Manchester City gagal melaju ke perempat final Liga Champions setelah dikalahkan oleh “bola mati” ketika menghadapi AS Monaco di leg kedua perdelapan final, Kamis dinihari WIB di Stade Louis II
Kekalahan dari bola mati ini diakui oleh sang pelatih Pep Guardiola dan bek John Stones.
“Saya setuju satu hal di balik tersingkirnya City karena lemah dalam hal memanfaatkan serangan lewat bola mati –entah tendangan bebas atau sepak pojok,” kata Pep.
City sendiri tersingkir dari Liga Champions berkat gol terakhir AS Monaco yang disundul Tiemoue Bakayoko menyambut umpan tendangan bebas Lemar .
ManCity kalah atas keunggulan gol tandang AS Monaco saat agregat kedua tim imbang enam gol berbanding enam usai dua leg.
ManCity yang sebelumnya mencetak lima gol ke gawang Monaco pada leg pertama, justru kalah satu gol berbanding tiga gol dari tim lawan kala melakoni leg kedua di Stade Louis II
Pada leg pertama, AS Monaco mampu mencetak tiga gol walau kalah dari ManCity.
“Skema bola-bola mati sangat penting di level ini. Barcelona dan Real Madrid mencetak gol melalui set-piece pekan lalu. Kami belum mencapai level Liga Champions dan kami bermain buruk di babak pertama,” ujar Guardiola usai pertandingan kepada BT Sport.
Hal senada Guardiola diutarakan Stones. Pada laga leg pertama, John Stones menjadi pahlawan bagi kemenangan Manchester City atas AS Monaco di Stadion Etihad, 21 Februari lalu.
Kala itu Stones menjadi pencetak gol keempat ManCity melalui sundulan memanfaatkan sepak pojok Yaya Toure dari sisi kanan gawang Monaco.
Namun, dia pun kecewa pada leg kedua, saat barisan lini depan mandul. Bola-bola mati pun tak bisa dimanfaatkan skuat ManCity.
Pada laga leg kedua, ManCity mendapatkan kesempatan sepak pojok hingga enam kali dan tendangan bebas total sebanyak empat belas kali.
“Sebelum pertandingan pelatih mengatakan bahwa semakin banyak dan banyak dia bertanding di Liga Champions, lebih banyak hal ini tentang set pieces atau bola mati,” kata Stones.
“Anda lihat Real Madrid pada pekan lalu mencetak gol dari dua set pieces dan mereka lolos. Kami tidak cukup solid pada area tersebut dalam pertandingan dan itulah yang membuat kami kalah.”
Di kubu Manchester City, Guardiola sendiri baru kali ini gagal membawa klub ke semifinal sejak kali pertama menjadi pelatih profesional pada sembilan tahun silam.
Dia pun enggan menyalahkan kesalahan taktik yang membuat timnya tersingkir.
“Jika manajer lain menang, dia yang lebih baik. Namun saya tak menilai itu karena kesalahan taktik. Itu sederhana,” tuturnya.
Guardiola pun menegaskan timnya bakal lebih mematangkan pengalaman dalam latihan untuk memperkuat sisi yang lemah tersebut. Meskipun begitu, sambung mantan pelatih Barcelona dan Bayern Munich tersebut, dirinya tak ingin lagi kehilangan gaya bermain timnya yakni agresif menyerang.
“Itulah yang kami bisa lakukan pada babak kedua, namun pada babak pertama kami tak bisa melakukannya,” ungkap Pep.
Kegagalan Manchester City melangkah ke perempat final Liga Champions membuat Pep Guardiola meraih musim terburuknya di kompetisi klub terbesar di Eropa.
Kekalahan tersebut juga membuat Guardiola meraih hasil terburuknya di Liga Champions sebagai pelatih.
Pasalnya, sejak menjadi pelatih profesional, Guardiola selalu mampu membawa klub yang dilatihnya terutama Barcelona dan Bayern Munich, melangkah ke babak semifinal Liga Champions.
Namun, di balik hasil buruk tersebut, Guardiola juga mengukir prestasi positif. Pelatih 46 tahun itu menjadi pelatih tersukses setelah seratus pertandingan di kompetisi klub Eropa mengalahkan rekor Louis van Gaal.
Guardiola sendiri mengaku ManCity masih harus banyak belajar tampil di Liga Champions. Pelatih asal Spanyol itu yakin Sergio Aguero dan kawan-kawan banyak belajar dari kegagalan musim ini.
“Kami akan belajar dari kekalahan ini. Tim ini tidak memiliki banyak pengalaman di Liga Champions. Kompetisi ini menuntut banyak hal. Terkadang kami harus spesial dan beruntung, tapi hari ini kami tidak,” ucap Guardiola kepada BT Sport usai pertandingan.
Berbicara kepada BT Sport usai pertandingan, Guardiola mengatakan ManCity bermain buruk di babak pertama. Sementara di babak kedua The Citizens gagal memanfaatkan peluang yang ada.
“Kami bermain bagus di babak kedua, tapi kami lupa melakukannya di babak pertama. Kami ingin bertahan secara agresif. Biasanya kami tampil di level yang bagus, tapi malam ini tidak. Kami akan belajar dari kekalahan ini,” ujar Guardiola.
“Di babak kedua kami punya peluang dan kami tidak memanfaatkannya, itu sebabnya kami tersingkir. Kami akan semakin bagus, tapi kompetisi Liga Champions menuntut banyak hal,” sambungnya.
“Skema bola-bola mati sangat penting di level ini. Barcelona dan Real Madrid mencetak gol melalui set-piece pekan lalu. Kami belum mencapai level Liga Champions dan kami bermain buruk di babak pertama,” ucap Guardiola.
Tersingkirkan ManCity membuat Leicester City menjadi satu-satunya wakil Inggris di perempat final Liga Champions musim ini