Jose Mourinho tak jadi menangis di Wembley Stadium, Minggu dinihari WIB, 08 Agustus 2016, ketika mengubahnya dengan aksi melompat, usai laga Community Shield, dan momen itu menjadi persembahan gelar pertamanya Manchester United ketika mengalahkan Leicester Cityu dua gol berbanding satu.
Kemenangan ini juga menghapus semua kritik untuk Zlatan Ibrahimovic yang memberikan satu gol lainnya ketika kedua tim bermain imbang oleh lesakan Jesse Lingard dan Jamie Vardy.
Pada awal pertandingan, Leicester sebenarnya tampil lebih mengancam melalui duet striker mereka, Jamie Vardy dan Shinji Okazaki.
Nama pertama sempat mendekati kotak penalti pada menit kelima. Namun, Daley Blind melepaskan tackle sesaat sebelum Vardy melepaskan tembakan.
Empat belas menit berselang, Vardy melewati Eric Bailly, lalu memberikan bola kepada Okazaki. Kali ini, usaha Okazaki masih membentur barisan pertahanan Man United.
Sang juara Premier League malah kecolongan lewat aksi Jesse Lingard Gol Lingard sekaligus menutup paruh pertama di Wembley.
Kedudukan baru kembali imbang saat babak kedua berlangsung tujuh menit. Marouane Fellaini melakukan kesalahan fatal dalam melepaskan operan di depan kotak penalty dan bola “dicuri” oleh Jamie Vardy, yang berlari cepat ke dalam kotak. Striker tim nasional Inggris itu sempat melewati David De Gea sebelum menendang bola ke gawang.
Intensitas ancaman kedua tim kembali meningkat dan Ibrahimovic membayarkebuntuan itu dengan menanduk bola umpan silang Antonio Valencia.
Usai laga dengan nada tinggi, Claudio Ranieri, pelatih Leicester dengan geram mengatakan timnya tidak layak kalah di waktu normal dari Manchester United
“Saya pikir kami setidaknya layak untuk bermain hingga adu penalti. Tapi inlah sepak bola,” ujar Ranieri di Sky Sports.
Meski kalah, Ranieri mengaku puas dengan performa timnya. Ahli susun formasi asal Italia ini mengungkapkan, timnya belum terlalu siap untuk bermain seperti musim lalu.
“Saya telah mengucapkan selamat pada para pemain saya. Kami belum terlalu siap seperti musim lalu, tapi kami bermain baik, terutama di babak kedua,” kata Ranieri.
“Mungkin di babak pertama, kami sedikit malu karena cuaca terlalu panas dan kami sulit berlari. Di babak kedua, kami banyak menekan dan mencoba menciptakan gol.”
“Kami berhasil dan saya pikir, minimal, kami seharusnya bisa sampai adu penalti,” kata Ranieri mengakhiri.
“Empat puluh poin target Leicester. Jangan tertawa! Saya mengulangi dengan filosofi dan kesederhanaan yang sama, itulah yang terjadi,” kata Ranieri.
“Apa yang kami raih musim lalu memang luar biasa, tapi saat ini kami tetap menargetkan empat puluh poin. Setelahnya, kita akan lihat apa yang akan terjadi,” ujar Ranieri.
Di laga itu muncul kejadian menarik ketika Juan Mata menunjukkan kekesalannya saat ditarik keluar oleh Mourinho.
Keputusan sang pelatih cukup membuat Mata kesal.
Pasalnya, Mata baru masuk pada menit di pertengahan babak kedua menggantikan Jesse Lingard. Namun, dia kemudian diganti Henrik Mkhitaryan di sisa waktu permainan.
Rasa tak senang diperlihatkan Mata, ketika meninggalkan lapangan.
Situasi ini membuat spekulasi masa depannya di Old Trafford semakin menjadi bahan perbincangan di kalangan media.
Usai pertandingan Mourinho mengungkapkan alasan menarik keluar Mata.
Pelatih asal Portugal ini, menekankan bahwa pergantian pemain yang diterapkannya murni karena kebutuhan strategi klub yang diwajibkan untuk mengatasi bola-bola atas.
Menurutnya, Mata bermain sangat baik, dan dia mampu memberikan apa yang diinginkan.
“Aturannya ada enam pergantian, dan saya ingin menghentikan permainan, untuk membunuh waktu. Saya punya sisa satu pergantian dan harus menarik keluar pemain yang terkecil.”
“Memang Mata meluapkan kekesalannya, namun lawan terus memberikan tekanan. Kami ingin menang dan semua orang bahagia dengan hasil akhir laga,” kata Mourinho.
Mourinho mengatakan akan mendedikasikan kemenangan ini untuk mantan pelatih MU Louis van Gaal.
Mourinho memuji Van Gaal, yang disebut sudah meletakkan dasar untuk kemenangan United