Gerd “Der Bomber” Mueller, 67 tahun, tertawa ngakak ketika gelitik pertanyaan Mark Hamilton dari “BBC News Sport” menggodanya di ujung sebuah wawancara ekslusif di sebuah cafe yang sepi, di pinggiran kota kecil Nordingen, Jerman, awal pekan lalu. “Masih ingin bersaing dengan Lionel Messi?”
Berbusana “casual” dengan “tisset” biru, celana jeans belel dan tetap dengan barewok, yang kini,sudah memutih di wajahnya, Gerd Mueller hari-hari itu sedang “bersembunyi” dari kejaran wartawan yang ingin memaksanya mengomentari rekor 85 gol miliknya dalam satu musim kompetisi, yang oleh Lionel “si Kutu” Messi dilampau ketika mencetak dua gol ke gawang Real Betis dalam lanjutan kompetisi La Liga.
Lionel “Si Kutu” Messi, di pekan ke-15 La Liga hari Minggu lalu, dipelototi penampilannya oleh pengamat, penggemar dan insan bola setelah di pekan ke-14 kompetisi Spanyol itu mengalami paceklik gol.
Dan tambahan dua golnya ketika Barca menang atas Real Betis, menjadi “big news” dan menjalar di ranah media sebagai catatan rekor baru dipelataran persepakbolaan. Messi hari itu menggenapi koleksi golnya menjadi 86 di pertandingannya ke-65 musim ini, yang mengukuhkan klub Catalonia, “Blaugrana,” di puncak klasemen sementara La Liga.
Messi memang sudah melampai rekor 85 gol Gerdhar “Der Bomber” Mueller, tapi dalam jumlah pertandingan pencapaiannya belum sempurna. Muller membuat 85 gol dalam 60 pertandingan di kompetisi Bundesliga, Liga Champions, DFB pokal dan DFB liga pokal serta laga internasional lainnya di tahun 1972.
Sedangkan Messi menyentuh jumlah gol itu dalam pertandingan ke-65 di La Liga, Liga Champions, Copa del Ray dan Supercopa Spanyol. “Secara gol Messi sudah unggul, tapi dalam jumlah pertandingan rekor Gerd Muller belum akan terpecahkan. Messi masih memiliki peluang untuk itu. Ia masih muda dan karirnya masih cemerlang,” tutur Mark dalam interval wawancara yang diisi narasi untuk pergantian episode yang menyelipkan unsur spekulasi dalam tayangan berdurasi 40 menit itu.
Gerdhar Mueller, yang pensiun dari karir sepakbola di tahun 1981 setelah bermain di Fort Lauderdale Strikers, sebuah klub liga Amerika Utara, gagal membina karir di luar lapangan dan mengalami “post power sindrom” dan mencari pelarian dengan menenggak alkohol sebagai pecandu. Selama empat tahun ia terlunta-lunta dan mengalami ke”bangkrut”an.
Dalam Bahasa Inggris yang balepotan dengan aksen Jerman yang elegan dan berdesis, legenda Bayern Munchen itu kepada Mark Hamliton, menjawab dengan acuh pertanyaan demi pertanyaan seputar prestasinya ketika menorehkan rekor gol kala itu.
Setiap kali, sebelum memberi jawaban, ia mengibaskan tangannya ke sorot kamera karena “lighting” yang menyergap tatapannya. “Saya tidak suka dengan sorot cahaya. Saya sejak dulu muak dengan sanjungan” Bahkan dalam sebuah jawaban ia di sebuah episode lainnya Mueller “heng” dan mengatakan , “noch, saya sedang tidak mabuk kan? Enyahlah prestasi itu.”
Seakan mengejek dirinya sendiri, yang pernah kecanduan alkohol dan menjadi penghuni klinik rehabilitasi, untuk kemudian, setelah sembuh, diajak oleh Frank Beckenbauer sahabatnya di tim Jerman dan di klub Bavaria itu, yang kala itu menjadi Presiden Bayern, untuk melatih klub junior Munchen. Gerd Mueller nampak tersiksa untuk mengenang masa kejayaannya itu.
Untuk itu, jawabannya yang berbunyi, “saya sedang tidak mabuk” mengisyaratkan ketidaksetujuannya untuk membandingkan dirinya dengan Messi. “Saya milik masa lalu. Messi anak planet Latin. Saya percaya ia jauh lebih kuat memikul beban sebagai superstar. Ia, sepertinya, tak memikirkan rekor. Dan saya terjebak dalam megalomania dan halusinasi ketenaran dan sanjungan yang menghancurkan,” katanya dalam kalimat pendek-pendek bernada perih dan menyiksa.
Messi memang bukan sebuah lambang perseteruan dari satu rekor ke rekor lain. Tidak untuk memposisikannya sebagai saingan Muller dan tidak juga atas kehebatan Pele mau pun Maradona, dua legenda lainnya, yang rekor golnya telah pula dilewati si “Kutu” itu, begitu julukan yang diberikan penggemar bagi si “cebol” yang dimasa kanak-kanaknya mengalami hambatan pertumbuhan hormon. Messi adalah sebuah “prototype” acuh dengan sanjungan untuk atribut rekor. Ia figur yang berhasil menyempal dari “selebritas.”
Tampil dengan sangat-sangat sederhana dan melewati hari-harinya sebagai lelaki rumahan, Messi merupakan perbandingan terbalik dengan Cristiano Ronaldo pemain Real Madrid yang prestasi sepakbolanya berjalan beriringan dengan “glamouritas” pribadinya yang “dandy,” gonta ganti pacar, keluar masuk klub mewah dan mendapat “privelese” dari klub dan pelatihnya di “El Real.”
Messi, seperti dikatakan pelatih Barca Tito Vilanova, telah menorehkan rekor yang “brutal.” Rekor fantastis yang akan sulit dipecahkan dalam hitungan tahun. Untuk memecahkan rekor Mueller saja dibutuhkan seorang Messi setelah 40 tahun. Dan Messi masih akan menambah jumlah gol sebelum tutup tahun karena Barca masih menyisakan dua pertandingan La Liga dan satu pertandingan Copa del Rey.
Sedangkan rekan satu timnya Gerard Pique mengatakan rekor Messi sebagai “supernatural.” Kemampuannya tak ada batas. Ia pesulap yang menyenangkan. Kami menikmati menit demi menit dengannya di lapangan dan di luar lapangan. Menyenangkan.
Messi sendiri yang ditanya tentang rekornya itu, seperti biasanya, cuek dan bercanda mengata,”Akan sulit bagi pemain generasi mendatang untuk mencapai rekor itu. Saya tidak tahu apa arti rekor itu bagi saya. Tak ada yang istimewa karena ia menjadi milik sepakbola dunia.”
“Saya akan mencetak satu atau dua gol lagi sehingga hingga tutup tahun nanti untuk menghambat pemain lain mengejar saya.” katanya menambahkan sambil memeragakan dirinya sedang berlari.
Rekor yang dicapai Messi ini tak mampu membendung pujian. Arsene Wenger, Si “profesor,” manajer Arsenal yang pelit memberi apresiasi terhadap kehebatan pemain lain dengan bergidik mengatakan,”Messi telah menghipnotis jagat sepakbola dunia. Saya berpikir 85 gol Mueller tak akan bisa dilampai oleh pemain mana pun. Mueller memang “bomber” dan pantas mendapatkannya. Messi? Saya tak tahu apa gelar yang pantas untuknya.”
“Anda boleh mengatakan, mudah untuk mencetak gol. Anda melihat Messi bermain, mencetak gol dan berkata, mudah. Tapi coba Anda hadir sebagai pemain. Sulit…sulit..” Josep Maria Cassanovas, kolumnis sepakbola koran olahraga “Sport” yang tulisannya sangat disegani FIFA dalam edisi kolomnya hari Selasa mengatakan,” Kita sangat beruntung hadir bersama Messi. Menyaksikan permainannya, rekornya dan kesederhanannya. Kita hidup ditahun-tahun luar biasa ketika Messi mencetak 86 gol atau lebih lagi.”
Lionel Messi, seperti ditulis Maria, masih bisa mencatat rekor baru lagi bila ia dinobatkan menjadi pemain terbaik Ballon de ‘Or. Pemain Terbaik Dunia 2012 yang akan diumumkan 7 Januari 2013. Ia bersama dengan Iniesta dan Cristiano Ronaldo di nominasikan oleh FIFA sebagai pilihan untuk menyabet gelar itu.
Dan bila ia menjadi pemenang untuk keempat kalinya Messi akan melampaui rekor yang pernah disandang Johan de Cruyff, Michel Platini dan Marco van Basten yang memperolehnya tiga kali.
Tidak hanya bersaing dengan Inoesta dan Cristiano Ronaldo, mau pun Platini, Basten dan Cruyff, Messi, Si “Kutu” itu juga akan bersaing dengan Maradona dan Pele, dua legenda pemain terbaik sepanjang masa, bila ia mampu membawa Argentina menjadi juara Piala Dunia yang akan diselenggarakan di Brazil tahun 2014.
Messi yang kini dipercaya sebagai “captain” Argentina masih diperdebatkan kehebatan untuk bisa disejajarkan dengan Maradona dan Pele karena belum pernah membawa tim negaranya menjuarai Piala Dunia dan Piala Libertadores. Maradona. Pele berpartisipasi dengan Brazil dalam tiga kali Juara World Cup. Sedangkan Diego Maradona membawa Argentina menjadi dua kali juara dalam karirnya sebagai pemain paling eksplosif.
Baginya Messi, kesempatan untuk mensejajarkan diri dengan Ppele dan Maradona masih sangat mungkin karena di tahun 2014 ia akan memimpin Argentina dalam perebutan juara. Ketika itu Messi masih berumur 26 tahun. Karir sepakbolanya masih masih bisa bertahan hingga enam tahun kedepan. Dan ia akan bisa menorehkan banyak kejutan dengan rekor supernaturalnya. []