Joe Hart, kiper tim nasional Inggris yang diusir pelatih Pep Guardiola dari Manchester City, hari Rabu siang WIB, 31 Adustus 2016, mendapat aplaus hebat di Torino, klub seri A, dan di sambut bak pahlawan.
Hart memilih Torino, klub kota Turin, sebagai upaya terakhirnya untuk tetap menjadi penjaga gawang utama setelah Guradiola mencantumkan namanya sebagai kiper ketiga di City.
Sebelum Harta tak tersentuh di Manchester City. Namun tiba-tiba menerima kenyataan buruk.
Ia tersisihkan dan berada di pinggir jurang.
Hart kemudian melakukan usaha terakhir agar bisa tetap bersinar saat kariernya dalam ancaman.
Hart tak tersentuh dan aman memeluk posisi penjaga gawang utama saat Manchester City dipegang oleh Roberto Mancini hingga Manuel Pellegrini.
Namun tiba-tiba Hart tak masuk dalam proyeksi strategi Pep Guardiola yang baru datang ke City di awal musim ini.
Guardiola lebih memainkan Willy Caballero di beberapa laga awal musim sebelum pintu menuju posisi kiper utama benar-benar tertutup seiring kehadiran Claudio Bravo dari Barcelona.
Hart harus mengambil keputusan secepatnya sebelum bursa transfer ditutup.
Bertahan di City sama saja membuatnya bakal jadi penghangat abadi bangku cadangan.
Ia mungkin hanya akan bermain di ajang Piala FA atau Piala Liga tanpa banyak kesempatan untuk unjuk gigi di Liga Inggris dan Liga Champions seperti musim lalu.
Saat posisi Hart terpojok ke ujung jurang keterpurukan, sejumlah tawaran datang. Liverpool dan Everton sempat disebut ingin mendapatkan Hart tetapi hanya Sunderland dan Torino yang benar-benar berdiri setia menanti Hart di pintu keluar ‘The Citizens’.
Keputusan akhirnya dibuat Hart. Ia lebih memilih hengkang ke Torino dengan status pemain pinjaman selama semusim. Sebuah keputusan yang terbilang mengejutkan banyak pihak di akhir masa bursa transfer kali ini.
Hart memilih hengkang dari Liga Inggris dan bergabung dengan Torino di Serie A. Itu berarti Hart mengambil dua tantangan besar dalam satu kesempatan.
Bermain di Serie A bukanlah hal yang mudah bagi pemain-pemain Inggris. Terbukti, tak banyak pemain Inggris yang main di Serie A selama ini.
Tantangan lain adalah Hart harus berada di lingkungan klub medioker saat setuju bergabung dengan Torino. Torino memang klub besar di masa lalu namun untuk saat ini mereka masuk dalam kategori klub papan tengah di Serie A.
Suasana di dalam pastinya berbeda dengan City yang merupakan klub elite Liga Inggris saat ini.
Di tengah dua tantangan berat tersebut, Hart bakal berusaha unjuk gigi dan membuktikan dirinya belum habis.
Hart bakal mendapatkan kepercayaan penuh dari Sinisa Mihajlovic yang jadi arsitek Torino saat ini.
Harapan untuk kembali mendapatkan menit bermain yang layak dibarengi oleh kewajibannya untuk beradaptasi dengan cepat, baik dari segi komunikasi dengan rekan setim hingga terhadap pola permainan Liga Italia secara keseluruhan.
Bila ia mampu menjadi benteng kokoh Torino dan membawa tim tersebut lolos ke kompetisi Eropa musim depan hal itu tentu sudah jadi sebuah indikator keberhasilan.
Hart belum sepenuhnya kehilangan harapan dan jatuh dalam kegagalan. Status pinjaman yang melekat padanya juga berarti bahwa masih ada jalan pulang bagi Hart menuju posisi penjaga gawang utama City.
Tak hanya itu, dalam skala lebih besar, pergi menepi ke Italia juga membuat asa jadi kiper utama Inggris lebih terjaga dibandingkan duduk berdiam diri menemani Guardiola di bangku cadangan musim ini.
Namun bila Hart menemukan kegagalan di Torino, jadi pesakitan dan banyak kebobolan, maka ia bakal terpuruk lebih jauh.
Dengan usia yang akan menginjak tiga puluh tahun musim depan, Hart bisa saja mengakhiri kariernya di klub-klub semenjana tanpa pernah kembali mengenakan kostum klub besar dan tim nasional.