“Ini bukan masalah ego, saya tidak ingin mengalahkan Pep atau Johan atau siapa pun.”
“Sebaliknya, saya telah memelihara diri saya berkat mereka, saya adalah murid mereka, impian saya adalah mengembalikan Barca ke puncak dunia,” kata Xavi .
Mantan pelatih Al Sadd itu pun mengakui taktik yang ia terapkan di Al Sadd mirip dengan konsep taktik Pep, yakni menguasai permainan secara dominan, penguasaan bola, possession yang kuat, serta banyak melakukan serangan.
“Ini tentang menyerang lawan dengan terampil dengan cara tertentu. Dalam hal ini bukan ide saya. Saya telah belajar banyak dengan Guardiola, dari caranya, ambisi yang dia miliki, keinginan dan semangat yang dia rasakan.
Dia adalah football-obsessed tactician dan menyenangkan berada di dekatnya,” kata lanjut xavi
Vincent Kompany mengakui bahwa Pep memberinya cara baru dalam memandang sepakbola.
Pep memberinya bahasa sepakbola yang ia mengerti dan itu membuat mantan kapten Manchester City tersebut terpacu untuk menulis cerita karier sepakbolanya sendiri.
Jenis pendekatan catur seperti itu cocok dengan cara berpikir saya, tetapi saya belum pernah melakukannya sebelumnya.
Saya memiliki pelatih dan manajer luar biasa yang mengajari saya banyak hal sebelumnya, tetapi bukan sisi strategis permainan.
Saya pikir sebagian besar pemain mengerti itu, itulah kekuatannya. Begitu Anda mengalaminya, sulit untuk berpikir dengan cara lain,” ujar Kompany
Tampaknya Pep merasa ada potensi luar biasa dalam diri Kompany, sampai-sampai ia mengatakan bahwa Kompany kelak akan melatih Manchester City.
“Mungkin kompany tidak setuju dengan saya, tetapi setelah melihat timnya, saya lebih dari yakin hari ini, dia akan kembali. Kapan? Ketika saya mengatakan perasaan saya minggu lalu, bagian ini saya tidak tahu.Tapi itu akan terjadi”
Namun, Kompany meminta mantan pelatihnya itu untuk berhenti mengaitkan dirinya akan kembali bergabung dengan Manchester City.
Pria tiga puluh tujuh tahun itu mengatakan bahwa ia hanyalah manajer tim championship dan ia menyarankan agar Pep tetap melatih The Citizens selama sepuluh tahun atau lebih.
Kompany juga mengatakan bahwa City perlu memiliki manajer kelas dunia. Secara tidak langsung, ia memuji Pep sebagai manajer kelas wahid dan ia merasa dirinya masih jauh dari level Pep.
Anak asuh Pep di FC Bayern, Xabi Alonso, mengakui bahwa Pep sosok yang sangat spesial. Sebagai manajer, kata Alonso,.
Pep mengerti bagaimana membaca sepakbola dari sisi detail kecilnya – tentang apa yang tim butuhkan untuk mengontrol dan menciptakan peluang.
Xabi menganggap Manchester City sangat stabil dan mampu mengontrol semua pertandingan. Untuk melakukan itu di Premier League, menurut Xabi, sangatlah sulit dan keberhasilan tersebut merupakan bagian dari pengetahuan Pep tentang permainan dan hasratnya sebagai seorang manajer.
Rekan satu tim Xabi di FC Bayern, Phillip Lahm, menganggap Xabi pasti punya modal menjadi manajer yang sukses.
Menurut Lahm, Xabi telah menaklukkan tiga liga terbaik di dunia Xabi pun dilatih oleh manajer-manajer berpengalaman seperti Jose Mourinho, Carlo Ancelotti, Rafael Benitez, Vicente del Bosque, dan tentu saja Pep Guardiola.
“Karier bermainnya bukan jaminan Xabi akan menjadi pelatih hebat. Tapi dia pasti memiliki semua yang diperlukan: karisma, usia, kualifikasi dan karakter yang ingin terus berkembang.
Dan pengetahuan yang hanya bisa Anda peroleh di lapangan,” tulis Lahm dalam sebuah esai yang tayang di The Guardian.
Tiga setengah musim menjadi asisten Pep menjadikan Arteta banyak melahap ilmu Pep. Kini, Arteta menjadi pesaing Pep dalam perebutan gelar Premier League.
Sejak menangani Arsenal, Arteta berusaha menerapkan sepakbola posesional sebagaimana yang telah diterapkan Pep di Manchester City. Hanya saja, Arteta lebih banyak merombak pemain karena komposisi pemainnya tidak semerata The Citizens.
Di sisi lain, Arteta pun secara tegas melepas pemain yang tidak masuk ke dalam skemanya, seperti Alexandre Lacazette, Hector Bellerin, serta Shkodran Mustafi.
Hal yang sama juga diterapkan Pep ketika pertama kali mendarat di Manchester City, dengan tidak memberi tempat pada Yaya Toure, Joe Hart dan Sergio Aguero.
Arteta memang mengaku tidak meniru siapapun sebagai seorang pelatih. Namun, ia mengakui telah terinspirasi dari Pep, sebagai pemain maupun pelatih.
Sebagai manajer, Pep pun tidak sungkan mengakui bahwa Arteta punya peran besar dalam membentuknya menjadi manajer yang lebih baik.