Apakah Anda stress?
Lantas menggosok telapak tangan, menggaruk kepala, atau mengusap pelipis
Ya, menurut penelitian terbaru dari University og Plymouth, kebiasaan itu bisa menjadi pertanda si pelakunya berada dalam stres.
Namun begitu, banyak dari kita yang bahkan tidak tahu mengapa tiba-tiba melakukan gestur tersebut.
Sebelumnya memang ada beberapa teori yang menyatakan manusia dan primata lainnya juga melakukan hal yang sama
Sebagai contoh, alasan menggaruk gigitan nyamuk ialah untuk menghilangkan gangguan gatal.
Menggaruk kepala untuk melawan stres bisa memiliki fungsi serupa. Hanya saja, bukan itu tujuan utama kita menggaruk kepala atau gestur lainnya saat sedang stres.
Peneliti dari University of Plymouth menghabiskan delapan bulan penelitian di Puerto Riko untuk mempelajari seekor kawanan kera rhesus.
Peneliti menonton secara khusus gestur kera, khususnya saat kera menggaruk tubuhnya. Tim peneliti lalu menemukan beberapa pola sosial yang menarik.
Pertama, kera lebih cenderung menggaruk saat terjadi peningkatan tekanan sosial, seperti bergaul dengan individu yang berpangkat tinggi atau yang tidak mereka kenal dengan baik.
Kedua, ketika kera menggaruk bagian tubuhnya di depan kera lain sebagai gestur stres, cara itu dapat menurunkan dua puluh lima persen risiko adanya kera lain yang menjadi agresif, bahkan membuat kera lain cenderung bersikap ramah.
Para periset berpikir, kera juga bisa mengenali kawanannya yang sedang dan membuat mereka tidak ingin berinteraksi lebih jauh.
“Penyerang potensial dapat menghindari untuk menyerang individu yang terlihat stres atau tertekan. Alasannya karena orang yang tertekan dapat berperilaku yang tidak dapat diprediksi seperti memberikan agresi berisiko atau perilaku yang tidak perlu, ” kata para peneliti dalam makalah mereka.
Jadi, menurut peneliti, alasan mengapa Anda menggaruk kepala atau melakukan gestur lain saat sedang stres adalah untuk mengatakan kepada dunia bahwa Anda sedang stres.
Dan itu diharapkan bisa membuat dunia sedikit lebih baik terhadap Anda sebagai balasannya.
Sebuah penelitian lain yang menyangkut stress juga mengemukakan bahwa kepala botak atau kerontokasn rambut juga berasal dari gangguan ini.
Stres dapat menghambat pertumbuhan rambut sehingga Anda bisa mengalami kebotakan.
Stres, terutama yang disebabkan psikososial, dilaporkan memiliki peranan penting pada terjadinya kebotakan. Menurut studi, jumlah pasien dengan kebotakan yang dipicu oleh stres tercatat sejumlah enam koma tujuh sampai sembilan puluh enam persen.
Nah, stres psikososial sendiri terjadi ketika Anda merasakan adanya ancaman dari lingkungan sosial.
Misalnya ketika Anda merasa sangat tertekan dengan kesuksesan rekan-rekan kerja Anda di kantor sehingga Anda jadi minder dan terpuruk.
Atau saat Anda merasa ditinggalkan oleh sahabat-sahabat yang sering pergi bersama tanpa mengajak Anda.
Stres jenis ini biasanya sangat berdampak pada kesehatan. Pasalnya, stres psikososial membuat penderitanya merasa terasing, kesepian, dan tidak ada dukungan. Salah satu dampaknya pada kesehatan yaitu menyebabkan rambut botak karena rontok.
Bagaimana stres bisa menyebabkan kebotakan? Ada tiga jenis kebotakan yang bisa disebabkan oleh stres berlebihan.
Yang pertama adalah Alopecia areata atau kebotakan merupakan suatu proses peradangan atau penyakit autoimun yang timbul dengan rontoknya rambut.
Banyak faktor yang memengaruhi kebotakan diantaranya adalah penyakit autoimun, genetik, emosional, dan lingkungan.
Alopecia areata menyerang kulit kepala, tetapi area tubuh yang dipenuhi rambut juga bisa terkena masalah ini.
Rontoknya rambut yang terjadi biasanya berpola melingkar dan bersifat progresif, dapat pula menyebabkan kebotakan pada seluruh area kepala
Meskipun penyebabnya masih tidak jelas, beberapa studi mengatakan adanya hubungan antara stres dengan kebotakan ini.
Salah satu penyebab kedua kerontokan akibat stres adalah melalui telogen effluvium.
Normalnya, Anda akan kehilangan sekitar seratus helai rambut dalam sehari.
Akan tetapi stres dapat menyebabkan kerontokan rambut lebih banyak dari yang seharusnya. Nah, rambut rontok yang tidak wajar disebut juga dengan istilah telogen effluvium.
Rambut Anda normalnya tumbuh dalam suatu siklus. Pada fase aktif, rambut tumbuh dalam beberapa tahun. Setelah fase aktif, rambut Anda masuk ke dalam fase istirahat.
Fase istirahat ini berlangsung kurang lebih tiga bulan setelah rambut Anda rontok. Rata-rata, kerontokan normal sekitar seratus helai rambut per hari. Rambut kemudian akan digantikan dalam enam bulan oleh rambut baru.
Ketika Anda stres atau merasakan gejolak emosi negatif, rambut akan menjadi semakin mudah rontok.
Saat stres, sebagian besar rambut Anda akan masuk ke dalam fase istirahat sebelum saatnya. Dan tiga bulan kemudian, rambut tersebut akan rontok.
Penyebab ketiga adalah trikotilomania, yakni kebiasaan menarik rambut tanpa disadari karena stres atau cemas. Hal ini bisa merusak rambut dan menyebabkan rambut botak karena terlalu sering ditarik.