Senin malam yang mengesankan. Fatin memulai debut panggung pertamanya, di luar label X-Factor. Dalam Indonesian Movie Award 2013, remaja SMA itu mengemas dua lagu, “Ada Apa Dengan Cinta” dan “Garuda Didadaku” dalam balutan busana senada, putih-putih bertabur payet, dan mencengangkan banyak orang dengan “ornamen” suaranya yang memiliki karakter sangat kuat.
Pada lagu pertama ia tampil solo. Penuh penghayatan. Menguasai panggung yang wah. Tidak banyak bergerak. Hanya melenggok dan mencengangkan pengunjung dengan suaranya yang serak dan kekuatan karakternya sangat menonjol. Banyak pengunjung yang “nervous.” Mereka memberi aplaus usai ia menyanyi. Sedangkan di lagu kedua ia menyanyikan bersama Alex Rudiart dan Shena Malsiana teman sesama kontestannya di X-Factor Indonesia.
Tidak mudah bagi Fatin untuk memulai hari-hari “prefesional”nya sebagai penyanyi setelah kumpul kembali di rumah keluarga. Ia harus menghitung waktu dengan tepat untuk sampai ke tempat acara lebih awal.
Ia juga harus pamit dengan ibu, ayah dan neneknya, sebagaimana kebiasaannya bertahun-tahun sebelum meninggalkan rumah. Ia juga harus menelusuri gang sempit dengan tembok di kiri kanannya karena rumahnya terselip di sebuah perkampungan yang sangat-sangat sederhana.
Fatin memang gambaran sederhana ketika di ujung jalan ia menyapa dan diteriaki bahkan dicubit-cubit pipinya dengan gemas oleh tetangganya. Fatin tidak berubah. Ia hadir mewakili sebuah struktur masyarakat menengah bawah tanpa harus risih dengan “mode” yang tebar pesonanya.
Pesona remaja modern dengan tradisi balutan busana muslim yang tidak pernah dicemooh sebagai “kampungan.” Ia di”welcome” oleh komunitas selebritas yang “sangat-sangat modern” dengan mode busana bertelanjang belakang, berbelahan dada terbuka, merobekkan rok, atau mengiritkan bahan dengan menampilkan paha.
Fatin memang sebuah artikulasi bahwa perpaduan busana dengan “keikhlasan” penampilan ada dua sisi dari pesona. Ia tak kompromi dengan hijab dan pakaian tertutup. Ia memberi tabik dengan dua tangan ketika akan dirangkul Afgan ketika berduet. Ia juga menjauh dari Robby Purba ketika melingkarkan tangannya ke pinggang Fatin.
Remaja itu kuat sekali. Tidak hanya kepribadian suaranya, tapi juga keteguhan hatinya untuk tetap sebagai Fatin Shidqia Lubis. Dan itu juga yang ia persembahkan kepada insane perfileman ketika ia di”undang” memeriahkan pagelaran mereka.
Fatin seperti dikomentari Didi Petet, Slamet Rahardjo Djarot dan adiknya Eros Djarot adalah pesona yang akan menjadi “trade mark” bahwa seorang berhijab dan membalut dirinya dalam busana secara penuh bisa menjadi “trend” modern. Itu yang dikatakan, ketiga senior perfileman itu kepada “nuga.co” usai acara yang penuh selebritas papan atas itu.
Untuk penampilannya di pemberian award untuk insan perfileman itu pula, Mikha Angelo, pasangan duetnya di “Result Show” X-Factor Indonesia terperangah dan mengirim pesan agar Fatin tetap seperti hari-hari kemarinnya. Tidak sombong.
Fatin Shidqia dan Mikha Angelo di Jumat malam lalu berduet melantunkan lagu “Good Time” yang dipopulerkan oleh Owl City feat Carly Rae Jepsen di babak Result Show. Mereka sungguh duet yang serasi karena masing-masing mengeluarkan karakter suara yang khas dan enak didengarkan.
Mikha mengungkapkan jika duetnya dengan Fatin sungguh mengasyikan kala itu. Dirinya bersama Fatin merasa tak ada tekanan sama sekali Sudah kayak di backstage Ya, sudahlah gila-gilaan saja. Soalnya Fatin ngomongnya juga gitu kan. Jadi pas manggung kayak ini manggung yang terakhir, jadi asyik-asyikin saja,” katanya. Usai duet mereka, akhirnya Fatin didapuk jadi juara satu X-Factor Indonesia musim pertama mengalahkan Novita Dewi. Mikha menyampaikan pesan kepada bekas lawannya saat masih berkompetisi, agar tidak sombong.
“Fatin jangan sombong, sukses terus buat kedepannya. Jangan lupa sama semua yang di X-Factor. Cepat bikin album juga. Kerena sayang banget kalau enggak. Selamat sudah jadi juara,” ucapnya.