Valentino Rossi tak berdaya di mjusim MottoGP lalu dan Marc Marquez meraih dua belas kemenangan, sepuluh posisi pole, unggu seratus lima puluh satu poin di akhir musim dan memastikan gelar juara saat menyisakan empat seri balapan.
Itu adalah gambaran statistik dominasi Marc Marquez di MotoGP musim lalu.
Dominasi Marquez di MotoGP memang sudah terlihat sejak pebalap asal Spanyol itu promosi pada enam tahun lalu. Tapi, musim ini dominasi Marquez sudah kelewat batas karena pebalap Repsol Honda itu tidak memberi kesempatan rival untuk memberi perlawanan.
Rival terdekat Marquez di MotoGP lalu, Andrea Dovizioso musim ini mengoleksi dua ratus enam puluh sembilan poin yang merupakan rekor pribadi dalam satu musim bagi sang pebalap Ducati itu.
Tetap saja Marquez mampu unggul hingga seratus lima puluh satu poin di puncak klasemen.
MotoGP lalu bisa dibilang sebagai musim yang aneh, karena Marquez melibas semua persaingan tanpa terdeteksi sebelumnya. Padahal di awal musim dominasi Marquez dan Repsol Honda tidak terlalu terlihat pada tes pra-musim.
Di awal musim Marquez juga terlihat kesulitan setelah Andrea Dovizioso meraih kemenangan di balapan perdana di MotoGP Qatar.
Meski sempat meraih kemenangan di MotoGP Argentina, pebalap dua puluh enam tahun itu kemudian gagal finis di MotoGP Amerika Serikat yang biasanya menjadi ‘rumah’ Marquez.
Sejak gagal finis di Austin, Texas, Marquez bukannya menunjukkan penampilan yang hati-hati. Juara dunia MotoGP enam kali itu justru menggila dan mengambil risiko lebih sering.
Hasilnya sangat luar biasa. Marquez selalu mampu finis posisi dua besar termasuk sebelas kemenangan usai MotoGP Amerika Serikat.
Musim ini juga aneh karena Marquez mampu tampil cepat di sejumlah trek yang biasanya Honda kesulitan, seperti Mugello, Red Bull Ring dan Silverstone.
“Musim ini kolaborasi Honda dan Marquez melakukan sesuatu yang gila. Mereka mencetak rekor poin dan merebut semua gelar juara dunia. Marquez melakukan semuanya sendiri. Dia terlalu kuat untuk semua pebalap,” ujar Dovizioso.
MotoGP lalu juga ditandai dengan keterpurukan Valentino Rossi bersama Yamaha. The Doctor mengalami musim terburuk bersama Yamaha dengan hanya mampu merebut seratus tujuh puluh empat poin dan menduduki posisi tujuh klasemen akhir.
Rossi hanya meraih dua finis podium di MotoGP Argentina dan Amerika Serikat dan gagal naik podium pada paruh kedua musim.
Pebalap gaek itu bahkan dikalahkan pebalap rookie Fabio Quartararo di klasemen akhir MotoGP lalu.Hasil buruk di MotoGP 2019 membuat Rossi mempertimbangkan pensiun usai musim depan
Juara dunia Grand Prix sembilan kali itu menganggap tidak ada gunanya melanjutkan karier jika kembali terpuruk di MotoGP depan. Rossi akan mengambil keputusan pada paruh pertama musim depan.
Musim ini juga akan selalu diingat sebagai musim terakhir Jorge Lorenzo, salah satu pebalap terhebat dalam sejarah MotoGP. Lorenzo memutuskan pensiun dari MotoGP setelah terpuruk bersama Repsol Honda.
MotoGP lalu menjadi musim terburuk sepanjang karier Lorenzo. Pebalap asal Spanyol itu hanya berada di posisi sembilan belas klasemen akhir dengan torehan dua puluh delapan poin. Lorenzo bahkan tidak pernah finis di posisi sepuluh besar musim ini.
Cedera yang tidak kunjung pulih dan kesulitan beradaptasi dengan sepeda motonya membuat Lorenzo memutuskan pensiun, mengakhiri kontrak lebih cepat dengan Honda.
MotoGP musim depan diharapkan bisa lebih seru daripada musim ini. Musim depan juga berpeluang menciptakan cerita lebih menarik dan banyak drama bisa terjadi. Banyak pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya akan terungkap di MotoGP depan.
Setidaknya ada dua pertanyaan yang muncul saat ini, pertama apakah Quartararo mampu mengakhiri dominasi Marquez dan kedua apakah Rossi akan pensiun dari MotoGP
Sementara itu Jorge Lorenzo mengungkap alasan pensiunnya di MotoGP.
Secara blak-blakan ia mengatakan keputusannya pensiun dini dari MotoGP. Mantan pembalap Repsol Honda itu pensiun di usia tiga puluh dua tahun.
Dalam sesi wawancara dengan BT Sport, yang ditulis oleh Marca, Jorge Lorenzo mengungkap penyebab sebenarnya mengapa ia memutuskan pensiun secara mendadak.
Jorge Lorenzo telah memecah kesunyiannya untuk berbicara, dalam sebuah wawancara dengan ‘BT Sport’, tentang alasan yang membuatnya menggantung helmnya dan meninggalkan MotoGP.
Setidaknya untuk saat ini dan sebagai pembalap pemula, karena desas-desus tentang kemungkinan kembali ke paddock sebagai tester Yamaha masih terbang di atas lingkungan.
“Cedera mempercepat keputusan saya untuk pensiun. Bila tak cedera, saya akan tetap berusaha untuk menjadi pembalap Honda. Ketika kami mulai, saya mengalami lima cedera serius. Terakhir kali, saya memukul kepala, saya tidak dapat mengingat apa pun,” kata Lorenzo, dikutip dari Marca.
Lorenzo mengalami cedera parah setelah kecelakaan hebat di Assen. Akibat kecelakaan itu, Lorenzo mengalami cedera retak tulang belakang.
“Itu adalah serangkaian kombinasi: sepeda tidak cocok dengan gaya saya. Saya juga kurang bersabar untuk menunggu satu atau dua tahun lagi, karena usia saya baru tiga puluh dua tahun,” kata Jorge Lorenzo.
“Saya mengalami cedera tulang belakang. Ini berbahaya, karena Anda bahkan bisa lumpuh karena itu. Saya merasa bahwa saya harus lebih berhati-hati, saya tidak ingin jatuh lagi,” kata Lorenzo.
Selain kecelakaan di Assen, Jorge Lorenzo sebelumnya juga jatuh di Barcelona.
“Setelah jatuh di Barcelona dan melihat hasil pemeriksaan, sejak saat itu saya mulai takut jatuh. Tak lama setelah itu, kecelakaan di Assen terjadi. Lalu saya bertanya apa yang kulakukan di sini. Sempat berpikir untuk melanjutkan balapan lagi, tapi tidak menemukan alasan yang tepat,” katanya.