Laga final Liga Champions yang mempertemukan Real Madrid dengan Liverpool di akhir bulan ini dipastikan akan heboh dan menarik.
Dan menurut catatan Real Madrid hanya bisa dikalahkan oleh Liverpool
Pertemuan Liverpool melawan Real Madrid di final Liga Champions di NSC Olimpiyskiy, Kiev, akan mengulang momen musim tiga puluh delapan tahun lalu.
Pada musim itu untuk kali pertama Madrid dan Liverpool bertemu di final Liga Champions yang dulu bernama Piala Champions.
Dalam pertandingan di Stadion Parc des Princes, Paris, Liverpool menang satu gol tanpa balas melalui gol dari Alan Kenedy .
Liverpool pun pulang dengan trofi Liga Champions ketiganya. Sedangkan Madrid gagal meraih trofi keenam setelah kali terakhir menjadi juara Liga Champions
Hanya saja, setelah kekalahan itu Real Madrid justru superior setiap kali berada di final Liga Champions. Los Blancos tidak pernah menelan kekalahan setiap kali melaju ke laga puncak.
Real Madrid mengalahkan Juventus dalam final di Stadion Amsterdam Arena. Gol Pedrag Mijatovic bertahan hingga bubaran.
Madrid hanya butuh dua musim untuk kembali ke pertandingan final dan langkah mereka terhenti di babak perempat final karena kalah agregat dari Dynamo Kiev.
Namun, Madrid tidak menyia-nyiakan peluang di final Liga Champions selanjutnya
Dalam Derby Spanyol melawan Valencia di Stade de France, Perancis, Madrid menang
Klub ibu kota Spanyol ini meraih trofi Liga Champions kesembilan setelah mengalahkan wakil Jerman, Bayer Leverkusen di Stadion Hampden Park, Glasgow, Skotlandia.
Sebelumnya, Real Madrid diuntungkan oleh wasit untuk lolos ke final pada laga leg kedua Liga Champions di Bernabeu Stadion, Rabu dinihari WIB, 02 Mei
Wasit mengabaikan tiga hukuman penalti saat Madrid ditahan imbang Bayern Munchen di.
Dengan bermain imbang dua gol berbanding dua gol, Madrid meraih kemenangan agregat empat gol berbanding tiga gol atas Munchen lantaran di leg pertama di Stadion Allianz Arena menang dua gol berbanding satu gol.
Hasil itu membuat Los Blancos lolos dengan predikat ‘beruntung’. Karena sebenarnya tim tamu FC Hollywood bisa saja mendapat tiga tendangan penalti dan mungkin lolos ke final.
Hanya saja Munchen gagal menang setelah tidak mendapat dua tendangan penalti yang seharusnya mereka dapatkan.
Pertama setelah Robert Lewandowski dijatuhkan di kotak penalti oleh Sergio Ramos pada pertengahan babak pertama. Saat itu kedudukan masih imbang satu gol berbanding satu gol
Padahal cukup jelas kaki kiri Ramos sengaja menggaet kaki Lewandowski yang ketika itu hendak mengejar bola usai menerima umpan dari Corentin Tolisso.
Sayanya, posisi wasit Cuneyt Cakir dalam insiden itu tidak terlalu dekat. Kapten Munchen, Thomas Mueller, pun sampai melakukan protes dengan membuat gestur dua jari yang diarahkan ke matanya.
Kejadian kedua ketika Marcelo melakukan handball di kotak penalti saat babak pertama memasuki injury time.
Dalam tayangan ulang bola sepakan Joshua Kimmich itu terlihat mengenai tangan kiri Marcelo.
Saat Cakir mengakhiri babak pertama, sejumlah pemain Munchen masih terlihat menghampiri Cakir untuk melancarkan protes sambil berjalan menuju ruang ganti.
Padahal, jika Munchen diberikan penalti, tim asuhan Jupp Heynckess itu bisa unggul dua gol berbadning satu gol di babak pertama.
Insiden ketiga terjadi di babak kedua.
Menurut laporan media Spanyol, AS, setelah menit lima puluh dua Ramos dan Lewandowski terlibat benturan.
Munchen seharusnya mendapat penalti karena Ramos tampak sengaja menjatuhkan Lewandowski setelah tidak bisa membuang dengan baik.
Lolosnya Real Madrid ke final Liga Champions musim ini menjadikan tim itu tiga kali tampil di final secara berturut-turut.
Dan ini ini menunjukkan mereka memiliki ‘DNA’ superior di Liga Champions
Setidaknya beberapa catatan pada laga itu menunjukkan Los Blancos sangat familier dengan fase puncak turnamen kasta tertinggi antarklub Eropa tersebut.
Utamanya adalah peran Cristiano Ronaldo yang minim pada dua leg semifinal Liga Champions.
CR7 memang kerap menjadi tumpuan El Real di laga-laga krusial. Namun, bukan berarti Madrid melulu mengandalkan pemain bintangnya itu untuk membantu mereka tampil lebih jauh hingga final.
Dalam dua leg kali ini, peran Ronaldo justru nyaris tak terlihat dengan permainan Madrid yang boleh dibilang tidak istimewa.
Pada leg pertama di Stadion Allianz Arena, Madrid menang tanpa kontribusi besar dari pemain timnas Portugal tersebut.
Pelatih Die Roten, Juup Heynckes, berhasil menginstruksikan para penggawanya ‘mematikan’ pergerakan Ronaldo pada laga itu. Sang bintang tampak begitu kesulitan lolos dari kawalan ketat para pemain FC Hollywood.
Madrid pun sempat tertekan karena gol pertama Munchen yang dicetak Joshua Kimmich pada menit kedua puluh delapan memanfaatkan assist James Rodroguez.
Namun, Madrid mampu keluar dari tekanan dominasi Munchen dan justru mengakhiri leg pertama itu dengan
Bukan Ronaldo yang menyumbang gol maupun assist di laga tersebut. Adalah Marcelo dan Marco Asensio yang menciptakan gol berkat assist Daniel Carvajal serta Lucas Vazquez.
Meski dinilai berbau keberuntungan, Madrid faktanya tetap menang dengan performa yang ‘pas-pasan’.
Pada leg kedua, Madrid juga mendapat tekanan besar dari Munchen tampil di depan pendukung mereka sendiri di Stadion Santiago Bernabeu.
Los Blancos bahkan kembali dikejutkan Munchen yang mencetak gol lebih dulu pada menit ketiga, lagi-lagi karena gol Kimmich.
Munchen juga mampu menunjukkan dominasi permainan seperti pada leg pertama. Namun, Madrid kembali mendapat situasi yang membuat ‘arah angin’ berembus kepada mereka.
Setelah menyamakan skor berkat gol Karim Benzema, Madrid membalikkan keadaan pada awal babak kedua yang kembali dipersembahkan Benzema.
Blunder yang dilakukan Sven Ulrich dan Corentin Tolisson, menegaskan ‘aroma keberuntungan’ Madrid pada laga itu.
Sang kiper gagal mengontrol sodoran back-pass rekan setimnya itu yang juga seharusnya tidak memberikan situasi sulit bagi Ulrich.
Munchen memang menyamakan skor berkat gol James Rodriguez, namun skor itu tak mampu menolong mereka karena Los Blancos di Allianz Arena pada leg pertama.