Manchester United belum mau menerima kekalahannya dari Watford di lanjutan Liga Primer, Minggu malam WIB, 18 September 2016, dan menemukan alasan baru untuk menyalahkan wasit Michael Oliver yang tidak memberi MU tendangan bebas ketika Anthony Martial dijatuhkan Miguel Britos yang berujung pada gol Capoue di babak pertama.
Jose Mourinho dengan suara galak, seperti dutulis “daily mail,” Senin, 19 September 2016, tetap menyalahkan wasit atas kekalahan timnya dari tuan rumah, Watford.
Mourinho kecewa dengan kepemimpinan wasit Michael Oliver yang tidak memberi MU tendangan
“Di babak pertama sekitar 25 hingga 30 menit, kami bermain buruk dan itu sesuatu yang bisa kami kontrol. Kami bisa memperbaikinya,” ujar Mourinho kepada BT Sport.
“Kemudian wasit dan hakim garis melakukan kesalahan, itu tidak bisa saya kontrol. Saya tidak bisa melakukan apapun untuk memperbaikinya,” sambungnya.
Betulkah Martial dilanggar Britos, atau keputusan Michael Oliver yang tak memberi hukuman kepada Watford dan Britos itu tepat?
Bukan hanya Mourinho yang menyalahkan wasit.
Mantan kapten dan juga bek MU yang kini menjadi analis untuk Sky Sports, Gary Neville, mengatakan wasit seharusnya meniup peluit karena pelanggaran Britos tersebut.
“Itu sebuah pelanggaran,” kata Neville dalam cuitan Twitter-nya. “[Britos telah] menendang kaki kirinya Martial untuk mendapatkan bola.”
Saat pelanggaran itu terjadi, Martial–yang beberapa menit sebelumnya beradu dengan Daryl Janmaat–terjatuh ketika menguasai bola yang hendak direbut Britos.
Dalam tayangan lambat terlihat kaki kiri Britos masuk mendorong bola yang dialihkan Martial dari kaki kanan ke kaki kiri. Kaki Martial lalu terlihat tak seimbang, karena tulang keringnya terhadang kaki Britos.
Ketika Martial kehilangan keseimbangan dan terjatuh, kaki kanan Britos masuk untuk membuang bola. Namun terlihat saat hendak menendang bola, kaki kanan Britos tampak mengenai bagian tumit Martial.
Mantan wasit Liga Inggris, Howard Webb, mendukung keputusan Oliver. Menurutnya, seperti dikutip dari Metro, Oliver melakukan keputusan yang benar, karena terlihat bahwa kaki Britos menyentuh bola terlebih dulu sebelum Martial kehilangan keseimbangan.
“Itu memang tipis,” kata Webb.
Pendapat Webb itu pun disambut mantan gelandang Inggris Steve McManaman yang kini menjadi analis untuk
BT Sport.
Jika anda mengenai bola, apakah itu lewat sliding atau tekel, tapi lawan terjatuh itu tak apa-apa bukan pelanggaran. Britos bisa mendapatkan bola lebih dulu. Dia mendapatkan bola, sangat-sangat tipis,” kata mantan bintang Liverpool dan Real Madrid tersebut.
Dengan kekalahan dari Watford ini Manchester United telah tiga kali berturut di berbagai ajang menderita apes.
Lantas muncul pertanyaan, apa yang salah dari sistem permainan The Special One?
Mengandalkan formasi empat-dua-tiga -satu, sistem permainan MU ketika melawan Watford tidak berjalan.
Duet Paul Pogba dan Marouane Fellaini di lini tengah tidak mampu mengelola lini tengah dengan baik.
Fellaini terlihat tidak tahu apa yang harus dikerjakannya sebagai deep lying midfielder.
Gelandang asal Belgia itu tidak impresif ketika membangun serangan, dan buruk ketika bertahan.
Bahkan Fellaini memberi Watford hadiah penalti saat injury time babak kedua karena melanggar Juan Zuniga.
Pogba yang posisinya tepat di samping Fellaini, juga tidak berkembang.
Selain tendangan spekulasi di babak pertama yang mengenai mistar gawang, pemain termahal di dunia itu main buruk ketika melawan Watford.
Pogba terlihat tidak cocok berada di posisi tersebut. Kemampuannya dalam membangun serangan menjadi sia-sia.
Terlebih ketika Wayne Rooney sering memperlambat transisi serangan MU. Alhasil Pogba lebih sering terlihat frustrasi.
Keputusan Mourinho menjadikan empat pemain bertipe penyerang: Rooney, Zlatan Ibrahimovic, Anthony Martial, dan Marcus Rashford juga merupakan sebuah blunder. Keputusan itu membuat lini tengah MU jadi minim kreativitas.
Padahal Mourinho punya pemain seperti Juan Mata atau Ander Herrera di bangku cadangan. Keputusan memasukkan Mata menggantikan Antonio Valencia terbilang terlambat.
Semua sistem yang tidak berjalan tersebut membuat tempo permainan MU sangat lambat. Sebaliknya, Watford lebih sering memenangi perebutan bola dan lebih banyak mengancam.
Salah satu faktor terpuruknya permainan MU belakang ini adalah menurunnya permainan Ibrahimovic.
Terakhir, Ibra mencetak gol ketika melawan ManCity, dan itu pun karena blunder Claudio Bravo.
Ketika melawan Watford, Ibrahimovic setidaknya memiliki tiga peluang untuk mencetak gol, tapi gagal memanfaatkannya.
Andai Ibrahimovic sedang dalam performa terbaiknya, MU setidaknya bisa meraih kemenangan tipis atas Watford di laga malam tadi.
Saat ditanya mengenai performa anak-anak asuhnya, Mourinho memuji winger Inggris Ashley Young. Young masuk ke lapangan hijau menggantikan Martial yang cedera pada babak pertama.
Mourinho mengakui senang dengan determinasi positif yang ditunjukkan Young di sayap kiri.
“Dalam pendapat saya, Young memiliki sikap yang fenonemal, selalu positif, dan berdeterminasi,” ujar Mourinho kepada MUTV seperti dikutip dari Manchester Evening News
Atas dasar itu, lanjut Mourinho, saat sesi latihan pagi usai laga akhir pekan Liga Inggris, dirinya akan menjadikan Young sebagai contoh bagi seluruh skuat MU.
“Kami perlu orang-orang positif yang memberi kami sebuah perasaan positif karena, di waktu berikutnya anak-anak ini akan kembali ke lapangan sepak bola. Mereka akan merasakan, jelas sebagai manusia normal, beratnya kekalahan,” kata Mourinho.
Berbicara tentang kekalahan beruntun yang diderita timnya, Mourinho mengakui itu memang berat dan mengecewakan bagi seluruh suporter.
“Saya sedih? jelas tapi, saya mengatakan kepada para pemain, ada satu jalan untuk kembali,” tukas dia.
Selanjutnya MU akan melakoni laga yang di atas kertas merupakan partai mudah.
Sesuai jadwal, MU direncanakan akan melakoni laga Piala Liga melawan tuan rumah Northampton Town pada Rabu mendatang.
Setelah itu, Mourinho akan menjamu juara Liga Inggris musim lalu Leicester City pada akhir pekan.