D-dimer. Anda tahu?
Nah, ayo kita buka literatur kesehatan. Di sana D-dimer populer dikawinkan dengan kata fragmen. Persisnya fragmen D-dimer.
Sebutan ini naik pamor dan melejit jadi pembahasan ilmiah di masa corona.
Masih menurut ilmu kedokteran D-dimer dirangkum dalam sebuah kalimat, suatu jenis uji sampel darah di laboratorium yang bertujuan untuk membantu melakukan diagnosis penyakit dan kondisi yang menyebabkan hiperkoagulabilitas:.
Suatu kecenderungan darah untuk membeku melebihi ukuran norma. Dalam kata lain yang lebih sederhana, D-dimer merupakan pembukan darah yang berbentuk seperti cendol dan hanya bisa dipelototi di laboratorium.
Lantas, apa kaitan si “cendol” darah ini dengan virus corona.
Banyak dari pasien yang sembuh dari infeksi virus corona tak melulu membuat penyintas terhindar dari risiko komplikasi.
Faktanya, beberapa penyintas corona masih bisa mengalami beberapa gangguan yang ‘tersisa’ meski telah sembuh.
Misalnya, sesak napas, kelelahan, masalah dengan alat indera, kehilangan memori, dan lain sebagainya. Gangguan tersebut seakan menetap, sehingga kemudian disebut sebagai long COVID.
Temuan terbaru terkait long COVID mengatakan, beberapa pasien yang telah sembuh dari infeksi virus mematikan tersebut dapat mengalami gangguan pembekuan darah yang menyebabkan penggumpalan darah.
Mari kita mengenal gangguan pembekuan dari lebih dekat
Gangguan pembekuan darah dapat menyebabkan penggumpalan, yaitu kondisi berubahnya darah dari cairan menjadi seperti gel atau setengah padat. Gumpalan darah bisa terbentuk di pembuluh vena dan arteri.
Seperti ditulis media kedokteran terkenal r Healthline, ketika penggumpalan darah terjadi di arteri, gejala yang terjadi adalah nyeri hebat, kelumpuhan tubuh, dan lainnya.
Kondisi ini perlu segera ditangani, karena berpotensi menyebabkan serangan jantung dan/atau stroke.
Tak jauh berbeda, pembekuan darah yang terjadi di vena juga bisa mengancam keselamatan. Jenis pembekuan di vena yang paling berbahaya adalah trombosis vena dalam atau dikenal dengan DVT)
Faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami gangguan pembekuan darah, di antaranya:
Usia, terutama jika berusia di atas enam puluh lima tahun, perjalanan yang panjang, seperti perjalanan apa pun yang membuat seseorang duduk selama lebih dari empat jam
Hanya istirahat di tempat tidur atau tidak banyak bergerak untuk jangka waktu yang lama, riwayat keluarga yang pernah mengalami gangguan pembekuan darah
Lainnya bisa faktor obesitas atau kegemukan, kehamilan, merokok dan kanker
Lantas apa alasan covid bisa menyebabkan gangguan pembekuan darah?
Jawabannya nggak rumit. Terdapat beberapa kondisi klinis “tersisa” pada pasien yang telah dinyatakan sembuh dari covid. Dan salah satunya adalah penggumpalan darah.
Memang kondisi ini tidak dialami oleh semua pasien. Mereka yang mengalaminya adalah yang punya faktor risiko, salah satunya angka D-dimer yang tinggi,d.
Dan bagaimana mekanisme covid menyebabkan penggumpalan darah masih belum diketahui pasti dan masih terus diteliti. Hal ini wajar, mengingat covid merupakan penyakit baru yang masih misterius.
Namun, proses sistem imun melawan patogen seperti virus memang dapat memicu penggumpalan darah, meski belum bisa dipastikan mengapa proses ini masih berlangsung bahkan setelah pasien dinyatakan sembuh,.
Gejala yang terjadi akibat kondisi tersebut pada umumnya tergantung di mana penggumpalan darah terjadi. Semisal terjadi di tungkai, maka bisa menyebabkan DVT.
Penggumpalan darah) di ginjal bisa menyebabkan penyakit ginjal. Kalau di kulit, bisa sebabkan ruam.
Ahli bedah vaskular senior Rumah Sakit Fortis Malar, dr. S Balakumar, mengatakan penggumpalan darah dapat terjadi di bagian tubuh mana saja. Tingkat peradangan yang dialami setiap pasien pun berbeda-beda.
“Deteksi dini gejala ini, pemantauan ketat dan tindak lanjut dari pasien yang pulih setidaknya selama satu bulan, akan membantu mengendalikan komplikasi terkait covid, karena masalah dapat berulang dan berkembang,” jelas Balakumar.
“Tes darah dapat membantu mendeteksi masalah sejak dini dan pengencer darah harus diberikan saat pasien dirawat,” tambahnya.
Virus corona masih dapat mengancam keselamatan, meski pasien telah dinyatakan sembuh.
Untuk pengobatan kasus pembekuan darah tidak bisa sembarang misalnya dengan memberi air minum banyak pada pasien seperti pendapat seseorang yang muncul di media sosial beberapa waktu lalu.
Ada dua jenis antikoagulan yang biasanya diberikan pada pasien Covid yakni LMWH atau Low Molecular Weight Heparin dan Unfractionated Heparin.
Pemberian antikoagulan ini pun memperhitungkan risiko terjadi pengenceran darah yang juga mengikuti pengentalan darah.
Tubuh orang yang terkena Covid mengalami inflamasi virus SARS-CoV-2 menyebabkan koagulopati atau gangguan pembekuan darah.
“Koagulopati adalah istilah medis untuk gangguan pembekuan darah. Proses pembekuan darah ini menjadi kacau sehingga terjadi aktivitas berlebihan. Darah menggumpal dan terjadi thrombosis (penggumpalan darah) pada pembuluh vena (pembuluh balik) yang mengalir ke jantung,” tutur Vito
Lebih lanjut, gumpalan darah ini akhirnya menyumbat pembuluh darah jantung yang harusnya mengalirkan darah ke paru-paru, akibatnya aliran dari jantung kanan ke paru-paru sangat berkurang atau tidak ada.
Inilah alasan saturasi oksigen atau kadar oksigen dalam darah mendadak turun dan terjadi risiko kematian pada pasien.
Pakar hematologi dari the Johns Hopkins University School of Medicine, Roberts Brodsky dan dokter spesialis pengobatan paru di Johns Hopkins Bayview Medical Center,
Panagis Galiatsatos mengungkapkan, selain paru-paru, pembekuan darah termasuk yang terkait dengan Covid juga dapat membahayakan sistem saraf.
Menurut mereka, gumpalan darah di arteri yang menuju ke otak dapat menyebabkan stroke. Beberapa orang yang tadinya sehat lalu terkena Covid bisa mengalami stroke, kemungkinan karena pembekuan darah yang tidak normal.
Beberapa orang dengan Covid juga dapat mengembangkan gumpalan darah kecil yang menyebabkan area kemerahan atau ungu pada jari kaki. Gejalanya bisa terasa gatal atau nyeri.
Parameter untuk memeriksa adanya gumpalan darah antara lain D Dimer dan fibrinogen.
Semakin banyak pembekuan darah yang terjadi maka semakin banyak juga proses melarutkan bekuan itu yang akhirnya menyebabkan semakin tinggi pula D Dimer.
D Dimer bagian dari penyakit Covid yang masih menyimpan banyak misteri, salah satunya pembekuan darah yang kacau, merangsang proses keenceran darah. Maka, pemberian pengencer darah tidak boleh sembarangan.
Pembekuan ini berbeda dengan istilah kekentalan darah yang sebagian orang anggap bisa diatasi dengan meminum banyak air agar darah menjadi lebih encer.
Pada kondisi darah mengental misalnya saat seseorang dehidrasi maka viskositas (kekentalan) dan osmolalitas atau keseimbangan cairan dan garam tubuh-nya meningkat dan terjadi hemokonsentrasi.
Mudahnya, disebut darah mengental dan ini berbeda dengan darah menggumpal atau adanya bekuan darah seperti pada kasus Covidgan