Jan Oblak, kiper Atletico Madrid, menjadi “dalang” dari hancurnya impian Bayern Muenchen menggapai final Liga Champions setelah mementahkan penalti Thomas Mueller di laga leg kedua semi final di Alianz Arena, Rabu dinihari WIB, 04 Mei 2016.
Penyelamatan Oblak ini membuat Atletico memahatkan kepercayaan diri mereka lebih kuat dan lolos ke final walaupun kalau dua gol berbanding satu, tapi secara agregat gol mereka memiliki jumlah yang sama dua berbanding dua.
Atletico bisa sampai ke final karena mampu memenangkan laga di kandangnya satu gol tanpa balas di leg pertama.
Dengan lolosnya Atletico ini mereka masih menunggu hasil laga Real Madrid melawan Manchester City, Kamis dinihari WIB, 05 Mei 2016, nanti.
Bila Real yang hadir di final di pastikan laga antar dua klub satu kota ini akan menjadi pertandingan beraroma La Liga
Dua tahun lalu di Stadion Da Luz, Lisbon, 24 Mei 2014, Atletico dan Madrid juga bertemu di final Liga Champions. Ketika itu Atletico tumbang meski sempat unggul satu gol diawal laga
Final ini juga, bagi tim dengan julukan Los Rojiblancos menjadi yang ke sembilan final kompetisi Eropa.
Laga di Allianz Arena, kandang Bayern Muenchen, bukan hanya menjadikan Oblak sebagai “hero,” tapi juga mencatat kehebatan Antoine Griezmann, striker Atletico yang memberikan dua gol bagi timnya.
Pelatih Atletico Madrid, Diego Simeone, mengakui tak mudah bagi skuatnya menghadapi gempuran demi gempuran skuat Bayern Munich..
Menurut Simeone, timnya bisa saja tak selamat dari bombardir tuan rumah dan tak lolos ke final.
Namun, pelatih asal Argentina itu menungkapkan sejumlah momen krusial yang menjadi faktor penentu timnya bisa lolos.
Salah satu yang amat membantu timnya, menurutnya, kegagalan penalti Thomas Mueller pada babak pertama.
Tembakan penalti penyerang Munich itu sukses ditepis Jan Oblak. “Jika mereka mereka bisa mencetak gol melalui penalti itu jelas sangat membahayakan kami,” tutur Simeone.
Sebaliknya, kegagalan penalti Fernando Torres juga disebutnya sebagai faktor krusial bagi timnya.
“Lalu, itu akan banyak membahayakn mereka jika Torres mampu mencetak gol penalti,” ujar pelatih asal Argentina itu.
“Kami tampil buruk di babak terakhir. Itu tak mudah, tapi kami mencoba terus berjibaku dengan hasil sebaiknya dan kami menikmatinya di akhir lag.”
Di babak pertama, Simeone mengakui kualitas luar biasa dari permainan Munich yang bermain menekan dengan intensitas tinggi.
“Babak pertama sangat fantastis dan kami tak bisa berbuat banyak dengan situasi yang Munich ciptakan,” ungkapnya.
“Di babak kedua, permainan tak sama lagi. Kami mulai bisa melakukan serangan balik, mencetak gol dan nyaris membuat gol lagi.”
Baru kali ini Simeone menyebut melakoni laga yang amat spektakuler dan sangat sulit.
“Kami telah menaklukkan dua dari tiga tim terbaik di dunia. Barcelona dan Munich,” tutur mantan pelatih Inter Milan itu.
“Beruntung kami memiliki hasil bagus di Vicente Calderon. Itu memberi keuntungan pada dua laga semifinal.”
Sementara itu Anotonio Griezman mengatakan, tim terbaik adalah tim yang memenangkan pertandingan.
“ Bayern memang lebih baik pada laga kedua ini, tapi kami menang sempurna pada leg pertama,” ungkap Griezmann seperti dilansir AS.
Meski kalah satu gol berbanding dua di Allianz Arena, satu-satunya gol Griezmann pada menit, menjadi penentu dalam laga penuh drama.
Gol tersebut yang membuat keunggulan gol tandang Atletico, menggerek tim asal Spanyol tersebut melaju ke final.
“Kami mencetak gol di sini dan itu sangat penting.”
Sebelumnya, di laga semi final melawan Barcelona, Griezmann mencetak dua gol kemenangan tanpa balas.
Mantan bomber Real Sociedad itu pun mengaku senang dengan sukses yang diraih timnya di tengah kesulitan.
“Pertandingan yang sangat sulit,” ucapnya.
“Kami menghadapi tim hebat dan harus bertahan serta mencetak gol dalam sekali kesempatan. Kami berhasil melakukannya.”
Luar biasanya, dua tim yang disingkirkan Atletico melalui gol Griezmann, merupakan dua dari tiga klub terbaik di dunia. Penakluk dua raksasa dari Eropa itu pun layak disematkan kepadanya.
Meski demikian, Griezmann berusaha merendah menanggapi pujian-pujian itu.
“Kami harus tetap menjejakkan kaki ke bumi, fokus pada La Liga dan final dan kami akan memiliki waktu untuk memikirkan hal itu,” tutur pemain asal Perancis tersebut
Bayern Muenchen memang terhenti di semifinal, kndati menang dua gol berbanding satu pada pertemuan kedua semifinal di Stadion Allianz. Bayern tersingkir karena kalah agresivitas gol tandang.
Dua kegagalan penalti mewarnai kemenangan Bayern di Allianz Arena. Nahas bagi tuan rumah, satu kegagalan itu menimpa Thomas Mueller.
Xabi Alonso membawa timnya unggul lebih dulu.
Namun, Atletico membuat langkah Bayern melaju kian berat karena Antoine Griezmann membuat skor sama kuat pada awal-awal babak kedua.
Gol Robert Lewandowski tak berarti karena Bayern gagal mencetak gol tambahan.
Secara agregat kedudukan kedua tim imbang dua gol berbanding dua. Namun, Atletico berhak ke final karena unggul agresivitas gol tandang.
Kalah1 pada pertemuan pertama membuat Bayern mengejar gol cepat.
Terbukti, tuan rumah pun mampu unggul terlebih dulu berkat gol Xabi Alonso dari tendangan bebas yang dieksekusinya dengan kaki kanan dan bola meluncur di sela kaki Jose Gimenez sebelum meluncur ke gawang lawan.
Setelah kebobolan, Bayern meningkatkanb agresivitas serangannya.
Seusai melewatkan beberapa peluang, Die Roten – julukan Bayern – mampu mencetak gol lewat aksi Lewandowski.
Penyerang asal Polandia tersebut menyundul bola dari bola yang dikirimkan Vidal. Dengan gol ini, Bayern membutuhkan satu gol lagi untuk menyegel tiket final.
Akan tetapi, Bayern malah melakukan blunder. Mereka diganjar hukuman penalti setelah Martinez melanggar Torres di dalam kotak terlarang.
Beruntung bagi Bayern, kiper Manuel Neuer berhasil menepis bola yang diarahkan Torres ke sisi kanan gawangnya.
Setelah itu, Bayern menguasai permainan tetapi gagal mencetak gol tambahan. Alhasil, Bayern pun gagal lolos karena kalah agresivitas gol tandang.