Manchester United dan Ole Gunnar Solskjaer baru menelan kekalahan perdana.
Pekan-pekan berikutnya MU dan Solskjaer diadang lawan-lawan berat yang berpotensi memicu isu pergantian manajer.
Mengawali Liga Inggris musim ini dengan kemenangan atas Chelsea, MU kemudian bermain imbang dengan Wolverhampton Wanderers dan menelan kekalahan dari Crystal Palace.
Dalam pertandingan pekan keempat, MU akan bertemu dengan Southampton. Untuk sementara, The Saints berada di papan bawah. Namun The Red Devils bukan berarti bakal tampil tanpa perlawanan di Stadion Saint Mary.
Musim lalu Ralph Hasenhuettl dan anak asuhnya pernah membuat Marcus Rashford dan kawan-kawan kesulitan. Pada pertemuan pertama, Southampton menahan imbang MU yang masih dilatih Jose Mourinho. Sementara pada laga putaran kedua MU menang tipis berkat gol Romelu Lukaku pada menit akhir.
Setelah Southampton, MU bakal bertemu Leicester City pada pekan kedua September atau setelah jeda internasional. Sama seperti Southampton, Leicester juga menahan imbang MU pada putaran pertama dan hanya kalah dengan selisih satu gol pada putaran kedua.
Selain itu, Leicester hingga tiga laga awal Liga Primer musim ini belum terkalahkan dan berada di peringkat keempat atau satu peringkat lebih baik dibanding MU.
West Ham United yang akan menjadi lawan MU pada pekan ketiga September bahkan pernah mengalahkan Paul Pogba cs pada putaran pertama musim lalu. Pada putaran kedua, MU butuh dua gol penalti Pogba untuk meraih kemenangan
Arsenal kemudian akan menjadi lawan ‘big six‘ kedua bagi MU setelah Chelsea. Di Old Trafford, MU bakal menjamu The Gunners pada hari terakhir Agustus .
Klub asal London itu musim lalu bertemu MU tiga kali dan meraih satu kemenangan, satu kali seri, dan sekali kalah. Musim ini keberadaan Nicolas Pepe dan Dani Ceballos bisa menjadi ancaman bagi lawan-lawan Arsenal.
Jika MU keteteran dan gagal meraih kemenangan dalam empat laga tersebut, bukan tidak mungkin akan kembali muncul isu pergantian manajer.
Solskjaer yang sempat menghadirkan harapan dengan catatan tanpa kalah dalam sebelas pertandingan, gagal menjaga konsistensi tim.
Musim lalu MU pun tak mampu masuk zona Liga Champions
Ole Gunnar Solskjaer juga meminta pasukannya mulai membiasakan diri dengan kehadiran Video Assistant Referee (VAR). Kehadiran teknologi baru tersebut sudah diterapkan pada ajang Premier League mulai musim ini.
Setelah pertama kali diterapkan di Piala Dunia. Video Assistant Referee atau disingkat VAR mulai diadaptasi di liga-liga top Eropa. Premier League Inggris baru menerapkan teknologi itu di musim ini.
Pada pertandingan melawan Crystal Palace di akhir pekan kemarin, MUdua kali dirugikan VAR.
Mereka seharusnya mendapatkan satu penalti dan juga Gary Cahill harusnya mendapatkan kartu merah setelah melakukan pelanggaran berbahaya, namun wasit memutuskan tidak mengecek VAR pada saat itu.
Menanggapi situasi tersebut, Solskjaer menyebut timnya harus beradaptasi dengan VAR. “Saya rasa kami harus membiasakan diri dengan itu,” beber Solskjaer kepada situs resmi MU.
Solskjaer mengaku bahwa timnya cukup dirugikan karena penggunaan VAR yang tidak maksimal.
Ia menyebut bahwa wasit VAR seharusnya bisa membuat keputusan yang lebih baik pada pertandingan tersebut.
“Saya rasa akan ada perdebatan mengenai ini [VAR], karena wasit yang sama yang membuat keputusan tersebut, yang mana mereka hanya berada di ruang yang berbeda di Stockley Park.”
Solskjaer bisa memaklumi bahwa penerapan VAR di Premier League saat ini masih jauh dari kata optimal.
Namun ia berharap para teknisi VAR ini mampu bekerja dengan baik sehingga tidak merugikan timnya.
“Terkadang saya merasa mereka membuat keputusan yang salah dan terkadang mereka membuat keputusan yang benar. Saya rasa VAR akan menemukan cara untuk beroperasi dengan tepat nantinya.” ia menandaskan.
Manchester United sendiri tumbang di pertandingan pekan ketiga EPL di akhir pekan kemarin.