Suasana latihan terakhir MU, sebelum menghadapi laga perempat final Champions League di Old Trafford, Rabu dinihari WIB, 03 April 2014. Pelatih David Moyes dan Wayne Rooney tertawa gembira untuk menghapus beban psikologis ketikaSetan Merah itu tidak diunggulkan.
======
Pep Guardiola tidak akan melepaskan kemenangan pada laga “ musim semi”nya yang indah di Old Trafford, Rabu dinihari, pukul 02.15 WIB, 03 April 2014, ketika Bayern Muenchen datang menantang Manchester United di “The Dreams of Theatre,” dan disiarkan langsung oleh stasion televisi SCTV.
Pep, seperti ditulis “Daily Mail,” di edisi onlinenya, Selasa pagi, 02 Maret 2014, tidak memandang catatan buruk Manchester United di liga sebagai alasan mudah memetik kemenangan. Dia menilai, ‘Setan Merah’ adalah tim yang berbeda tiap kali di main di Liga Champions.
Pep memang bukan baru kali ini menghadapi United. Sepanjang karier kepelatihannya, ketika menangani Barcelona, dia sudah beberapa kali berhadapan dengan wakil Inggris tersebut –termasuk pada dua final Liga Champions yang sukses dimenanginya.
Bagi Pep, begitu ia akrab di sapa, MU adalah sebuah tim yang sangat matang dan mampu keluar dari tekanan situasi yang paling sulit sekali pun. “Anda hanya bisa mengalahkannya kala ia kehilangan sentuhan. Begitu ia menemukan siapa mereka, Anda harus bersiap untuk membawa kekalahan,” ujarnya.
Manchester United, seperti ditulis Bob Wilkins, pengamat sepakbola Premier League di “The Mirror,” memang bakal menghadapi ujian sangat berat ketika melakoni babak perempat final Liga Champions. “The Red Devils” akan bertemu juara bertahan yang kembali menjadi favorit, Bayern Muenchen.
Wilkins yakin, MU pasti tak ingin menjadi underdog ketika menjamu Bayern di Old Trafford pada leg pertama itu. Mereka tetap optimistis karena merasa yakin punya kemampuan untuk menyingkirkan raksasa Bundesliga tersebut.
Wilkins dengan sangat emosional menulis, kehadiran Ryan Giggs sebagai “hantu” yang bermain di semua line, akan mampu mengangkat United untuk bermain dalam atmosfer yang berbeda dengan laga di APremier League.
Gigg pernah menjadi bagian dari kesuksesan MU ketika meraih kemenangan dramatis atas Bayern pada final tahun 1999. Kala itu, Mu sempat tertinggal kosong satu, untuk kemudian membalikkan situasi dalam tempo dua menit saat injury time, yang membuat mereka menjadi juara lewat gol Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solskjaer.
Ryan Giggs menegaskan, MU takkan terpengaruh dengan memori Liga Champions 1999 saat menghadapi Bayern Muenchen. Pertandingan itu dinilai sebagai salah satu final paling dramatis karena MU mampu membalikkan keadaan pada tiga menit injury time.
Nah, pertemuan kedua tim ini akan kembali membuka kisah lama. Giggs yang menjadi inspirator sekaligus dirigen dalam laga perdelapan final final yang menghapus kemustahilan kala menyingkir klub juara Yunani, Olympiakos, dipastikan akan turun sebagai starter.
“Tentu saja para pemain berbeda, tetapi tradisi dan klub masih sama. Dua klub, dua sejarah besar, dan dua tim sepak bola yang bermain dengan cara yang benar,” ujar winger asal Wales ini.
“Ketika Bayern bermain melawan Manchester United, itu selalu menjadi tontonan menarik, apakah itu pada final Liga Champions atau perempat final.”
“Tentu saja Bayern tim yang fantastis. Mereka adalah juara bertahan dan tentu saja merupakan tim yang sangat kuat dan mungkin favorit di mata banyak orang. Akan tetapi, kami adalah Manchester United, pertandingan berlangsung di Old Trafford, dan kami telah melihat begitu banyak malam yang hebat di Eropa, khususnya.”
“Sebagai pemain, kami tidak melihat diri kami sebagai underdog. Kami melihat diri kami sebagai Manchester United yang bermain di kandang di Liga Champions, dan kami tak sabar.”
“Ini merupakan pertandingan yang membuat Anda ingin terlibat di dalamnya sebagai pemain, dan kami akan habis-habisan untuk meraih kemenangan. Ini akan sulit. Namun, hal ini biasa di perempat final Liga Champions, dan kami yakin.”
Giggs menilai, keberhasilan itu tidak dapat dijadikan patokan karena komposisi skuad MU telah berubah. Terlebih lagi, saat meraih gelar tersebut, sejumlah pemain MU saat ini, misalnya Adnan Januzaj, baru berumur empat tahun. David De Gea, Phil Jones, dan Rafael baru 8 tahun, sementara Tom Cleverley dan Chris Smalling.
“Kami tidak akan menggunakan memori itu. Beberapa pemain mungkin tidak mengingatnya,” ujar Giggs.
“Para pemain sudah berbeda di kedua kubu, tetapi tradisi serta klub masih sama. Mereka adalah dua klub besar dengan sejarah hebat dan dua tim yang bermain sepak bola dengan baik.”
“Ketika Bayern menghadapi Manchester United, ini akan selalu menjadi tontonan besar, apakah itu final atau perempat final Liga Champions. Mereka adalah dua klub besar,” tambahnya.
Situasi berbeda antara Manchester United dan Bayern Munich di liga domestic juga tak mengurangi kepercayaan diri Phil Jones. Bek ‘Setan Merah’ itu optimistis timnya bisa meredam Bayern.
MU masih sulit menembus empat besar papan klasemen Premier League. Mereka masih berada di urutan ketujuh dan menunjukkan penampilan naik turun.
“Kami akan pelajari mereka dan mencoba untuk memanfaatkan semua kelemahan mereka,” kata Jones kepada The Mirror.
“Kami realistis dan betapa sulitnya laga itu nanti. Kami paham sebaik apa permainan mereka. Mereka sedang bagus-bagusnya dan baru saja menjadi juara liga,” sambung dia.
“Siapa tahu? Ini Liga Champions, ini laga home di Old Trafford dan jika kami mendapatkan dukungan suporter di belakang kami, maka tak ada yang pernah tahu,” ucap bek MU itu.