Siapa yang ingin hidup dengan kekhawatiran.
Ya, tidak ada seorang pun di antara kita yang ingin hidup dalam kekhawatiran.
Namun begitu, terkadang jalannya kehidupan itu sendiri yang memaksa kita untuk selalu cemas dan takut.
Ada banyak faktor yang membuat kita sulit mengusir rasa kecemasan. Celakanya, sebagian orang memiliki kebiasaan mengkhawatirkan hal-hal kecil.
Pada dasarnya rasa cemas itu bisa berasal dari sulitnya fokus pada apa yang terjadi saat ini. Kita membiarkan pikiran kita selalu “terbang” ke masa depan atau masa lalu.
Mengkhawatirkan hal yang belum tentu terjadi atau menyesali hal yang sudah lewat.
Kekhawatiran tidak hanya berdampak pada kesehatan mental, tetapi juga fisik.
Berada dalam situasi yang membuat cemas tentu berpengaruh pada pikiran, hormon, dan juga mungkin metabolisme.
Apapun aktivitas yang terjadi di luar tubuh juga berdampak pada otak melalui sistem saraf. Sistem saraf manusia ini terdiri dari tulang belakang, syaraf dan neuron.
Perasaan khawatir berdampak pada kadar gula darah. Inilah yang berefek negatif pada sistem saraf.
Rasa khawatir juga berakibat pada peningkatan hormon stres kortisol yang menyebabkan ketegangan pada otot. Inilah yang nantinya akan menjadi penyebab dari sakit punggung, sakit kepala dan lainnya.
Kekhawatiran juga berdampak pada kesehatan jantung. Perasaan khawatir ini dalam jangka panjang mampu meningkatkan hormon kortisol yang dapat menyebabkan pembengkakan pada pembuluh darah.
Dampak pertama dari kekhawatiran adalah gangguan tidur. Saat rasa khawatir menerjang, tentu kita akan sulit memejamkan mata.
Dampak lanjutannya adalah ketidakseimbangan hormon dan kenaikan kadar gula darah. Inilah menyebabkan banyak komplikasi seperti diabetes, risiko stroke, masalah ginjal dan sebagainya.
Perasaan khawatir akan berdampak pada sistem saraf, yang pada gilirannya berdampak pada saluran pencernaan.
Ini juga memiliki pengaruh pada sirkulasi darah di dalam tubuh. Seringkali gangguan saluran cerna bersumber dari pikiran.
Kekhawatiran ini juga menimbulkan rasa takut
Da, jika khawatir dan rasa takut digabungkan bisa membuat seseorang mengalami stres yang kronis.
Gara-gara itu, seseorang bisa mengambil keputusan-keputusan tidak bijaksana dalam hidupnya. Lihat, betapa mengerikannya rasa khawatir mempengaruhi hidup.
Karena itu, mulai sekarang kita harus belajar untuk mengendalikan rasa takut itu dan menjalani hidup dengan lebih lega dan bahagia.
Bagaimanapun juga, rugi kalau hidup selalu khawatir, dan cara menyingkirkannya!
Jika kita takut dan khawatir, jujurlah pada diri sendiri. Jangan mencoba menolak atau mengabaikannya.
Sebab dengan mengakui ketakutan dan kekhawatiran itu, kita akan memiliki kekuatan untuk mengubah dan mengendalikannya.
Jika perlu, utarakan kondisi kita pada orang yang bisa dipercaya. Bantuan orang lain akan menolong kita untuk melawan rasa khawatir.
Suasana hati dan keyakinan diri sendiri itu kita yang membangunnya. Karena itu pilihlah untuk berpikir positif dan bangun keyakinan diri sendiri bahwa hidup kita selalu ada yang melindungi.
Tempatkan diri kita pada pergaulan orang-orang baik dan membangun.
Kadang yang membuat kita hidup semakin takut adalah terlalu curiga dan berprasangka pada orang lain. Karena itu kita perlu belajar untuk melihat sisi baik dari orang lain.
Dalam menghadapi hidup, kebanyakan kita selalu memikirkan skenario terburuk apa yang akan terjadi di masa depan.
Padahal hal tersebut bisa membuat kita lebih gelisah, cemas, dan takut untuk menjalani kehidupan. Ingat, hampir semua hal yang kita khawatirkan biasanya tidak terjadi.
Memiliki komunitas dan pergaulan tertentu dapat menolong kita merasa lebih aman. Dengan memiliki sahabat, kita tidak merasa sendirian. Kita juga bisa berbagi beban dan saling mendukung.
Dengan mengendalikan rasa takut, kita bisa hidup lebih lega dan bahagia. Ingat kekhawatiran tidak akan memberi keuntungan apapun dalam hidup kita, tapi pasti membawa kerugian.
Berhentilah khawatir dan jalani hidup dengan berani!
Selain itu, menurut Dr Kate Sweeney dalam sebuah kondisi tertentu merasakan khawatir bisa menguntungkan.
Dr Sweeney sehari-hari bertugas di University of California sebagai wakil profesor jurusan psikologi melakukan studi mengenai dampak positif dan negatif dari memiliki rasa cemas serta khawatir.
“Manfaat baik dari sebuah khawatir adalah bisa menjadi motivasi positif untuk Anda,” jelas Dr Sweeney.
“Rasa cemas dan khawatir merupakan sinyal bahwa kita harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan hasil yang baik sehingga muncullah motivasi belajar atau berlatih lebih giat,” urainya.
Kemudian, Dr Sweeney juga mengungkapkan bahwa rasa khawatir dan cemas bisa membantu seseorang untuk sukses.
Rasa cemas dan khawatir dalam pikiran, kata Dr Sweeney, terkadang menjadi begitu kurang nyaman sehingga bisa membuat Anda melupakan pengalaman buruk dalam sejenak waktu.
Dr Sweeney mengatakan bahwa dia pernah melakukan studi terhadap sejumlah mahasiswa S2 jurusan hukum.
Kesimpulannya, mereka yang mengantre dalam kondisi gelisah dan khawatir merasa tidak terpukul saat hasil ujian tidak sesuai harapan.
Lalu, ketika hasil ujian melampaui ekspektasi, maka mereka merasa benar-benar bahagia.
Namun, Dr Sweeney mengatakan bahwa setiap orang harus cerdas mengelola rasa cemas dan khawatir. Sebab, terlalu berlebihan bisa berujung pada depresi, gangguan tidur, sulit berkonsentrasi, dan gangguan masalah kesehatan lainnya.