Arsenal berhasil menjauh dari kekalahan pada laga eksprimennya di Goodison Park, kandang Everton, Sabtu malam WIB, 23 Agustus 2014, di pekan kedua Premier League, setelah Arsene Wenger, sang pelatih, melakukan “blunder” dengan memainkan strategi keliru di babak pertama.
Arsenal “menderita” di bawah tekanan Everton akibat ketidaksiapan pemain melakukan akselerasi maupun polarisasi permainan karena munculnya ide baru dari Wenger sebagai kejuatan. Tanpa bermain secara uji coba, sebenarnya Arsenal bisa lebih dominan dan hasilnya akhir laga seharusnya tidak seri dua banding dua.
Ujicoba permainan Wenger itu berantakan klarena adaptasi pemain mengalami kebuntuan, terutama di babak pertama. Arsenal tak mampu mengembangkan permainan sebelum turun minum.
Arsenal datang ke Goodson Park penuh kebimbangan. Mereka “takut” kalah seperti yang mereka alami di musim lalu.
Pada pertemuan kedua tim di Goodison Park, Arsenal takluk tiga gol tanpa balas, dan itu menjadi petaka bagi Wenger karena tercampak dari puncak klasemen.
Taktik Wenger yang dilakukannya Sabtu malam kemarin dialasankan untuk memasukkan para pemain Jerman yang baru bisa bergabung pasca perjalanan panjang mereka di Piala Dunia, yaitu Mesut Ozil, Lukas Podolski, dan Per Mertesacker.
Menjadi sulit bagi Wenger, karena memainkan salah satu atau semua pemain tersebut berarti membangku cadangkan pemain yang minggu lalu mengantarkan Arsenal meraih poin penuh atas Crystal Palace.
Akhirnya Wenger memutuskan untuk memasang Mertesacker sejak menit pertama. Pemain yang dikorbankan atas pemilihan ini adalah Laurent Koscielny. Artinya, Mertesacker diduetkan dengan Calum Chambers.
Sepertinya opsi ini dipilih agar Mertesacker yang bertipikal lambat ditemani bek lain yang memiliki kecepatan. Karena, jika Mertesacker dan Koscielny diduetkan, kemungkinan lini pertahanan Arsenal akan kelimpungan menghadapi pelari-pelari cepat Everton.
Sebuah kejutan terjadi pada pemilihan komposisi pemain di lini depan. Selain membangku cadangkan Santi Cazorla dan lebih memilih memasang Alex-Oxlade Chamberlain, pada pertandingan ini Wenger memasang Alexis Sanchez sebagai penyerang tengah pada formasi empat-satu-empat satu.
Hal ini bisa dikatakan sebagai perjudian besar, karena idealnya Sanchez bermain sebagai penyerang sayap, atau di belakang ujung tombak.
Tampaknya skema ini dipilih dilakukan untuk mengakomodir Oezil dan Chamberlain agar bisa bermain sejak menit pertama. Duet Aaron Ramsey-Jack Wilshere di lini tengah sudah cukup solid dan terlalu beresiko jika salah satunya disimpan.
Kreativitas The Gunners pada babak pertama menit pertama sangat memprihatinkan. Hanya Chamberlain yang cukup berani untuk melakukan penetrasi ke dalam kotak penalti ketika umpan-umpan pendek yang diperagakan selalu buntu.
Dari lima usaha tembakan yang dilepaskan Arsenal, semuanya dilakukan oleh Chamberlain, meski tak satu pun yang mengenai sasaran.
Ini memperlihatkan bahwa second line Arsenal tak begitu banyak membantu ketika Sanchez kesulitan mendapatkan bola. Padahal, lini ini diisi oleh Wilshere, Ramsey, Mathieu Flamini, dan Oezil yang notabene fasih mengolah bola dan mengirimkan umpan.
Biasanya, penyerang tengah pada pola permain Arsenal lebih diposisikan untuk menjadi pemantul atau decoy bagi rekan-rekannya. Ia dituntut untuk bisa memancing pertahanan lawan agar meninggalkan posisinya sehingga memberikan ruang bagi pemain lain.
Namun, justru Sanchez yang berhasil dieksploitasi para pemain bertahan Everton. Pemain tim nasional Chile ini kesulitan untuk mendapatkan bola. Bahkan beberapa kali ia harus turun hingga ke tengah lapangan untuk menjemput bola. Yang lebih buruk, Sanchez beberapa kali harus melanggar pemain Everton karena frustasi tak bisa mendapatkan bola.
Sadar lawannya kesulitan menemukan bentuk permainan terbaik, manajer Everton, Roberto Martinez, menginstruksikan para pemainnya untuk tak mengurangi intensitas serangan.
Perubahan posisi terjadi setelah masuknya Leon Osman yang menggantikan Pienaar. Osman ditempatkan sebagai gelandang serang menggantikan peran Steven Naismith. Naismith lalu didorong ke depan menjadi penyerang tengah.
Romelu Lukaku kemudian ditempatkan sebagai winger kanan, menggeser Kevin Mirallas yang berganti beroperasi di sisi sebelah kiri.
Pergantian tersebut telah diperhitungkan matang-matang oleh Martinez. Mantan pelatih Wigan Athletic ini ingin memaksimalkan penyerangan lewat sayap untuk memanfaatkan celah yang sering ditinggalkan duo fullback Arsenal, Mathieu Debuchy dan Nacho Monreal.
Fullback Everton yang diperankan Seamus Coleman dan Leighton Baines pun diinstruksikan untuk lebih rajin untuk mengeksploitasi sisi ini.
Taktik ini ternyata berbuah manis. Kedua gol yang diciptakan Everton merupakan keberhasilan dari skema penyerangan ini.
Gol pertama berawal dari serangan sayap kiri yang dibangun oleh Baines-Kevin Mirallas. Mirallas kemudian menyodorkan bola ke Gareth Barry yang mendekati area sisi sebelah kiri.
Barry lantas mengirim umpan silang ke dalam kotak penalti yang kemudian disambut oleh Coleman. Pun begitu dengan gol kedua yang diciptakan Naismith. Gol ini menjadi jawaban mengapa Lukaku yang biasanya bermain sebagai penyerang tengah dioperasikan sebagai kanan.
Setelah jeda babak pertama, Wenger memasukkan Olivier Giroud untuk menggantikan Sanchez. Pergantian yang benar-benar sangat dibutuhkan mengingat Sanchez sangat tak mampu berkontribusi sepanjang babak pertama.
Masuknya Giroud langsung memberikan dampak positif. Tak lama setelah pertandingan babak kedua dimulai, Giroud nyaris mencetak gol lewat tendangan volinya.
Sejak masuknya Giroud permainan Arsenal terlihat lebih berkembang. Peluang demi peluang berhasil didapatkan. Hanya saja penyelesaian akhir yang buruk menyebabkan belum terjadinya gol bagi kubu Arsenal
Giroud memang paham betul bagaimana caranya bermain sebagai penyerang tengah di Arsenal. Ia mampu dengan efektif mengalirkan bola atau menahan bola yang diarahkan kepadanya.
Postur tubuh tinggi yang dimilikinya pun memudahkannya untuk memenangi duel bola-bola atas, hal yang tak bisa dilakukan Sanchez pada babak pertama.
Proses terjadinya gol pertama Arsenal pun berawal dari kecerdikan Giroud memantulkan bola ke sisi kiri lapangan, di mana Santi Cazorla berada.
Cazorla yang masuk menggantikan Wilshere pada pertengahan babak kedua kemudian mengirimkan umpan silang mendatar pada Ramsey yang sudah menunggu di mulut gawang.
Peran Giroud pada gol kedua tak perlu diragukan. Meski dijaga ketat oleh Distin, penyerang tim nasional asal Prancis ini berhasil menyambut umpan silang Nacho Monreal untuk menjadikan gol.