Pesepakbola Bayern Muenchen Franck Ribery bersama istrinya, Wahiba Belhami, asal Maroko dan anaknya
Piala Dunia 2006. Sorot kamera secara “close up” menerpa Franck Ribery. Ketika itu sang gelandang baru saja mejebloskan bola ke gawang Swiss dan memberi angka kemenangan untuk Perancis. Franck Ribery menunduk mencium rumput, menagngkat tangan lazimnya seorang muslim tengah berdoa.
Tanda tanya besar berkelindan di seputar penonton dan pemirsa. Ribery tak peduli. Ia memang sedang menangadahkan tangannya ke langit. Ia memberitahu ke dunia bahwa dirinya telah menjadi seorang muslim.
Kendati aksi berdoanya di lapangan hijau telah menarik perhatian publik Prancis, Ribery tetap enggan mengemukakan keyakinan barunya itu secara terbuka. Gelandang kanan klub Olympique Marseille ini, pada waktu itu, mengatakan, keimanan barunya adalah perkara pribadi, tak perlu publikasi.
Alhasil, sejumlah spekulasi pun bermunculan. Ada yang menyebut perubahan itu terjadi sejak Ribery bermain bersama klub Galatasaray pada 2005. Ia membantu klub raksasa Turki tersebut memenangi Piala Turki pada tahun 2005.
Semasa menetap di Turki, pemain kelahiran Boulogne-sur-Mer, Prancis, 7 April 1983, ini dikabarkan kerap berbaur dan berdiskusi dengan komunitas Muslim di sana.
Ada pula yang menyebut istri Ribery, Wahiba Belhami, yang asli Maroko itu memainkan peran penting terhadap perubahan Ribery. Ribery memang setahun tinggal di negara berpenduduk mayoritas Muslim itu.
Di sana, Ribery berkenalan dengan Wahiba yang kemudian ia peristri. Konon Wahiba berperan besar menuntun Ribery mengenal ajaran Islam. Dari pernikahan tersebut, Wahiba memberinya dua anak, Hizsya dan Shahinez.
Kedua versi itu tak pernah dibantah atau dibenarkan oleh Ribery. Namun, kepada majalah Paris Match, ia mengungkapkan, Islam telah membawanya pada keselamatan. Ribery mengatakan, dia memilih ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW karena menemukan kedamaian.
Baginya, Islam adalah sumber kekuatan dan keselamatan. ”Islam adalah sumber kekuatan saya di dalam dan di luar lapangan sepakbola. Saya mengalami kehidupan yang cukup keras dan saya harus menemukan sesuatu yang membawa saya pada keselamatan, dan saya menemukannya pada agama Islam,” tutur Ribery.
Ketaatan Ribery sebagai seorang muslim memang sangat “khafah.” Ketika Bayern Muenchen menyabet juara liga pada musim kompetisi 2013 lalu dan teman-temannya berpesta “sampanye,” Ribery sempat berang ketika ikut disirami. “Saya tidak nyaman di sirami alkohol. Itu haram,” tulisnya di “blog” pribadinya.
Kabar Ribery masuk Islam menyeruak sejak awal tahun 2006. Majalah L’Express menyebut, ada seorang pemain nasional Prancis yang secara teratur beribadah di masjid di bagian selatan Marseille. Mingguan itu tidak menyebut namanya secara eksplisit, namun yang dimaksud adalah Ribery.
Padahal sebenarnya Franck Ribery telah memeluk Islam sejak tahun 2005 ketika dia bermain di klub Turki, Galatasaray. Di negeri bekas pusat kekhalifahan Utsmani itu Allah SWT memberikan hidayah kepadanya. Dia dipertemukan dengan seorang wanita asal Maroko,Wahiba Belhami, yang kemudian menuntunnya masuk Islam dan akhirnya mereka menikah.
Ribery dikenal sebagai pribadi yang santun, rendah hati, dan istiqamah melaksanakan shalat lima waktu. Para penggemar sepakbola dunia tentu sudah tak asing dengan nama Franck Ribery. Dia adalah gelandang serang asal Prancis yang kini bermain di klub raksasa Bundesliga (Jerman), Bayern Muenchen.
Pesepakbola bermata biru yang memperkuat tim Prancis itu memulai karier sepakbolanya dengan tim Boulogne di tanah kelahirannya. Kemudian, ia pindah ke tim Ales, Brest, dan FC Metz. Kepintarannya menggocek dan mengolah si kulit bundar sudah tidak diragukan lagi. Ketika Real Madrid mengajukan tawaran ke Bayern Muenchen, harga yang dibanderol di atas pemain termahal dunia Cristiano Ronaldo.
Ini menunjukkan betapa Bayern tidak mau melepas Ribery. Ia seorang yang jenius di lapangan hijau, kreator, juga menjadi inspirator tim. Mirip peran yang dimainkan seniornya, Zinade Zidane.
Keimanan dan kepribadian Ribery sebagai seorang muslim tak perlu diragukan lagi. Di tengah padatnya jadwal pertandingan, bapak dua anak ini tak pernah lupa dengan kewajibannya sebagai muslim. Ia senantiasa melaksanakan shalat lima waktu.
Sifat dan akhlaqnya ini membuat kagum rekan-rekannya di timnas Prancis, FC Bayern Muenchen, maupun kerabatnya. Steve Bradore dari Organisasi Syuhada, yang melayani para muallaf Prancis, mengatakan, muslim Prancis merasa bangga sekali dengan Ribery. ”Dia adalah sumber kebanggaan kami, karena penampilannya yang khas dan kerendahan hatinya,” kata Steve.
Ribery bermain untuk klub sepakbola Jerman, FC Bayern Muenchen. Kontrak Ribery bersama “FC Hollywood”, julukan Bayern Muenchen, berakhir pada 2011. Ribery termasuk pesepakbola yang sangat sukses.
Di lapangan, ia hebat. Dalam kehidupan sosial, ia berkepribadian hangat. Sebagai individu, ia pun rajin salat. Franck Ribery adalah figur kesayangan publik Allianz Arena saat ini.
Bayern Munich selalu dihuni pemain berlabel bintang, tapi yang paling menonjol tergantung waktu dan kesempatan. Duet striker Miroslav Klose dan Luca Toni boleh menyita perhatian lewat produktivitas golnya, tapi Ribery amat menonjol dalam hal kreasi permainan di lapangan tengah.
Tidak salah Bayern memecahkan rekor transfernya untuk memboyong pria berusia 26 tahun itu. Faktanya, dalam tujuh bulan sejak bergabung dengan Bayern Muenchen, Ribery sudah berhasil menancapkan pengaruhnya, baik di klubnya maupun Bundesliga.
Pemain seharga 26 juta euro makin disenangi orang karena pembawaannya yang menyenangkan dan sikapnya selalu profesional. Di saat cuaca dingin bulan Februari masih mengakrabi Munich dan ia tengah berkutat dengan cedera kaki, Ribery tidak malas untuk tetap menghangatkan tubuhnya dengan muncul di kamp latihan.
Ia juga tak pernah menolak fans yang menginginkan tanda tangannya ataupun berfoto bersama, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Dan, itu senantiasa ia lakukan dengan senyum mengembang di bibirnya.
“Mereka mungkin tak pernah melihat seorang pemain, seperti saya yang senang tertawa dan biasa berkelakar,” seloroh Ribery. “Saya ini orang yang sederhana dan simpel saja.”
Di koridor berbagai fasilitas kamp latihan Bayern, lelaki Prancis ini selalu menyapa orang-orang. “Saya ingin menjadi teman (siapa pun),” ujarnya sambil tersenyum, seperti dikutip AFP. “Dua menit untuk berfoto dan memberi tanda tangan buat fans amatlah penting karena buat mereka hal-hal ini sangat berarti.”
Senyum, tawa, dan sikap yang ramah untuk sementara menjadi “andalan” Ribery dalam berkomunikasi dengan penggemarnya, sebelum ia bisa menyempurnakannya dengan bahasa Jerman. Ia masih belum fasih, tapi setiap minggu rajin mengikuti kursus.
Ribery juga merasa bersyukur dirinya telah berhasil dalam kariernya, mengingat di masa kecil ia harus menjalani kehidupan yang sulit bersama keluarganya di daerah Boulogne-sur-Mer.
Namun, ia pun menyadari kesuksesan bukanlah sesuatu yang abadi. Roda nasib dalam kehidupan selalu berputar. “Atas semua yang telah saya alami, saya menyikapinya dengan tenang, tapi saya pun sadar pada semua nasib yang saya miliki.”
Yang jelas, Ribery telah menjadi sosok istimewa buat warga Munich. Jangan heran kalau di depan Theatinerkirche, yang ada di pusat kota tersebut, terpampang billboard raksasa bergambarkan Ribery memakai jubah raja, disertai tulisan “Bayern Hat Wieder Einen Konig” alias “Bavaria punya raja lagi”. Bavaria adalah julukan lain dari Bayern Muenchen selain FC Hollywood.
Lelaki yang di wajahnya ada bekas luka karena kecelakaan mobil yang dialaminya waktu kecil itu, sudah dianggap sangat penting untuk FC Hollywood. Di sebuah surat kabar, ada sebuah komentar berbunyi: “Bayern Munich tanpa Ribery seperti sekelompok anak-anak tanpa ibu.”