The Citizen alias Manchester City makin nyaman di puncak klasemen Liga Primer usai menghajar Liverpool di Anfield pada pekan kedua puluh tiga laga-laga liga.
Hingga memasuki pekan kedua puluh empat Liga City nyaris tanpa pesaing dalam perburuan gelar juara musim ini.
Barisan elit Liga seperti Manchester United, Leicester City, apalagi Liverpool belum sanggup mengimbangi performa Man City.
Sampai dengan awal pekan ini, The Citizens menjadi kandidat yang paling kuat menjuarai Premier League musim berjalan.
Kompetisi belum usai, dan masih empat belas pertandingan lagi, bahkan bagi Man City masih lima belas laga.
Segala sesuatunya bisa berubah, termasuk performa Man City yang mungkin mendadak menurun atau Liverpool yang tiba-tiba ‘kesetanan’ pada pertandingan tersisa.
Akan tetapi, jika ditilik dengan hitung-hitungan di atas kertas, tim asuhan Pep Guardiola itu hanya tinggal menunggu waktu untuk kembali juara Liga Inggris.
Setelah awal musim yang naik-turun, Man City tampil konsisten di pertengahan putaran pertama.
Usai kalah dua gol tanpa balas dari Tottenham Hotspur pada pekan kesembilan, Kevin de Bruyne dan kawan-kawan tidak terkalahkan dalam empat belas pertandingan berikutnya, dengan dua belas di antaranya meraih kemenangan.
Tidak peduli melawan tim-tim tangguh maupun tim lemah, Man City stabil selalu meraih poin
Berkat penampilan yang tidak kenal ampun itu, Man City kini diganjar dengan menempati puncak klasemen Premier League yang sudah didiami selama lima pekan.
Tidak hanya itu, Man City juga memiliki keunggulan poin yang bisa jadi modal guna juara liga di musim ini. The Citizens kini unggul tujuh poin atas Man Utd dan Leicester.
Keunggulan poin itu bisa makin besar jika Man City memenangi satu laga tunda yang belum dimainkan. Man City menyimpan satu pertandingan melawan Everton yang menjadi laga tunda.
Man City layak jadi unggulan pertama, jika tidak boleh disebut sebagai satu-satunya, dalam perburuan gelar juara musim ini lantaran para pesaingnya tidak bisa lagi mengimbangi laju mereka.
Jalan Man City ke podium juara Liga Inggris juga tampaknya cukup mulus. Pada sisa pertandingan di musim ini, Man City hanya akan bertemu Man United dan Leicester sebagai dua tim di papan atas saat ini.
Selebihnya, Man City akan melawan Chelsea, klub besar lain selain MU dan Leicester. Sisanya, merupakan tim-tim medioker dan tim papan bawah.
Salah satu kunci kesuksesan Man City di Premier League adalah solidnya lini pertahanan berkat kehadiran Ruben Dias. Bek asal Portugal itu menjadi pasangan yang apik untuk John Stones.
Padahal, pada musim-musim sebelumnya, Stones merupakan pemain pelapis dan nyaris dibuang Man City. Berkat solidnya pertahanan itu juga Man City hanya kebobolan dua gol dalam lima pertandingan terakhir.
Tidak saja karena pertahanan yang kian membaik, Pep Guardiola juga memiliki kedalaman skuad yang mumpuni. Pelatih asal Spanyol itu kini seperti mempunyai banyak pilihan pemain dengan kualitas setara.
Tengok saja dalam dua pertandingan terakhir yang krusial untuk Manchester Biru. Ketika melawan Liverpool, Man City memainkan Riyad Mahrez sebagai penyerang sayap kanan, Raheem Sterling di sektor kiri, dan Phil Foden sebagai false nine.
Sedangkan saat bertemu Tottenham, Sterling di sisi kanan, Foden di kiri, Gabriel Jesus menjadi penyerang tunggal. Meski bebas mengganti skuadnya, Guardiola tetap bisa membawa Man City menang melawan tim-tim besar Liga Inggris. Liverpool dihaja, Tottenham disikat.
Faktor apiknya penampilan gelandang Ilkay Gundogan juga memengaruhi nasib Man City di Liga Inggris musim ini. Gundogan yang pernah akrab dengan cedera menjelma sebagai kartu as Man City.
Performa mantan pemain Borussia Dortmund itu kerap menentukan hasil pertandingan Man City. Kemenangan atas Tottenham dan Liverpool bukti idealnya skema Guardiola untuk pemain asal Jerman itu.
Bahkan, kesuburan Gundogan yang sudah mencetak gol di Liga Inggris melebihi torehan striker andalan Bayern Munchen Robert Lewandowski serta dua megabintang sepak bola, Lionel Messi serta Cristiano Ronaldo.
Berlainan dengan Citizen, tim satu kotanya Mmanchester sepertinya kehabisan “bensin” untuk bisa mencetak kemenangan di laga-laga yang mereka mainkan.
Pernah sebentar menikmati puncak klasemen, selama tiga pekan, Setan Merah dalam pertandingan terakhirnya hanya menang sekali dan sekali kalah.
Total dari lima laga terakhir itu Setan Merah kehilangan delapan poin dari potensi meraih lima belas poin. Kekalahan mengejutkan dari tim juru kunci Sheffield United di Old Trafford jadi pemicu lengsernya MU dari puncak klasemen, sehingga digusur rival sekota, Man City.
Setelah kekalahan itu, Man Utd bermain imbang tanpa gol ketika melawan Arsenal yang juga sedang limbung di musim ini. Kemenangan telak sembilan gol tanpa balas atas Southampton tidak memberikan garansi bagi The Red Devils kembali akrab dengan kemenangan.
Pada dua laga selanjutnya, Harry Maguire dan kawan-kawan dijegal Everton dan West Bromwich Albion dengan imbang.
Langkah MU jadi pesaing Man City menjuarai Premier League cukup berat setelah tertinggal tujuh poin, terlebih lagi dengan melihat penampilan The Citizens yang terus menggila di Liga Inggris.
Alih-alih ‘berduel’ dengan Man City, MU justru bisa terancam terdepak dari zona Liga Champions. Chelsea yang kini ditangani Thomas Tuchel mulai menebar ancaman untuk posisi empat besar.
Guna menyaingi Man City, Man Utd perlu mengembalikan penampilan mereka seperti pada periode November hingga Desember tahun lalu, di mana mereka tidak terkalahkan dalam sembilan pertandingan.
Pada masa-masa tersebut, Paul Pogba cs bermain dengan begitu konsisten. Ketika itu, MU terlihat tidak memiliki kesulitan untuk memenangi pertandingan.
Hanya saja, sejak akhir Januari hingga kini, grafik penampilan MU justru merosot. Inkonsisten itu membuat The Red Devils secara perlahan diabaikan sebagai calon juara.
Lawan-lawan MU pada empat belas pertandingan sisa lebih berat dibanding Man City. Selain tim sekota mereka, MU juga harus meladeni Chelsea, Tottenham, Liverpool, dan Leicester.
Ditambah lagi dengan Real Sociedad di Liga Europa yang akan dimulai pekan ini. Kembalinya Liga Europa bisa membuat konsentrasi Ole Gunnar Solskjaer terbelah.
Nasib serupa dialami Leicester. Tim asuhan Brendan Rodgers itu juga kerap naik-turun di musim ini. melihat performa yang seperti itu,
The Foxes sepertinya masih cukup sulit guna mengulang momen keberuntungan mereka di lima musim lalu ketika juara Premier League untuk kali pertama.
Di musim ini, status Leicester hanya sebatas pengacau peta persaingan juara Liga Inggris. Leicester lebih cocok menjadi ‘kuda hitam’ yang membuat kandidat juara ketar-ketir.
Seperti Man United, lawan-lawan Leicester berikutnya juga cukup menantang dan tidak seringan Man City. Sebut saja: Arsenal, Man City, Man Utd, Chelsea, hingga Tottenham.
Sementara itu, sulit memasukkan Liverpool ke dalam daftar tim yang akan jadi juara. Jurgen Klopp sendiri menyatakan menyerah membawa The Reds mempertahankan gelar juara Premier League.
Keterpurukan Liverpool di musim ini sudah keterlaluan. Klopp juga seperti tidak memiliki solusi, baik dari sisi pemain maupun strategi yang guna mengatasi lemahnya sektor pertahanan setelah ditinggal pemain andalan mereka: Joe Gomez dan Virgil van Dijk.
Kesialan Liverpool kian bertambah setelah kiper Alisson Becker membuat sejumlah blunder yang merugikan juara bertahan tersebut dalam pertandingan yang berdekatan.
Menurut Klopp, mental Alisson kini sedang menurun. Kondisi itu berbahaya bagi Liverpool, apalagi kalau harus masuk dalam perburuan gelar juara.
Dua pemain baru yang direkrut pada bursa transfer Januari lalu juga belum membuahkan hasil. Ozan Kabak justru blunder saat melawan Leicester, akhir pekan lalu, sedangkan Ben Davies cedera.
Melihat performa tim-tim papan atas saat ini, Man City layak diunggulkan lantaran lebih stabil ketimbang Man Utd, Leicester, apalagi Liverpool.
Peluang Man Utd, Leicester, dan Liverpool juara Liga Inggris akan kembali terbuka jika Man City tersandung dalam beberapa pertandingan.