Manajer Ole Gunnar Solskjaer dicueki sejumlah pemain Manchester United lantaran klub berjuluk The Red Devils itu terpuruk di musim ini.
Di Liga Inggris, MU kini menempati posisi kedua belas klasemen sementara setelah mengoleksi sembilan poin, dengan hanya meraih dua kemenangan, dari delapan pertandingan.
Tidak hanya itu, MU juga kurang produktif dalam membobol gawang lawan. Dalam delapan pertandingan, Harry Maguire dan kawan-kawan hanya sembilan kali mencetak gol dengan kebobolan delapan kali.
Permainan juara Liga Inggris dua puluh kali itu juga terkesan membosankan di atas lapangan. Performa buruk di musim ini membuat ruang ganti MU memanas.
Dikutip dari FOX Sports Asia, keterpurukan MU di musim ini membuat para pemain mulai mengacuhkan Solskjaer. Sejumlah pemain MU disebut-sebut kehilangan kepercayaan dan tidak lagi mendengarkan Solskjaer.
Solskjaer merupakan manajer permanen setelah era Alex Ferguson dengan persentase kemenangan terburuk di MU.
Sejak mendapat kontrak penuh pada Maret lalu, Solskjaer hanya mencatatkan enam kemenangan dari dua puluh satu pertandingan di semua kompetisi,
Menyadari kondisi timnya yang tengah di bawah performa, Solskjaer pun dikabarkan mulai angkat tangan untuk membawa MU berada di empat besar pada akhir musim nanti
Dan Solskjaer menjadi manajer Manchester United dengan persentase kemenangan terburuk setelah era Sir Alex Ferguson
MU gagal meraih kemenangan dalam tiga pertandingan terakhir di Liga Inggris setelah gol semata wayang Matthew Longstaff membobol gawang David de Gea sekaligus memberikan kemenangan untuk Newcastle.
Berdasarkan statistik Transfermarkt, kekalahan dari Newcastle membuat Solskjaer menjadi manajer permanen dengan persentase kemenangan terburuk usai era Alex Ferguson.
Sepeninggal Ferguson, The Red Devils tercatat empat kali mengangkat manajer dengan status permanen. Mulai dari David Moyes, Louis van Gaal, Jose Mourinho, hingga Solskjaer.
Mourinho menjadi manajer dengan persentase kemenangan tertinggi
Di posisi kedua ada Louis van Gaal
David Moyes yang tidak sampai semusim saat melatih MU mempunyai persentase kemenangan jauh lebih baik dibanding Solskjaer.
Sementara itu, sejak menjadi pelatih permanen pada Maret lalu,
Solksjaer mengalami penurunan performa drastis usai ia diangkat menjadi manajer resmi dengan kontrak permanen setelah sebelumnya hanya menjabat sebagai caretaker.
Solskjaer datang sebagai caretaker setelah MU memutuskan memecat Jose Mourinho di pertengahan musim lalu. Kehadiran Solskjaer sejak awal diragukan lantaran perjalanan kariernya sebagai manajer tidak terlalu mengkilap.
Namun Solskjaer sukses membuktikan bahwa ia adalah sosok yang tepat mengisi posisi lowong untuk sementara.
Performa apik Solskjaer selama jadi caretaker membuat manajemen Manchester United bergerak cepat dan memberikan kontrak permanen untuk Solskjaer.
Petaka justru dimulai dari titik ini. Solskjaer gagal menunjukkan penampilan seperti saat ia menjabat sebagai caretaker. Manchester United kembali tampil inkonsisten dan bahkan terus memburuk dalam beberapa laga terakhir.
Dikutip dari BR Football, penampilan Manchester United saat Solskjaer masih jadi caretaker dan jadi manajer berbanding 180 derajat.
Ketika jadi caretaker, Solskjaer mampu membawa Manchester United melewati 19 laga dengan catatan 14 kemenangan, dua hasil imbang, dan tiga kekalahan.
Situasi berubah drastis ketika Solskjaer mendapatkan kontrak permanen.
Tanda-tanda keanehan Solskjaer dan MU musim ini sudah terlihat dalam kebijakan transfer mereka. MU berani melepas Romelu Lukaku dan Alexis Sanchez namun tidak mencari pengganti yang sepadan.