Benar saja hembusan spekulasi The Sun. Sehari sebelumnya, dalam review analysis pertandingannya, usai Chelsea terjengkang di Stadium Juventus, Turin, Italia, 0-3, dari “Si Nyonya Besar,” tabloid harian London itu menulis, “Tamat sudah bulan madu Di Matteo di Stamford Bridge.”
Benar saja. Forcast spekulatif yang masih dalam hitungan jam dari koran setengah gosip di penutup tulisannya itu situs resmi Chelsea, Rabu tengah hari waktu London, langsung merilis jawabannya, ”Chelsea telah mengakhiri kerjasama dengan Manajer Roberto Di Matteo pagi ini.”
Sebuah jawaban yang selama dua bulan terakhir ini disembunyikan oleh Stamford Bridge usai kasus rasis John Terry dengan Football Asociation (FA) yang berujung pada skorsing empat pertandingan bagi freeback Chelsea itu. Jawaban yang juga masih misteri apakah pemecatan Di Matteo punya hubungan friksinya dengan Terry yang berujung pada ucapan nyeleneh-nya stupid untuk sang manajer yang dikontrak setengah hati itu.
“Performa tim dan hasil yang selama sebulan terakhir tidak menunjuk grafik menaik, membuat pemilik dan pengelola klub sepakat untuk melakukan perubahan agar tim tetap berada di trek yang benar karena dalam pekan-pekan mendatang tantangan besar menghadang dan tim harus berada dalam kondisi soliditas tinggi.
Menurut laman situs Chelsea itu, tugas tim di Liga Champions dan Premier League harus diselamatkan, Agar klub bisa lebih kompetitif menghadapi persaingan yang keras, dibutuhkan sebuah keputusan yang pas dengan jawaban yang disediakan oleh dua kompetisi prestiseus itu.
Selama empat pekan terakhir prestasi The Blues memang dalam bahaya. Dua pekan lalu tahtanya di puncak Premier Leagua di coup de tat oleh Manchester United untuk kemudian bergantian dengan Citizien dan posisinya melorot ke urutan ketiga dengan nilai 24 setelah bermain seri lawan Arsenal dan kalah lagi pekan lalu. Padahal selama tujuh pekan The Blues tak tergoyahkan di puncak klasemen.
Di Liga Champions nasib Chelsea juga apes. Bertengger di puncak Grup E sampai matchday keempat Chelsea dipeloroti Juventus ke posisi ketiga setelah dihantam tiga gol tanpa balas di Stadium Juventus, Turin, Rabu sore waktu Italia, dalam pertandingan yang sangat keras.
Pemilik dan pengelola berterima kasih kepada Roberto Di Matteo yang telah mengantarkan tim menjuarai Piala FA dan Piala Champions musim lalu. “Ia pelatih yang berdedikasi dan mencatatkan diri sebagai pilar penting dalam bangunan tim secara keseluruhan.”
Pemecatan Di Matteo merupakan akhir kegundahan The Blues dalam menyikapi peran mantan asisten Andre Villas Boas yang juga “diusir” dari Stamford Bridge setelah prestasi klub melorot diakhir musim. Di Matteo mengambil alih estafet kepelatihan AVB, begitu Boaz pelatih asal Portugal yang kini melatih Spurs dan termuda sepanjang sejarah Premier League.
Chelsea yang dimanajeri oleh Di Matteo sebagai pelaksana mengantarkan klub ini melwati sensasi yang meriuhkan panggung pesta Piala FA dan Liga Champions. Chelsea menjalani laga ritual di perempat final, semi final dan final Champions dengan menyingkirkan klub paling moncreng penampilannya Barcelona melalui polarisasi permainan catenacio dengan menempat Torres sebagai “gladiator” di ujung tombak.
Bahkan ketika Chelsea yang menjadi underground di Allianz Arena, Munchen, membunuh semua omongan pengamat yang lebih memilih Bayern Munich sebagai juara Piala Champions dengan keuntungan bermain di kandangnya, status Di Matteo masih sebagai caretaker, di puja-puji media.
Di Matteo, pelatih yang dikenal tidak banyak mengumbar kata-kata itu, menerima tawaran kontrak dari pemilik klub dengan setengah hati. Ia sempat mengemyam jabatan pelatih pelaksana selama empat bulan tanpa keinginan dibuatkan kontrak permanen. “Saya pernah mendiskusikan dengannya, jangan pernah berharap melewati masa tahunan di Stamford Birdge. Setiap bangun tidur sediakan koper kecil untuk memberi salam selamat tinggal,” kata Andre Villas Boas mengulang pesannya kepada Di Matteo.
“Di sana banyak baron yang yang kita tidak tahu siapa yang paling berkuasa. Di lapangan juga ada baron yang bisa memberi isyarat dengan telunjuknya ke mulut dan mengatakan sh*t. Ada keangkuhan yang berlebihan.”
Di Matteo sendiri bukan pria asing di Stamford Bridge. Sebelum menjadi asisten dan kemudian pelatih, ia pernah bermain dengan Si Biru selama enam musim dengan 119 kali penampilan dan memberi 15 gol serta mempersembah juara liga, juara FA, Piala Winner dan Piala UEFA.
Sebelum melatih Chelsea karir kepelatihannya telah diasahnya di Milton Keynes Dons dan West Bromwich Albian serta pernah menyandang sebagai manajer pendatang terbaik dari FA.
Berakhirnya karir kepelatihan Roberto Di Matteo di Stamford Bridge melengkapi jumlah sembilan manajer yang datang dan pergi selama sembilan tahun kepemilikan Roman Abramovich, juragan minyak asal Rusia, di Chelsea. Kasus datang dan perginya pelatih di Chelsea menempatkan klub sebagai tim yang paling sering gonta ganti manajer dengan rata-rata satu pelatih setahun.
Di mulai dari Claudio Rannieri selama setahun bulan madunya dengan Abramovich yang tidak menghasilkan gelaruntuk kemudian digantikan oleh “Si Special One” Jose Mourinho, kala itu dibayar tinggi usai mengantar Porto menjuarai Liga Champions, yang berkiprah tiga tahun dengan prestasi dua kali juara liga. Mou hengkang ke Inter setelah meletakkan dasar permainan cemerlang di Stamford Bridge dan digantikan asistennya Avram Grant selama sembilan bulan.
Kepelatihan di Blues berganti lagi ke Luiz Felipe Scolari asal Brasil, Guus Hiddink dan berpindah tangan kepada “baron” Carlo Ancelotti. Hanya setahun mantan pelatih AC Milan itu menangani Chelsea untuk kemudian beralih ke Andre Villas Boas dan di tutup oleh Roberto Di Matteo. Dan kini tongkat kepelatihan di Chelsea sedang dispekulasikan oleh media dengan menyembulkan nama Benitez dan Pep Guradiola, mantan pelatih Barca.
Bahkan Ruud Gullit yang pernah main dalam tim Oranye dan lama bermukim di Milan mengatakan, firasatnya Mourinho akan kembali lagi ke Stamford Bridge. “Dia yang bisa menyelasaikan kegilaan di sana.”
Gonta ganti pelatih? “Biasa itu,” ejek AVB, yang cuma berada dalam hitungan bulan di Chelsea, dan kini menangani Hotspurs. Dan heboh terusirnya Di Matteo dari Stamford Bridge menjadi trending topic di media cetak dengan headline besar, televisi dan situs berita dan diunduh puluhan juta penggemar bola dengan seliweran komentar yang tak pernah putus selama satu hari kasusnya.
Juventus, klub yang menjengkangkan Chelsea di situs resminya minta maaf kepada Matteo karena harus memenangkan pertandingan. “Maaf atas kemenangan kami yang memerihkan Anda.” Rio Ferdinand pemain belakang MU dengan geram berkicau di twitternya dengan mengatakan, “Chelsea Gila.” Sedangkan Matta, gelandang menyerang The Blues mengucapkan terima kasih untuk Matteo.
Kantor berita AFP menuliskan sebuah kenangan paling manis untuk Matteo ketika musim pertamanya di Chelsea setelah pindah dari Lazio 1996 dan mencetak gol ke gawang Middlesbrough ketika permainan baru berlangusng 42 detik dan The Blues keluar sebagai juara di final Piala FA tahun 1997.
Matteo sendiri memilih diam ketika kabar kepelatihannya di Chelsea berakhir. “Ia pria waras yang tidak mau terlibat dalam kegilaan,” tulis “Reuters Sport.” []