Darmansyah

Pulang... pulang... dan pulang... Itulah satu kata, yang sepertinya abadi, tergeletak di sudut kecil memori saya. Kata yang tak pernah

Ia tak pernah menyesali predikat yang ditetakkan untuk dirinya sebagai anak "ketelatan." Predikat yang pernah menempatkannya pada posisi  tersisihkan pada

Gereget itu datang lagi menampar wajah Aceh. Masih dari badan pusat statistik. Be-pe-es. Badan yang sama,ketika  mentaklimatkan tentang Aceh miskin.

Rohingya... Saya tak ingin sekadar tahu tentang nama ini. Tapi ingin tahu dan ingin tahu...... Kalau hanya sekadar tahu tinggal

  Entah siapa yang awalnya menelpon di ba'da zuhur itu. Entah dia atau saya. Ingatan saya "heng" ketika dipaksa menyapih

  Lagu itu milik Ernie Djohan. "Mutiara yang Hilang." Berirama "slowly." Sering saya gumamkan dengan memelesetkan dua kata di bagian

Perih Nyilu Pilu...sedih .... pedih ... ...dan entah kata apalagi yang harus diurut untuk mengenangnya Saya tak mendapatkan  satu kata

  Pilihan sejarah? Ya. Itulah dua  kata final yang saya tanamkan di memori. Dua kata untuk  mengakhiri kegalauan dalam  memilih

Cukup satu kata untuk meng"iya"kan minat "ngopi" warga Banda Aceh. "gila" Kata gila dengan huruf kecil dan dalam tanda dua petik.