Laman media “biznis insider” hari ini, Minggu, 24 Juni menulias tentang adanya perubahan tren menonton video online melalui ponsel pintar atau smartphone .
Menurut “insider,” di kuartal pertama dua tahun perusahaan analisis video Ooyala melakukan survei terhadap penggunanya yang tersebar di seluruh dunia.
Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa lima puluh lima persen orang cenderung menonton video pendek yang berdurasi di bawah lima menit.
Dua puluh sembilan persen orang lebih menyukai video panjang berdurasi di atas dua puluh menit, dan enam belas persen sisanya lebih sering menonton video berdurasi sedang, yakni lima hingga dua puluh menit.
Namun, tren tersebut berubah dalam kurun waktu dua tahun terakhir.
Tahun ini, Ooyola melakukan survei serupa, dan mendapatkan hasil yang sangat berbeda.
Sekitar lima puluh empat persen orang kini cenderung menghabiskan waktunya menonton video-video berdurasi panjang.
Tiga puluh delapan persen tetap memilih video berdurasi pendek, dan tinggal sembilan persen orang yang lebih menyukai video berdurasi sedang.
Dikutip dari Business Insider, tren ini bisa jadi salah satu alasan Instagram dan Facebook meluncurkan fitur video panjangnya, IGTV.
Instagram lalu secara resmi memperkenalkan IGTV. Fitur baru ini memungkinkan pengguna Instagram untuk membagikan video hingga durasi satu jam dengan resolusi 4K.
Walaupun sekarang IGTV belum menerima pengiklan, tetapi CEO Instagram Kevin Systrom mengatakan suatu saat iklan bisa masuk ke IGTV agar para pembuat konten bisa mengantongi keuntungan.
Jika nantinya hal ini terjadi, maka tidak hanya kompetitor seperti Snapchat saja yang berada dalam posisi bahaya, tetapi juga YouTube sebagai platform untuk video-video berdurasi panjang
Sementara itu Instagram akan menampilkan berapa lama waktu yang telah dihabiskan pengguna untuk mengakses Instagram.
CEO Instagram Kevin Systrom mengonfirmasi jika fitur tersebut saat ini tengah dalam proses uji coba dan memerlukan perbaikan minor sebelum resmi diluncurkan.
“Kami sedang mengembangkan sebuah fitr yang bisa membantu pengguna Instagram untuk mengetahui berapa lama waktu yang dihabiskan untk mengakses aplikasi ini,” tulis Kevin melalui cuitannya seperti mengutip Techcrunch.
“Memahami bagaimana dampak akses online memengaruhi penggunanya sangat penting, dan itu jadi tanggung jawab perusahaan untuk mengungkap secara jujur soal ini. Kami ingin menjadi ambil bagian untuk mengatasi solusi tersebut dan akan bertanggung jawab atas hal itu.”
Selain bisa memantau berapa lama waktu yang dihabiskan untuk mengakses Instagram,
Kevin mengungkapkan harapannya agar pengguna bisa membatasi diri memakai media sosial dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan dunia luar.
Kemunculan fitur ini pertama kali diungkan oleh seorang ahli komputer, Jane Manchun Wong.
Ia mengungkap bahasa pemrograman soal kemunculan fitur pembatasan waktu mengakses Instagram.
Tak hanya Instagram, fitur pembatasan akses telah lebih dulu diperkenalkan oleh Google untuk pengguna Android.
Lewat dashboard pada ponsel, pengguna bisa memantau berapa banyak waktu yang mereka habiskan untuk mengakses setiap aplikasi.
Selain itu, Instagram melakukan pertemuan dengan para pembuat konten online untuk mendorong mereka menyiapkan video-video yang lebih panjang daripada video berdurasi satu menit yang saat ini difasilitasi mereka.
Nantinya, video dapat berdurasi lima belas detik hingga satu jam.
Saat ini upaya Instagram terfokus untuk menggaet selebriti-selebriti internet ketimbang orang-orang yang populer di media mainstream.
Tujuannya adalah membiarkan mereka yang memiliki keterampilan mengelola konten dengan gaya ini dan sudah memiliki audiens cukup besar di Instagram menunjukkan apa itu IGTV kepada pengguna Instagram lainnya.
Dilansir dari TechCrunch, Instagram menolak untuk memberikan komentar terkait hal ini. TechChrunch mengumpulkan informasi tersebut dari berbagai sumber dan menyebut bahwa video-video di IGTV dapat ditonton secara full screen dengan orientasi vertikal, dan dapat mencapai resolusi 4K.
Pengguna akan disambut dengan koleksi video-video terbaru yang populer dan akan diberikan opsi untuk melanjutkan menonton video yang tidak mereka selesaikan sebelumnya.
Video-video ini bukan dirancang untuk bersaing dengan video-video Netflix atau HBO, tetapi mirip video yang ada di YouTube. Pada video-video tersebut akan ada opsi agar para pembuat konten bisa mendapat jumlah kunjungan pada laman situs pribadi mereka.
Instagram berencana untuk menawarkan monetisasi langsung, kemungkinan melibatkan pembagian keuntungan dari iklan, tetapi hal ini belum final.
IGTV dapat membentuk sebuah pola perilaku baru bagi pengguna Instagram yang bosan melihat unggahan dari teman-teman mereka atau pengguna yang mencari sesuatu yang dapat ditonton di sela-sela membaca direct message.
Jika ini sukses, Instagram bahkan mungkin akan mempertimbangkan untuk membuat aplikasi terpisah untuk IGTV,atau membuat aplikasi IGTV untuk TV pintar.
Peluncuran IGTV menjadi penting untuk Facebook (induk usaha Instagram). Pasalnya, pusat video miliknya,. yakni Facebook Watch dianggap sebagai produk gagal.
Facebook menyatakan akan melakukan ekspansi terhadap Facebook Watch untuk menjangkau lebih banyak pembuat konten.
Mereka mencoba menawarkan fitur-fitur video interaktif yang memungkinkan pengguna untuk membuat permainan.
Facebook juga meluncurkan Brand Collabs Manager yang membantu para pemilik usaha untuk menemukan pembuat konten yang dapat mereka sponsori.
Ini dapat membantu bintang-bintang IGTV mendapatkan uang melalui penempatan produk atau konten video yang disponsori.
Hingga saat ini, konsumsi video di keluarga aplikasi Facebook kebanyakan bersifat kebetulan, disebabkan oleh pengguna yang secara tidak sengaja menonton klip-klip di beranda akun mereka.
IGTV akan membuat Facebook lebih bersaing dengan YouTube, di mana pengguna dengan sengaja mencari dan menonton video-video yang spesifik dari para pembuat konten favorit mereka.
Namun, YouTube masih terpaku pada era desktop yang membuat video-videonya berorientasi horizontal, sedikit aneh ketika ditonton menggunakan ponsel.