Menyempurnakan angka kemenangan? “The Red” Liverpool, Senin malam, 17 September 2013, gagal memetik angka sempurna di laga keempatnya, pada lanjutan Premier League, menghadapi Swansea, di Liberty Stadium, tapi masih bisa bertengger di puncak klasemen sementara dengan meninggalkan klub “elite” seperti United, City, Arsenal maupun Chelsea.
Dalam laga, yang dikomentari “Sky Sport TV” sebagai sangat “heroik,” Liverpool menemukan perlawanan Swansea yang tak pernah berhenti menggelorakan kata “perang” untuk menuntaskan permainan dengan angka 2-2.
“Ini pertandingan dengan karakter kuat dari masing-masing tim. Kami sudah memberikan permainan “super offensive.” Dan saya tahu Swansea sudah dibekali dengan semangat “reincarnation dynamite” Michael Laudrup. Mereka menabuh genderang perang lewat pertaruhan jengkal demi jengkal perkelahian di lapangan,” kata Brendan Rodgers, pelatih Liverpool.
Laga itu boleh berakhir seri, tapi kedua tim keluar dari lapangan dengan “kemenangan.” Kemenangan dengan harga diri yang tegak. “Saya tahu Swansea sangat menyadari sebagai klub ‘kecil” di Premier League. Mereka datang dari sebuah pojok di Wales. Tapi jangan pernah mengabai Laudrup dan Michu. Mereka adalah pahlawan. Dan mereka berhasil menerabas ke papan tengah liga,” ujar Brendan dengan penuh penghormatan.
Menurut catatan situs Premier League, sepanjang laga itu, Liverpool melepaskan lima tembakan titis dari sepuluh percobaan, sementara Swansea menciptakan sembilan tembakan akurat dari 16 usaha. Itu menandakan adanya “balance” permainan.
“Menurut saya, selama 65 menit pertama, kami sangat bagus, baik saat menguasai maupun saat tidak menguasai bola. Kami harus menunjukkan karakter setelah kebobolan dalam waktu singkat,” ujar Rodgers..
Dalam pertandingan itu Liverpool tanpa diperkuat oleh Luis Suarez yang masih dikenakan larangan tampil setelah dinyatakan bersalah menggigit bek Chelsea, Branislav Ivanovic, pada laga Premier League di Anfield, Minggu beberapa bulan lalu..
Suarez sudah menjalani masa hukuman sebanyak sembilan pertandingan. Dengan begitu, ia bisa kembali bermain pada pertandingan Premier League melawan Manchester United pada 25 September 2013.
Sementara itu, pelatih Swansea City, Michael Laudrup, yang selalu santun dalam berkomentar menegaskan hasil imbang 2-2 yang diraih timnya saat menjamu Liverpool, di Liberty Stadium adalah yang terbaik bagi timnya.
Swansea unggul lebih dulu melalui Jonjo Shelvey pada menit kedua. Swansea kemudian tertinggal 1-2 akibat gol Daniel Sturridge dan Victor Moses . Swansea selamat dari kekalahan berkat gol Michu.
Semua gol Liverpool bermula dari kesalahan Shelvey. Sturridge membobol gawang Michel Vorm memanfaatkan “back-pass” Shelvey, sementara Moses membobol gawang Swansea setelah memotong umpan Shelvey.
“Cara kami bangkit di babak kedua sangat baik. Setelah memulai laga dengan sangat baik, kami sangat kesulitan di babak pertama. Gol-gol itu bermula dari kesalahan besar, tetapi itu adalah bagian permainan,” ujar Laudrup.
“Kami mendapatkan gol penyama kedudukan dan pada akhirnya ini adalah poin yang sangat baik bagi kami pada pertandingan, yang bisa saja berakhir buruk bagi kami, mengingat sejumlah kesalahan di babak pertama.”
“Shelvey mencetak gol dan membuat dua kesalahan besar. Saya membiarkannya bermain dan ia bermain sangat baik di babak kedua.. Shelvey baru 21 tahun dan menurut saya, ia tampil baik di babak kedua. Ia akan belajar dari kesalahan ini dan itu penting. Penting bagi kami untuk memulai pertandingan dengan baik karena dalam tiga pekan ini kami punya tujuh pertandingan,” tuturnya.
Mengenai performa Shelvey dalam laga itu, pelatih Liverpool Brendan Rodgers mengatakan, “Shelvey adalah pemain muda yang luar biasa. Malam ini adalah bagian dari pembelajarannya.”
“Ia tahu ia memiliki sesuatu dalam pertandingan ini yang perlu ia perbaiki dan ia akan melakukannya. Pertandingan malam ini adalah bagian penting dalam pembelajaran untuknya,” tambah Rodgers.
Shelvey direkrut Swansea dari Liverpool pada Juli 2013 dengan nilai transfer lima juta poundsterling. Shelvey mengaku masih menghormati Liverpool, tetapi menilai timnya layak menang pada laga itu.
“Aku hanya ingin meminta maaf kepada suporter Swansea untuk dua kesalahan yang membuat Liverpool bisa meraih hasil imbang dan menurutku, kami layak mendapatkan lebih dari ini,” ujar Shelvey.
“Aku sebetulnya tak ingin melakukan selebrasi ketika mencetak gol. Aku masih menghormati suporter dan menyukai setiap saat ketika masih di Liverpool, tetapi sulit bagiku mengendalikan emosi.”
“Anda hanya ingin masuk lubang di mana tak seorang pun bisa melihat Anda (ketika memberikan bola kepada lawan, yang berujung gol), tetapi hal ini juga dialami pemain-pemain besar.”
“Aku menunjukkan karakter untuk tetap merebut bola. Aku masih merasa aku memberikan Liverpool satu poin, tetapi tadi itu adalah laga yang bagus,” tuturnya.