Setelah bungkam selama dua hari, usai memposting putusannya untuk “pensiun” dari sepakbola lewat akun pribadinya, hari ini, Rabu, kepada wartawan “daily mail,” Ed Foster, Louis van Gaal, secara terbuka menyatakan gelar Piala FA yang berhasil diraih MU merupakan sukses kariernya di sepakbola
“Ya. Sukses Manchester United meraih Piala FA merupakan puncak karir saya di sepakbola. Ini kenyataan,” kata van Gaal.
Sebelum melatih “The Red Devils,” van Gaal menjadi salah satu pelatih terbaik di dunia.
Sederet piala di lemari miliknya menjadi bukti sahih kehebatan juru taktik itu.
Dalam dua puluh lima tahun karier kepelatihan, van Gaal telah memenangi gelar liga di tiga negara berbeda, yaitu dengan Ajax Amsterdam dan AZ Alkmaar di Belanda, bersama Barcelona di Spanyol, dan juga Bayern Munich di Jerman.
Van Gaal juga meraih kesuksesan di kompetisi Eropa, memenangi Piala UEFA dan juga Liga Champions bersama Ajax Amsterdam.
Namun, Van Gaal gagal mempersembahkan gelar Liga Primer bersama ManUnited.
Beruntung ia mampu merengkuh trofi Piala FA yang dianggap sebagai prestasi terbesar di sepanjang kariernya.
“Enam bulan terakhir di United, amat sulit. Itulah mengapa trofi yang saya menangkan, Piala FA, saya anggap sebagai trofi terbesar dalam karir saya,” kata Van Gaal dikutip Mirror.
Van Gaal menyebutkan, wajahnya selalu menghiasi sejumlah halaman utama media-media Inggris.”Dalam situasi seperti itu saya diminta untuk menginspirasi para pemain United setiap hari,” ujarnya.
“Semuanya mencapai klimaks di final Piala FA, berakhir dengan 10 pemain dan mencetak gol di waktu tambahan. Setelah melewati semua itu dan kemudian pergi dengan trofi, itu luar biasa bagi saya.”
Meski sukses meraih Piala FA, petinggi klub tetap memecat Van Gaal demi mendatangkan Jose Mourinho. Hingga kini Van Gaal pun memilih pensiun meski mendapat banyak tawaran menggiurkan.
Ia dikabarkan mendapat tawaran dari salah satu klub kaya raya Liga Super China
“Saya menerima banyak tawaran setelahnya, termasuk uang jutaan dari Tiongkok. Mereka siap membayar mahal. Namun, saya mendapat kompensasi dari United. Mereka masih membayar gaji saya tiap bulan dan jumlahnya cukup bagus.”
Keluarga adalah alasan utama Van Gaal memutuskan meninggalkan pekerjaannya tersebut. Pekerjaannya sebagai pelatih sepak bola mengharuskan pria berusia 65 tahun itu berpisah dari keluarganya karena berpergian bersama tim.
“Begitu banyak hal yang terjadi pada keluarga saya, yang memaksa saya melihat hal-hal berbeda,” kata Van Gaal seperti dikutip dari Reuters.
Salah satu yang menjadi katalis bagi Van Gaal agar lebih memperhatikan keluarga adalah meninggalnya salah satu menantunya pada Desember tahun lalu.
Sebetulnya, diakui Van Gaal, dirinya sempat melontarkan janji kepada keluarganya untuk pensiun ketika dipecat dari Manchester United pada Mei tahun lalu.
“Tapi saya berubah pikiran untuk sekedar hanya cuti panjang, tapi sekarang saya yakin, saya tidak akan kembali melatih,” tukas Van Gaal.
Van Gaal pun menegaskan tak berambisi lagi ke lapangan hijau. Van Gaal mengaku sudah mendapatkan semuanya dalam kehidupan.
“Saya bahkan sudah bosan untuk menyebutkan semua namun lihatlah negara-negara di mana saya pernah bekerja, dan tingkat klub di mana saya pernah berlatih, dan tak ada lagi yang diperlukan,” kata Van Gaal.
“Saya sebetulnya benar-benar ingin berhenti setelah Piala Dunia, namun kemudian ada kesempatan datang dari Inggris. Dan saya pikir itu adalah negara fantastis yang sekarang juga ada dalam daftar riwayat hidup saya,” ujar Van Gaal.
Sayang di tim dengan julukan Setan Merah itu Van Gaal tak mampu menunjukkan taji.
Hanya dua musim–dari kontrak tiga musim–dia melatih di sana.
Van Gaal memulai karier di kursi kepelatihan setelah gantung sepatu di tim AZ Alkmaar. Dia merangkak dari posisi asisten manajer AZ dan pindah ke Ajax.
Selama lima tahun Van Gaal menjadi asisten manajer sebelum ia ditarik seabgai pelatih utama Ajax.
Bersama Ajax lah, Van Gaal mulai dikenal sebagai pelatih kelas kakap dengan filosofi sepak bola Total Football.
Pernyataan van Gaal untuk mengakhiri karier bersama Setan Meran menjadi kenyataan. Namun, kariernya di Old Trafford tak dibarengi dengan catatan manis.
Buku berjudul The Coaching Philosophies of Louis van Gaal yang ditulis oleh Henry Kormelink dan Tjeu Seeverens menyebut Van Gaal sebagai penganut sepak bola menyerang yang sangat mengandalkan penguasaan bola.
Bahkan, si penulis buku menyebut van Gaal selalu berupaya menguasai bola hingga minimal lima puluh dua persen. Taktik ini memang tak selalu menjamin kemenangan, namun diyakini dapat membuat lawan kewalahan.
Selain bisa menghemat energi karena memaksa pemain lawan terus berlari mengejar bola, filosofi penguasaan bola juga dapat mendikte permainan lawan.
Sebuah filosofi Total Football milik Belanda yang dijewantahkan nyaris sempurna di Barcelona. Cara bermain ini pula yang menjadi anutan pelatih muda Barca, Pep Guardiola.
Kendati demikian, filosfi menyerang yang selama ini dianut van Gaal seakan tak berjalan mulus di MU. Ciri khas mendominasi permainan dengan menguasai bola pun tak sepenuhnya mampu diterapkan MU
Para pendukung juga kecewa dengan model permainan yang diterapkan para pemain United di lapangan.
Mereka bahkan menuding van Gaal menghilangkan filosofi sepak bola menyerang yang dianut United selama ini. Rooney bahkan membenarkan bahwa permainan United musim lalu di bawah standar.
Hal inilah yang membuat van Gaal tak luput dari pemecatan. Kontrak kerja hingga 2017 harus berakhir lebih cepat. Sebuah pil pahit yang seakan menghilangkan seleranya untuk kembali melatih.
“Setelah Manchester United, saya pikir saya akan berhenti melatih, tapi kemudian saya mengubahnya menjadi cuti panjang. Tapi, saat ini saya tak memikirkan untuk kembali melatih,” kata van Gaal dikutip Telegraaf.
Telegraaf juga melaporkan, suami dari salah satu puteri van Gaal baru saja meninggal bulan lalu. Hal ini yang memberatkannya untuk kembali melanglang-buana jauh dari rumah.