Laga “prestise” dua “raksasa” sepakbola Europa, Spanyol melawan Belanda, di Grup B Piala Dunia Brasil 2014, Sabtu dinihari WIB, 14 Juni 2014, di Arena Fonte Nova, Salvador, Brasil, mendentang gaung panjang tentang misi balas dendam Arjen Robben ketika sontekan halusnya masih bisa diselamatkan Iker Casillas dengan ujung kakinya.
Laga final Piala Dunia empat tahun lalu itu menyebabkan Belanda tersingkir lagi dari raihan trofi. Kejadian tak menyenangkan empat tahun lalu itu masih amat diingat Arjen Robben.
Ketika itu sebuah bola hasil umpan terobosan dari tengah langsung dikejar Robben dengan melewati pemain Spanyol dan masuk ke area penalty.. Dengan tinggal kiper Iker Casillas yang harus ditaklukkan, bola sontekan Robben bisa dianulir dengan ujung kakinya sang kiper. Bola melebar dari sasaran.
Sadar bahwa dirinya sudah membuang peluang emas, Robben, ketika itu terlihat amat kecewa. Ia mengangkat kedua tangannya dan melipatnya di atas di atas kepalanya dengan sirat muka tak percaya. Robben lantas punya duel lain dengan Casillas, tapi masih kalah dramatis.
Perasaan Robben saat itu niscaya kian campur-aduk karena akhirnya Belanda takluk kosong lawan satu di extra time dan Spanyol pun jadi juara.
Empat tahun sudah berlalu dan Piala Dunia telah digelar lagi, kali ini di Brasil. Menariknya partai final empat tahun lalu itu akan kembali tersaji, kali ini sebagai pertandingan laga pertama Grup B, Sabtu dinihari WIB.
Robben pun mengatakan, “Aku terkejut butuh lima pertanyaan sampai akhirnya yang ini muncul.”
“Tentu saja itu akan terus aku ingat sepanjang hidupku, tak bisa dibantah. Tapi kami kini menatap ke depan. Itu tak lagi berpengaruh apa-apa. Itu semua di masa lalu, salah satu hal yang biasa terjadi di dalam olahraga,” tuturnya.
“Kami tak bermain tiki-taka, meskipun aku menyukainya. Kami akan meraih hasil dengan cara kami. Serangan balik akan menjadi senjata berbahaya yang akan kami gunakan pada turnamen ini,” kata Robben.
“Spanyol bukan hanya tim favorit tetapi mereka adalah tim yang bermain bersama-sama dalam waktu yang cukup lama dan selaras satu sama lain. Sebaliknya, kami memulai proyek baru setelah Piala Eropa.”
“ Ini akan menuju ke arah yang tepat. Akan ada waktunya Spanyol berhenti menang. Namun, juara tiga kali berturut-turut merupakan pencapaian besar dan harus dihormati,” sambungnya.
Meski Spanyol menang di laga itu, kiper Iker Casillas menilai hal itu tak memberi timnya keuntungan jelang laga di Piala Dunia 2014.
Di Afrika Selatan empat tahun lalu, Spanyol dan Belanda saling berhadapan di partai final. La Furia Roja keluar sebagai pemenang –sekaligus jadi juara dunia– berkat gol tunggal Andres Iniesta di masa perpanjangan waktu.
Bagi Casillas kedua pertandingan itu sama-sama penting untuk Spanyol. Namun kemenangan empat tahun lalu dinilainya tak ada hubungannya dengan laga kali ini.
“Final dan pertandingan ini adalah dua laga yang sangat berbeda dan tidak ada hubungannya satu sama lain, tapi keduanya sangat penting. Kami mengalahkan mereka di Afrika Selatan,” ucap Casillas seperti dikutip Soccerway.
“Ketika Anda memulai Piala Dunia dengan kekalahan, Anda harus tancap gas untuk memenangi laga yang tersisa,” lanjut kiper yang memperkuat Real Madrid itu.
“Belanda punya tiga pemain berpengalaman di depan dan mereka akan jadi lawan yang sulit,” katanya menambahkan.
Laga dua tim papan atas Europa ini juga, menurut “soccerway” juga memunculkan jalinan rasa emosional di antara keduanya. Paling tidak tiga pemain Spanyol, Iniesta Xavi Hernandez dan Gerald Pique memiliki hubungan batin dengan pelatih Belanda Louis van Gaal, karena pernah menjadi manajer di Barcelona.
Bahkan Johan Cruyff, legenda Barca dan Belanda, tahu betul bagaimana ketiganya harus mempertaruhkan gengsi tim nasionalnya dalam pertandingan nanti malam. Bagi Cruyff, ketiganya yang lahir dan “La Massia Academy” yang ia gagas merupakan pilar La Furia Roja.
Walau bergelimang sukses dalam enam tahun terakhir boleh jadi sudah membuat para pemain Spanyol merasa “kenyang” akan gelar. Tapi Vicente Del Bosque memastikan para ‘Matador’-nya tetap lapar akan kesuksesan di Piala Dunia 2014.
Spanyol datang dengan status juara bertahan dan sudah jauh-jauh hari, publik menilai bahwa mereka akan sulit juara di Brasil mengingat belum pernah ada sekalipun tim Eropa yang juara di benua Amerika Selatan.
Apalagi sudah banyak tim-tim yang mengenal ‘Tiki-taka’ dengan baik dan tahu bagaimana cara untuk meredamnya. Sesuatu yang harus Spanyol cari jalan keluarnya di turnamen kali ini.
Tapi kalau empat tahun lalu, Spanyol bisa mengakhiri “kutukan” tim Eropa tak pernah juara selain di benua sendiri, mengapa tidak mereka melakukannya lagi di tahun ini. Begitulah kata Del Bosque.
“Para pemain ini sudah membuat sejarah bersama tim nasional mereka. Beberapa pemain pernah jadi juara Piala Dunia U-20 tahun 1999 di Nigeria (Casillas dan Xavi). Tapi ini bukan tim veteran, ini tim berpengalaman yang dipadukan dengan beberapa pemain muda,” ujar Del Bosque seperti dikutip Soccernet.
“Hanya ada lima pemain yang berada di atas usia 30 tahun. Jadi kami tidak perlu takut pada hal seperti itu. Kami harap kami berada di level terbaik kami untuk mempertahankan trofi Piala Dunia ini,” sambungnya.
sumber : soccernet, bbc sport dan reuter