Gerard Pique melakukan “short tackling” terhadap Neymar. Wasit Bjorn tak memberi interval. Melambaikan “kartu merah” dan berguman “get out.” Pique diusir dari lapangan di laga final Piala Konfederasi antara Brasil melawan Spanyol.
Estadio Maracana bersorak mengiringi langkah Pique menuju bangku cadangan. Ia sempat bergumam, “protection.”Publik tahu maksudnya. Neymar mendapat proteksi dari wasit.
Tapi, ketika dibangku cadangan, Pique memberi tanda jempol ketika Neymar meliriknya. Ia bergumam kembali dalam bahasa Spanyol, “companyon.” Itulah gumam persahabatan. Guman penyesalan ketika ia coba “membantai” pendatang bari Barca itu.
“Untung Pique,” tulis “MARCA,” tabloid Madrid yang prestise itu menulis tentang “tackling dead” yang hampir mencelakakan neymar. Kalau itu dilakukan oleh Sergio Ramos, menurut MARCA akan terjadi kontroversi daqn “perang” bisa berlanjut di La Liga atau Piala Raja dan akan melibatkan komentar Madrid dan Barca.
Pique menyadari ada yang salah kekita ia berbuat “nakal” terhadap Neymar. Seperti dikatakannya kemudian, upaya menjegal Neymar ia lakukan secara spontan. “Kalau saya tahu itu bisa mencelakan Neymar, habis saya diomeli oleh public Barca,” ujarnya kepada tabloid “AS.”
Neymar tak mempersoalkan kasus Pique. Ia tahu itu ceroboh. Tapi ia juga tahu laga sore itu waktu Rio de Janeiro, sangat emosianal.
Neymar da Silva, yang menjadi bintang terang di Maracana, mengaku tak menyangka bahwa negaranya tampil mendominasi atas Spanyol di final Piala Konfederasi pagi tadi WIB. Dominasi itu berbuah kemenangan telak 3-0, sekaligus membawa Brasil menjadi juara ketiga kalinya.
“Tim bermain sangat baik malam ini, bahkan lebih baik dari yang kami harapkan. Hari ini adalah hari yang membuat kami merasa sangat senang, kami tahu bahwa ini merupakan kemenangan yang sangat penting,” ujar Neymar seperti dilansir Soccerway, Senin.
Pemain yang meraih penghargaan sebagai Golden Ball ini juga menilai, rekan setimnya sangat menikmati pertandingan yang sangat menentukan itu. Terlebih tim yang dihadapinya adalah tim peringkat satu FIFA.
“Semua pemain menyukai pertandingan yang menentukan dan spesial (seperti ini), bahkan semakin senang ketika menghadapi tim terbaik di dunia, kami sangat senang,” tutup pemain berusia 21 tahun ini.
Kemenangan di Piala Konfederasi 2014 ini merupakan gelar keempat Brasil dalam ajang yang juga dikenal dengan Piala Dunia Mini itu, setelah sebelumnya mereka berhasil menjuarainya pada tahun 1997, 2005 dan 2007.
Usai timnya dikalahkan Brasil pada final Piala Konfederasi 2013, gelandang Spanyol, Andres Iniesta menyampaikan kesannya terhadap Selecao. Menurutnya, empat kali juara Piala Konfederasi tersebut merupakan tim yang diisi oleh pemain-pemain yang powerful.
Brasil, yang mendapat dukungan penuh dari para penonton di Stadion Maracana, memang benar-benar perkasa dan tak membiarkan La Roja menciptakan satu gol pun. Dua gol yang dicetak Fred dan Neymar pada laga tersebut membuat kedudukan akhir menjadi 3-0 dan meneruskan dominasi mereka di ajang empat tahunan tersebut.
“Brasil merupakan Timnas paling kuat di dunia. Saya pernah berada di ruang ganti yang sama dengan para pemain seperti Ronaldinho dan Rivaldo. Saya datang ke La Masia pada tahun di mana Ronaldo sedang berada di sana,” ujar Iniesta kepada Marca, seperti dilansir Goal, Senin.
Iniesta juga mengomentari bintang Brasil yang merupakan rekan setimnya di Barca. “Neymar merupakan pemain spektakuler dan akan membantu kami meraih segalanya di Barcelona. Dia akan terus tumbuh sebagai pemain, dan menurut pendapat saya dia harus datang ke klub yang tepat untuk bisa melakukannya,” ujar Iniesta.
Sepanjang pertandingan, setiap para pemain La Roja menguasai bola, para penonton kerap menyiuli mereka. Namun, Iniesta sendiri tak ambil pusing dengan adanya tekanan dari para pendukung tuan rumah tersebut. Menurutnya, setiap penonton, yang telah membayar untuk menyaksikan pertandingan bebas untuk berekspresi di dalam stadion.