Guna menanggulangi berita palsu atau hoax dan provokasi yang banyak beredar di WhatsApp, platform tersebut saat ini membatasi kiriman pesan berantai secara global.
WhatsApp hanya mengizinkan maksimal berkirim pesan berantai untuk kedua puluh orang saja.
Layanan yang bernaung di bawah bendera Facebook ini, tengah melakukan upaya keras memberantas virus hoax.
Khusus di India, di mana marak terjadi kasus kematian akibat hoax yang beredar di WhatsApp, hanya boleh meneruskan pesan maksimal lima kali.
Kepala Kebijakan Publik WhatsApp, Carl Woog mengatakan, India menjadi negara terbanyak yang hobi meneruskan pesan berantai dibandingkan dengan seluruh negara di dunia.
“Pesan berantai ini berbagai macam. Ada pesan, foto, dan video,” ungkap Woog, seperti dikutip dari situs The Guardian, Selasa 24 Juli
Ia juga mengaku telah menghapus fitur Quick Forward yang sebelumnya berada di samping foto atau video sebagai uji coba dari pembatasan kirim pesan berantai sebanyak lima kali di India.
Langkah ini merupakan salah satu perubahan besar yang dilakukan WhatsApp yang saat ini memiliki pengguna lebih dari 1,5 miliar di dunia untuk menghindari berita-berita hoax dan kepentingan politik.
“Kami percaya bahwa perubahan ini akan terus kami evaluasi dan membantu menjaga WhatsApp, seperti apa yang dirancang untuk menjadi aplikasi perpesanan pribadi,” tutur Woog.
Pemerintah India telah memperingatkan WhatApp, untuk memberikan solusi yang lebih efektif untuk menghentikan kekerasan massa yang terjadi saat ini.
Sebagai informasi, sudah dua puluh orang di India yang digantung karena dituduh menculik anak. Sebelumnya, aparat keamanan India menangkap dua puluh lima orang atas tuduhan pembunuhan terhadap Mohammad Azzam.
Azzam diserang oleh dua ribuorang di Kartanaka pada Jumat pekan lalu, lantaran dituduh menculik anak.
Bahkan, tiga polisi terluka parah, karena berusaha menyelamatkan korban bersama dua orang temannya.
Berbeda dengan mengatasi hoax di Facebook, Twitter, maupun YouTube. Mereka menghadapi tantangan yang berbeda untuk mengatasi virus tersebut.
Sistem enkripsi yang diadopsi WhatsApp membuat mereka sulit untuk melakukan identifikasi. Dengan kata lain, mereka tidak bisa untuk mengendalikannya.
WhatsApp sebelumnya telah membuat fitur baru yang akan melabeli pesan berantai dari dan ke orang lain.
Dengan demikian, si penerima akan mengetahui bahwa pesan tersebut bukanlah asli dibuat oleh si pengirim.