Perang jalanan yang ditempuh militer Mesir dalam menguasai kamp demonstran di Lapangan Al-Nahda, Kairo, yang selama ini menjadi salah satu basis para demonstran pendukung presiden terguling Mohamed Morsi, berdarah-darah. Perang ini, di duga akan berlanjut dan akan mengamburukkan Mesir sebagai sebuah Negara.
Perang ini terjadi setelah aparat polisi melancarkan operasi untuk membubarkan para demonstran pro-Morsi yang terus bertahan di kamp-kamp demonstran di Kairo.
“Lapangan Al-Nahda kini sepenuhnya terkendali dan aparat polisi telah berhasil membongkar sebagian besar tenda-tenda di lapangan tersebut,” demikian pernyataan Kementerian Dalam Negeri Mesir seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu 14 Agustus 2013..
Menurut seorang pejabat keamanan Mesir, puluhan pendukung Morsi telah ditangkap dalam operasi tersebut. Penangkapan dilakukan dengan bantuan warga setempat. Pejabat itu tidak menyebut berapa jumlah dari demonstran yang terbunuh.
Dalam siaran televisi lokal terlihat bahwa para demonstran disuruh duduk di lapangan dengan tangan-tangan diborgol. Mereka dijaga ketat aparat polisi. Sementara anggota keluarga mereka termasuk anak-anak dan para istri, dikawal polisi untuk meninggalkan lapangan tersebut.
Selain di Lapangan Al-Nahda, operasi pembubaran demonstran juga dilancarkan polisi di kamp Rabaa al-Adawiya di Kairo timur. Operasi ini dimulai aparat dengan mengepung para demonstran di kamp tersebut.
Menurut saksi mata, polisi melepaskan gas air mata ke arah para demonstran sehingga menimbulkan kekacauan. Bentrokan pun tak terhindarkan. Suara-suara tembakan juga ramai terdengar.
Menurut koresponden AFP, sejauh ini 43 orang telah ditemukan tewas di kamp Rabaa al-Adawiya. Sebagian besar korban tampaknya tewas akibat luka-luka tembakan. Namun menurut kelompok Ikhwanul Muslimin, sedikitnya 250 orang tewas dalam operasi tersebut.
Aksi kekerasan ini dilakukan pihak militer Mesir untuk membubarkan pengujuk rasa yang menuntut dibebaskannya mantan Presiden Mesir Mohammad Morsi.
Sampai saat berita in diturunkan belum ada laporan resmi data korban dalam kericuhan yang lagi-lagi terjadi di depan area Masjid Rabaa al-Adawiya. Masjid ini merupakan tempat bertahannya ratusan pendukung Morsi yang selama enam minggu dikepung oleh pasukan militer, polisi dan helikopter.
Menurut seorang saksi mata melihat 15 jenazah terbujur kaku di rumah sakit yang terletak di sebelah kamp pengujuk rasa. Kamp ini pun dilaporkan telah diratakan oleh alat berat milik militer mesir.
“Terjadi kegilaan di sini mereka menghancurkan tenda kami. Di dalam sana kami sama sekali tak dapat bernapas dan banyak yang harus dibawa kerumah sakit,” Ujar seorang saksi mata, seperti dikutip dari Reuters, Rabu.
Dalam laporan kantor berita setempat menyebutkan, operasi pembersihan direncanakan secara bertahap. Dikhawatirkan aksi demo ini akan memperdalam gejolak politik Mesir.
Sementara itu di Kairo kepulan asap tebal masih menyelimuti Kamp pengunjuk rasa di Nahda, setelah pasukan keamanan bergerak untuk membersihkan kamp ini dari pada demonstran.
Sejak 3 juli 2013 sudah lebih dari 300 oarng tewas akibat kekerasan politik tergulingnya Morsi. Puluhan orang juga dalam dua kejadian berbeda tewas belum lama ini.
Morsi merupakan Presiden Mesir pertama yang terpilih melalui pemilihan umum 2012 lalu. Tetapi dia harus dihentikan jabatannya karena kecemasan beberapa pihak akan kebijakan ekonomi maupun usaha dia untuk mengikat Mesir dalam hukum Islam