Anda mungkin sering mendengar keluhan seperti di atas yang datangnya dari obrolan santai sekelompok wanita yang bersuami. Keluhan alami yang dipunyai seorang wanita bersuami, karena organ intimnya nggak basah, alias kering, yang menyebabkan rasa pedih kala berhubungan.
Kegelisahan wanita ini sebenarnya bersifat umum. Biasa kok!
Memang tak ada kaum wanita yang menginginkan hal itu terjadi, terutama jika usianya masih muda dan baru menikah.
Pastinya, ia ingin memberikan hal yang terbaik bagi sang suami, namun kalau organ intim mendadak kering, harus bagimana?
Menurut para ahli kedokteran, kondisi kering pada organ intim wanita ini bisa terjadi akibat penurunan kadar estrogen saat menopause, saat kehamilan, atau saat menyusui.
Pengobatan kanker dengan kemoterapi dan radiasi pada bagian panggul, juga dapat menurunkan kadar estrogen dan penurunan lubrikasi organ intim wanita.
Selain itu bisa juga datang dari reaksi alergi pada obat yang mengandung antihistamin, sama halnya seperti obat asma, mereka memiliki efek pengering di tubuh.
Sehingga efek samping yang biasanya timbul, adalah berkurangnya lubrikasi organ intim.
Kemungkinan lain, ini terjadi di beberapa kasus, organ intim yang kering, dapat disebabkan libido wanita yang rendah atau masalah seksual dengan pasangannya.
Selain yang sifatnya alami, Anda juga harus berhati-hatilah saat memakai produk pembersih organ intim.
Beberapa wanita melaporkan, bahwa mereka mengalami alergi dan reaksi negatif setelah memakai sabun kimia, produk yang menjanjikan kebersihan organ intim, tisu khusus daerah kewanitaan, dan parfum.
Terhhadap hal ini, Anda jangan meremehkan faktor psikologi dan perubahan emosi, seperti stres dan kecemasan. Hal yang tampak remeh itu, bisa menjadi bencana besar pada hasrat seksual Anda, sesuatu yang menyebabkan kekeringan organ intim saat lubrikasi terjadi.
Tentunya efek samping yang dapat terjadi, adalah kurangnya rasa kepuasaan, pada saat melakukan hubungan intim dengan suami. Organ intim kering, juga akan meningkatkan iritasi di daerah area sensitive
Akibat dari kekeringan ini dipastikan menjadi masalah dalam melakukan hubungan seksual
Muncul kesakitan akibat penetrasi pasangannya, sehingga hubungan seksual jadi tidak nyaman.
Vagina kering dalam dunia medis disebut dengan vaginal atrophy, atrophic vaginitis, atau vaginal dryness.
Pada keadaan normal, vagina memiliki lapisan tipis dan bersifat melembabkan organ intim wanita.
Saat wanita terangsang, panggul akan menerima lebih banyak aliran darah yang memungkinkan peningkatan produksi cairan pada vagina yang bersifat melumaskan.
Akan tetapi menopause, siklus menstruasi, pertambahan usia, melahirkan, dan menyusui akan membuat hormon berubah drastis sehingga lapisan pelembab pada vagina pun akan berkurang.
Kondisi sebelum dan sesudah menopause pun menyebabkan menipisnya dinding vagina karena jumlah estrogen menurun.
Biasanya, dokter akan menyarankan pemakaian krim estrogen sebelum tidur atau menggunakan vaginal estrogen ring atau Estring yang berbentuk cincin dengan tekstur lunak dan lentur.
Ring yang dimasukkan ke bagian atas vagina oleh dokter ini akan mengeluarkan dosis estrogen yang sama setiap harinya. Anda harus mengganti ring ini setiap tiga bulan sekali.
Cara lainnya adalah menggunakan tablet estrogen yang disebut Vagifem untuk dimasukkan ke dalam vagina dah hanya sekali pakai. Nah, jika vagina kering terjadi bersamaan dengan gejala menopause lain seperti hot flash, dokter akan memberikan resep systemic estrogen serta progestin.
Dehidrasi vagina sama halnya dengan dehidrasi tubuh, yang dapat terjadi karena tubuh Anda tidak memiliki kandungan air yang cukup.
Untuk mengatasi vagina kering saat berhubungan seks, minumlah air yang cukup.
Selain karena masalah fisik, vagina yang kering juga dapat terjadi karena kurangnya rangsangan dari pasangan Anda. Foreplay yang cukup sangatlah dianjurkan untuk pasangan sebelum melakukan penetrasi
Vagina kering akibat kurangnya cairan dalam vagina, sering dialami wanita usia empat puluhan dan lima puluhan, namun bisa juga wanita muda.