close
Nuga Forum

Afghan – Rosa Hehe…

Afghan dan Rosa?

Ya. Dua penyanyi papan atas itu memang terkenal “lengket” satu dengan yang lainnya.

Mereka membina persahabatan yang unik.

Keunikan ini sering disalah artikan oleh media sebagai punya hubungan spesial.

Tapi, bersamaan dengan perjalanan waktu keduanya bisa menepis gosip murahan yang merumorkan hubungan mereka sebagai “kekasih.”

“Tapi sebenar-benarnya,” menurut Afgan, “adalah dalam kehidupan Rossa.”

Di mata Afgan, Rossa adalah sosok wanita tegar

Pernyataan Afghan itu dinyatakan pada sebuah acara memperingati Hari Kartini.

“Kaum hawa sudah bisa melakukan apa pun yang mereka mau dengan baik dan mereka punya kontrol terhadap diri mereka sendiri,” kata Afghan.

Saat ditanya soal sosok ‘Kartini’ inspiratif, Afgan spontan menyebut mamanya, Lola Purnama, yang berprofesi sebagai dokter.

Walau sibuk berkarier, Lola mampu membesarkan keempat anaknya.

“Saya jadi penyanyi enggak bisa lepas dari bantuan mama. Mama yang mengatur karier saya segala macem dari finance. Dia biasa melakukan apa saja, dia seperti superwoman,” kata Afgan tentang Lola.

Diakui Afgan, andil Lola sungguh luar biasa, termasuk menyelesaikan urusan di balik layar, dari kontrak sampai legalisasi. Afgan menyadari, dirinya bakal kerepotan bila tanpa andil sang mama.

Selain mamanya, Afgan juga menaruh respek kepada para wanita inspiratif lain, termasuk sang sahabat, penyanyi Rossa.

“Dia sosok wanita yang sangat kuat, dia juga smart dan dapat mengkontrol diri.”

Lantas bagaimana tanggapan Ria Irawan tentang sosok Kartini?

“Aku enggak suka Kartini,” ia menegaskan.

“Sebagai perempuan Minangkabau, aku enggak suka nge-fans sama Kartini.

Di luar tulisannya, surat-suratnya bagus, enggak ada yang perlu aku bilang ‘hebat’ dari seorang Kartini.”

Dengan nada canda, Ria juga menyindir sebagian perempuan yang bersedia dipoligami.

“Aku lebih memilih voli pantai. Hahaha.” Lebih jauh, Ria mengaku lebih menghargai orang yang feminis, ketimbang yang mengagungkan emansipasi.

“Aku radikal banget, feminis. Aku kurang setuju emansipasi. Aku lebih baik menyebutnya kesetaraan gender daripada emansipasi—minta persamaan hak,” kata putri pasangan aktor Bambang Irawan dan Ade Irawan, juga saudari aktris Dewi Irawan.

Dibanding perempuan feminis, Ria lebih cenderung berpihak kepada pria feminis.

Karya-karya sineas pria yang feminis membuat pemilik nama asli Chandra Ariati Dewi Irawan ini lebih kagum, daripada sineas perempuan.

Kebetulan, diakui Ria, dirinya diberkahi kemampuan untuk menangkap pesan dalam karya pria feminis.

Ia antara lain mengagumi karya Slamet Rahardjo yang feminis, juga senang berbincang dengan sang aktor merangkap sineas.

Di mata Ria, daripada perempuan “meributkan” soal emansipasi, lebih baik mengasah kepedulian terhadap sesama perempuan. Ia lebih senang bila perempuan menghargai dan memperhatikan kesehatan dirinya, terutama alat reproduksi.

Saat disinggung soal sosok perempuan pahlawan, Ria menyebut ibu kandungnya, Ade. “Aku lihat ibuku single fighter sejak tiga pulun enam tahun  mengurus lima anak yatim, sementara dia sendiri yatim piatu,” katanya dengan nada bangga.

Ria yang tomboi mengaku tak terlalu “ribet” urusan dandan. Penyuka gaya eighties dan vintage ini tak enggan semisal memakai topi “asimetris.”

Ia juga tak gemar bercermin. Ia berkilah, “Untuk menghindari perilaku exhibitionist atau gila cermin.”

Tags : slide