Penyerang Liverpool, Sadio Mane mengaku mewaspadai performa Manchester United.
Dia khawatir MU bisa memberikan perlawanan berat dan tampil maksimal di depan pendukungnya sendiri.
Liverpool akan menghadapi Manchester United di lanjutan ajang Premier League. Laga tersebut akan dihelat di Old Trafford, Sabtu 10 Maret.
Kemenangan menjadi harga mati bagi kedua tim untuk bisa mengamankan posisi kedua klasemen. Seperti yang diketahui kedua tim hanya berselisih satu poin di papan klasemen.
“Tidak akan mudah menghadapi MU, sejujurnya mereka adalah salah satu yang terbaik di Inggris dan tentunya juga di dunia. Namun kami akan berusaha,” kata Mane, seperti dilansir Skysports.
“Ini adalah mimpi dari setiap pemain untuk tampil di laga berat. Kami akan berjuang keras,” tutur dia.
Laga krusial ini akan tersaji di lanjutan ajang Premier.
Pemain bertahan Setan Merah, Chris Smalling mengaku antusias menyambut laga tersebut. Dia pun mengharapkan tuah Old Trafford
Seperti yang diketahui, The Red Devils tampil impresif di tujuh pertandingan terakhirnya di Old Trafford, dengan rincian lima kemenangan dan satu hasil imbang.
“Kami mendapat kemenangan dan kembali menyalip Liverpool. Kami memiliki tiga laga kandang yang baik di tiga kompetisi berbeda,” kata Smalling, seperti dilansir situs resmi klub.
“Jika kami tampil di Old Trafford segalanya menjadi mungkin. Ini adalah laga spesial menghadapi Liverpool, kami akan menunggu mereka,” lanjut dia.
Sepakbola Inggris selalu akan tidak lengkap jika tidak menyajikan pertemuan antara dua rival abadi, Manchester United dengan Liverpool.
Tapi apakah anda tahu bagaimana rivalitas itu terbangun? I
Rivalitas antara MU dengan Liverpool biasanya disebut sebagai North West Derby atau derby Barat Laut, karena kedua daerah tersebut berada di Barat Laut kepulauan Inggris.
Namun, persaingan keduanya juga diakibatkan persaingan antara industri kedua kota yang memuncak saat revolusi industri.
Persaingan antara Manchester dengan Liverpool bisa dibilang sebagai ekses dari kedekatan kedua kota dalam segi bisnis sejak era lalu
Manchester dikenal dengan kehebatannya di bidang manufaktur, sedangkan Merseyside tersohor dengan pelabuhannya, yang jadi bagian penting negara Inggris saat itu.
Di sisi sepakbola, Liverpool lebih dulu merasakan sukses dalam rentang waktu panjang, dengan memenangkan sebelas gelar Liga Inggris plus empat trofi Juara Eropa.
Namun, mulai musim sembilan puluhan sukses berbalik jadi milik Red Devils. Di bawah Sir Alex Ferguson, MU sukses meraih dua belas gelar Premier League dan dua trofi Liga Champions.
Pergesekan antara keduanya pun semakin terpercik setelah dua musim lalu MU berhasil menggeser Liverpool dari pemilik gelar Liga Inggris terbanyak sepanjang sejarah.
Pasukan Old Trafford sudah mengemas sembilan belas trofi juara, sedangkan The Reds hanya delapan belas
Panasnya gengsi antara kedua tim ini pun ikut membuat tribun kedua suporter panas.
Saling ejek bahkan perkelahian kecil kerap terjadi antara kedua pendukung, apalagi setelah para Manchunian sukses melewati torehan gelar para Scousers (julukan untuk orang-orang asal Liverpool.
Persaingan kental antara klub dan suporter ternyata merembet sampai level para pemain.
Sebut saja kala Liverpool masih diisi Steven Gerrard yang memiliki berbagai koleksi kostum di rumahnya, namun ia pernah bersumpah tidak akan pernah memajang satu kostum MU pun.
Sedangkan di kubu MU, saat itu, Wayne Rooney memang dikenal sangat tidak menyukai Liverpool merah.
Pasalnya, Wazza sudah didik di klub sekota Liverpool, Everton, sejak kecil jadi pantas rasa kebencian itu sudah tertanam.
Yang teranyar terjadi pada musim enam tahun lalu ketika Luis Suarez tersandung kasus rasisme usai mengejek Patrice Evra.
Keduanya pun menolak berjabat tangan pada laga selanjutnya, yang membuat pemain-pemain MU panas. Namun, pada laga di Anfield nanti kemungkinan besar keduanya akan kembali berjabat tangan.
Panasnya derby Barat Laut itu nampaknya akan sedikit mereda pada laga hari Sabtu malam, silam, nanti karena akan digunakan oleh Liverpool
Setelah menjadi kambing hitam selama dua puluh tiga tahun, akhirnya suporter The Reds dinyatakan tidak bersalah oleh tim panel independen pekan lalu. Menginginkan keadilan, Anfield pun siap jadi panggung meminta keadilan.