Peningkatan dari 40 juta pengguna berbayar ke angka lima puluh juta juga berhasil diraih dalam rentang waktu serupa sebelumnya, demikian diberitakan CNet.
Penambahan pengguna berbayar ini juga sedikit banyak didukung oleh promo yang diberikan perusahaan streaming musik itu.
Sebab, di Indonesia pun belakangan Spotify memberikan promo untuk berlangganan musik versi premium miliknya.
Pengguna ditawarkan berlangganan versi premium alias berbayar untuk tiga bulan
Namun, jika melihat pertumbuhan pengguna yang signifikan dari bulan-bulan sebelumnya, bisa jadi perusahaan ini berhasil menjaga para pengguna berbayarnya agar kembali beralih jadi pengguna ‘gratis’ dan terus menjadi pelanggan berbayar.
Selain itu, Spotify juga kabarnya tengah mengusahakan agar bisa melepas saham ke publik
Namun, sebelum rencana ini terlaksana, Spotify tengah dijegal oleh kasus hukum.
Ia dituntut oleh label rekaman sejumlah artis asal Amerika Serikat. Mereka menuduh Spotify tidak membayar lisensi musik artis-artis yang bernaung di bawah label itu dengan adil.
Belakangan, Spotify juga dikabarkan telah memperbarui perjanjian lisensi dengan sejumlah label besar seperti Sony Music, Universal Music Group, dan Warner Music Group.
Pembaruan perjanjian ini termasuk soal pembayaran royalti dan hak label untuk tidak mengedarkan album musik baru di versi gratis dalam jangka waktu tertentu, seperti disebutkan The Verge.