Sejak ditemukannya “partikel tuhan” oleh Organisasi Riset Nuklir Eropa atau CERN, 4 Juli 2012, pekerjaan peluruhan dan karakter spin-nya dianggap belum selesai. Para ahli fisika di CERN masih berkutat dengan perdebatan di ruang laboratorium untuk menuntaskan analisisnya.
CERN setahun lalu dengan bangga merilis temuan partikel yang mirip dengan Higgs boson atau yang sering diistilahkan “partikel tuhan”. Setelah setahun, perkembangannya separti lari di tempat.
Setelah menganalisis data secara cermat, CERN mengumumkan pada Maret 2013 bahwa partikel yang ditemukan tahun lalu memang Higgs boson. Namun, ternyata pekerjaan belum selesai.
“Upaya yang berujung pada penemuan boson baru bisa dibandingkan dengan lari cepat 100 meter. Mulai sekarang kami harus menganalisis karakteristiknya sehingga bisa membedakan antar-teori,” kata Sergio Bertolucci, Direktur Riset dan Komputasi CERN.
CERN telah menghabiskan satu tahun ini untuk meneliti bagaimana Higgs boson bisa dihasilkan, peluruhannya, serta karakteristik spin-nya.
Hasil analisis CERN menunjukkan bahwa Higgs boson yang ditemukan konsisten dengan Higgs boson yang dideskripsikan dalam Model Standar Fisika Partikel, teori yang mendeskripsikan partikel-partikel fundamental, interaksinya, dan perannya di semesta.
“Bagi saya, sangat mengagumkan keakuratan prediksi Model Standar. Semua konsisten sekarang. Ini adalah pencapaian besar bagi teori itu,” kata Nazila Mahmoudi, teoris di CERN, seperti dikutip Physorg, Sabtu 6 Juli 2013.
Teori lain yang disebut supersimetri mendeksripsikan bahwa jumlah “partikel tuhan” tidak hanya satu, tetapi lima. Jika demikian, maka partikel yang dideskripsikan ini hanya salah satunya, masih perlu menemukan lainnya.
Analisis data hasil penelitian CERN terus dilakukan. Lebih banyak data akan diperoleh setelah tahun 2015, saat fasilitas Large Hadron Collider kembali diaktifkan. Pencarian belum berakhir.
Penemuan partikel Higgs boson sering kali dikaitkan dengan asal usul alam semesta. Banyak yang berharap penemuan partikel ini bisa menjawab misteri tersebut.
Kosmolog Indonesia dari Jurusan Astronomi Institut Teknologi Bandung, Premana W Premadi, , berpendapat bahwa penemuan partikel ini, dalam konteks pembentukan alam semesta, memang sangat bermanfaat. Tapi ilmuwan belum menuntaskan analisisnya secara sempurna.
Ia mengatakan, temuan ini bisa membantu fisikawan menemukan jawaban atas misteri tentang partikel yang memiliki massa. Ia mengatakan bahwa hasil temuan ini menjelaskan tentang dari mana partikel memperoleh massa.
Namun, ia mengatakan, “Jawaban-jawaban atas misteri alam semesta, yang berhasil terungkap, terkadang justru mengarahkan kami pada berbagai pertanyaan baru. Begitu pun dengan penemuan partikel ini.”
“Temuan ini menjawab pertanyaan tentang dari mana materi atau atom memperoleh massa. Dari jawaban tersebut bisa jadi muncul pertanyaan baru. Misalnya, kapan partikel ini terbentuk dalam konteks pembentukan alam semesta? dan berbagai pertanyaan lainnya,” papar Nana.
Menurut Nana, terlalu cepat untuk mengatakan bahwa penemuan partikel ini dapat menjawab semua misteri tentang asal usul alam semesta. Masih banyak misteri lain yang belum ada jawabannya dan harus dilakukan berbagai kajian untuk menjawab berbagai misteri tersebut.
“Penemuan partikel Higgs boson menjawab misteri tentang partikel yang memiliki massa, tepatnya dari mana massa pada partikel itu berasal. Namun, masih banyak misteri tentang alam semesta yang belum bisa terjawab dengan adanya temuan ini, contohnya misteri tentang materi gelap (dark matter) dan energi gelap (dark energy),” kata Nana.