Menggabungkan ruang makan dan dapur biasa?
Ya, kenapa tidak.
Kini cara ini banyak ditemui pada rumah atau apartemen dengan area yang tak terlalu luas.
Agar rumah terasa lebih luas, para arsitek meniadakan dinding pembatas.
Hasilnya, ruang keluarga pun terintegrasi dengan ruang makan dan dapur.
Beberapa orang mungkin tidak nyaman jika suasana dapur mereka bisa dilihat oleh para tamu.
Namun tata ruang semacam ini akan menambah kehangatan dan keakraban antar anggota keluarga, juga antara penghuni rumah dengan tamu mereka.
Berikut adalah beberapa desain ruang keluarga, ruang makan dan dapur dalam satu ruangan seluas kurang dari seratus meter persegi yang bisa mengilhami Anda.
Desain semacam ini mungkin masih janggal buat orang Indonesia.
Sisi positifnya, kita harus menjaga kerapian dapur setiap saat dan menghiasnya agar memikat saat dipandang.
Jika meja makan tak cukup luas untuk makan bersama, sisa peserta bisa duduk di sofa atau meja tengah dapur.
Meja dapur yang panjang pasti disuka oleh mereka yang hobi masak. Nuansa industrial tercermin pada atap beton dan pilar kayu yang kokoh, namun terbuka menerima siapa pun yang berkunjung ke sana.
Gaya klasik bukan hanya bisa diterapkan di rumah besar, di rumah kecil juga bisa kok. Pilih saja asesoris yang identik dengan gaya itu.
Misalnya lampu gantung berbentuk seperti pada gambar.
Kursi gaya retro dan backsplash motif membuat ruangan ini kental dengan gaya lima puluhan.
Penataan dan pemilihan furnitur harus diperhatikan agar ruangan dengan tiga fungsi tidak penuh sesak dan berfungsi efektif.
Agar lebih lapang, televisi layar datar dan rak buku digantungkan di dinding. Ada lampu berbeda di tiap area, dan bentuknya berbeda pula.
Cahaya dan warna putih selalu berhasil membuat ruangan sempit tampak lapang.
Setelah melalui area pintu masuk, kita akan disambut oleh dapur.
Gaya interior semacam ini banyak digunakan di apartemen modern Jepang dan Korea bukan tanpa alasan.
Jika punya dapur, orang akan tertarik untuk memasak, tidak sering jajan di luar dan biaya hidup jadi lebih hemat.
Suatu pemikiran yang bisa ditiru siapa saja, terutama mahasiswa atau pekerja yang tinggal jauh dari keluarga.
Ada kalanya kondisi ruangan adalah sempit memanjang seperti gambar ini.
Bagi pemilik rumah ini, lahan terbatas tidak menjadi alasan untuk mengurangi kedekatan dengan alam.
Sejengkal tanah tetap digunakan sebagai area terbuka hijau dan pintu geser bisa dibiarkan terbuka agar udara segar dan hijaunya rerumputan bisa dinikmati dari dalam rumah.
Selain memasak dan bersantap bersama, para penghuni rumah menggunakan ruangan ini sebagai ruang keluarga dan ruang kerja. Menarik bukan?
Sambil memasak atau melakukan aktivitas rumah tangga lainnya, orang tua bisa mengawasi anak mereka bermain di ruang keluarga yang ada di seberang dapur. Pastikan anak tidak bisa menggapai kompor atau benda berbahaya lain di dapur.
Ini adalah rancangan yang bertujuan untuk memaksimalkan fungsi ruang yang ada tanpa meninggalkan aspek estetika.
Lampu sorot membuat ruangan tampak terang, sekaligus berfungsi sebagai hiasan sederhana yang memperindah ruangan.
Coba tebak, di mana sih ruang keluarga pada gambar ini?
Area tinggi berlantai kayu bisa digunakan untuk bersantai dan menonton televisi sambil tiduran.
Tidak perlu takut kedinginan karena lantai kayu bersifat hangat dan menyerap panas.
Salah satu cara untuk menghemat ruang adalah memaksimalkan tempat penyimpanan.
Lemari hijau besar di dekat dapur juga berfungsi sebagai rak buku. Sebuah solusi cerdas yang sangat efektif.
Zaman sekarang, lebih banyak orang memilih hunian berukuran mungil, baik rumah atau apartemen. Alasan pertama, bisa karena lokasi. Alasan berikutnya, bisa jadi karena bujet yang tak mencukupi untuk membeli rumah-rumah berukuran besar.
Tak perlu berkecil hati, hunian seperti ini justru memacu kreativitas kita untuk membuatnya tetap nyaman.
Banyak cara mengakali hunian mungil agar terasa nyaman. Salah satunya adalah menggabungkan dua fungsi dalam satu ruang. Misalnya menggabungkan ruang tamu dan ruang keluarga.
Menggabungkan dua ruang seperti ini, bisa dibilang susah-susah gampang. Apalagi ruang keluarga sendiri biasanya menampung beragam kegiatan. Jadi, apa saja yang perlu diperhatikan untuk menggabungkan dua ruang ini?
Cermati kebutuhan.
Pertama, coba tanyakan pada diri sendiri, apakah kita benar-benar membutuhkan ruang tamu?
Jika jawabannya “ya”, ingat-ingat berapa banyak tamu yang biasa datang dan siapa mereka. Hal ini penting dilakukan sebelum membuat ruang keluarga dan ruang tamu sekaligus.
Pasalnya banyak orang terjebak dengan anggapan bahwa rumah harus memiliki ruang tamu, padahal si empunya rumah jarang sekali menerima tamu di rumah.
Kalau memang tidak diperlukan, mengapa harus repot membuatnya?
Jumlah tamu.
Banyak sedikitnya tamu yang biasa datang akan mempengaruhi penempatan furnitur, terutama tempat duduk.
Kalau memang tak banyak tamu yang biasanya datang, tak perlu menempatkan sofa berukuran besar. Cukup tempatkan sofa dua dudukan tambahkan dua buah single chair di sana.
Cara ini lebih praktis dan hemat tempat, karena single chair bisa dipindahkan ke ruang lain jika memang sedang tidak digunakan.
Furnitur multifungsi.
Poin berikutnya yang perlu jadi perhatian adalah, tempatkan furnitur-furnitur multifungsi. Mengingat lahan yang dimiliki tidak luas, cara ini membantu ruang tetap fungsional dan rapi.
Misalnya, daripada menempatkan sofa berukuran besar, ganti saja dengan bench panjang yang dirancang sekaligus sebagai “peti” penyimpanan. Jadi, bagian atasnya bisa dibuka-tutup.
Tempatkan meja dengan laci di sisi kanan dan kirinya. Kita bisa menyimpan tumpukan koran dan majalah di sana. Bisa juga menyimpan taplak meja dan sarung bantal (cushion sheet).
Hindari menempatkan buffet sebagai tempat televisi, ganti saja dengan rak-rak ambalan. Selain sebagai tempat televisi, rancang agar rak ambalan bisa juga untuk menampung beberapa buku dan benda koleksi.
Dengan demikian, tidak akan benda berceceran, karena semua ada tempatnya. Tamu pun merasa nyaman saat berkunjung.