Laman situs “abc,” dalam sebuah tulisan terbarunya mengungkapkan bahwa berhubungan seksual dengan suami atau istri merupakan cara terbaik dalam mengatasi stres.
Penyebabnya, menurut “abc,” di edisi Senin, 03 Oktober 2016, hubungan seks yang menyenangkan dan dilakukan secara teratur bisa melepaskan hormon endorfin.
Hormon endorphin merupakan hormon cinta yang membuat Anda bahagia sehingga membuat Anda melupakan masalah.
Simon Rego, PSYD, seorang superviser psikolog di Adult Outpatient Clinic, AS, mengungkapkan hubungan seksual tidak melulu menjadi jalan keluar untuk meredakan pikiran tiap kali Anda stres.
“Stres harian seperti jalanan macet, konflik pekerjaan, dan target kerja tidak bisa diselesaikan dengan stres,” ujar Rego.
Anda harus bisa memisahkan antara penyebab stres dan reaksi stres.
“Namun, stres bisa lebih reda dengan hubungan seksual,” imbuhnya.
stres bukan sesuatu yang ajaib, kata Rego, stres tidak bisa menyelesaikan segala masalah yang dipicu oleh faktor eksternal dan lingkungan sekitar.
Menurut Rego, orang yang melampiaskan stres dengan hubungan seksual merupakan orang yang tidak bisa menyelesaikan masalah secara tuntas.
Sebab, seks bukan jalan keluar, seks hanya bisa meringankan beban pikiran tetapi bukan sihir yang membuat masalah Anda begitu saja selesai.
Dan ta dipungkiri pula bahwa hubungan seksual yang hangat merupakan kunci kebahagiaan suami istri, walau frekuensi bercinta yang tinggi tak selalu berbanding lurus dengan rasa bahagia.
Dalam penelitian, para pasangan suami istri yang diminta menggandakan frekuensi bercinta mereka justru merasa tidak bahagia dan kepuasan bercinta mereka berkurang.
Padahal, beberapa penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa seks memicu rasa bahagia, terlebih jika dilakukan lebih sering.
Menurut Michael Castleman, seksolog, banyak orang yang tertarik pada frekuensi bercinta, bahkan suka membandingkannya dengan pasangan lain.
Frekuensi bercinta tiap pasangan sangat bervariasi, ada yang tidak pernah lagi melakukannya, tapi ada juga setiap hari, tergantung pada banyak hal.
“Pasangan berusia kurang dari empat puluh tahun biasanya bercinta tiga sampai empat kali seminggu, sementara pasutri di atas empat puluh tahun melakukannya dua sampai tiga kali seminggu,” kata Castleman.
Bila kita menggandakan frekuensinya, misalnya dari empat kali sebulan menjadi enam hingga delapan kali, ini justru bisa membuat stres karena salah satunya harus menyeimbangkan dengan keinginan pasangannya.
Terlepas dari frekuensi bercinta Anda dengan pasangan, para ahli seksologi seks harus spontan dan saat kita sedang mood.
Masalahnya, gairah seseorang tidak selalu sama dengan pasangannya. Untuk mencapai keseimbangan, disarankan agar suami dan istri menetapkan jadwal bersama.
Membuat jadwal seks mungkin terkesan aneh pada awalnya, tetapi seiring waktu ini bisa menjadi cara mencegah konflik.
Segala hal yang dilakukan secara spontan memang tidak selalu mendatangkan hasil yang maksimal.
Apakah aturan yang sama berlaku juga terhadap seks?
Mengagendakan waktu bercinta untuk pasangan suami istri modern bukanlah hal yang mudah.
Pasalnya, semua orang selalu terburu-buru. alhasil, batasan waktu semakin menyulitkan menemukan waktu untuk bermesraan dan bercinta.
Tak ayal, Anda dan pasangan pun sering melakukannya secara spontan dan cepat.
Sekarang, pertanyaannya, apakah seks spontan cukup tepat?
“Aku selalu menyarankan klienku untuk menjadwalkan sesi intimasi yang menyeluruh, setidaknya satu kali dalam sepekan. Anda harus menjadikan ritual seks sangat berkesan dan berbeda dengan hari-hari lainnya,” ujar Jennifer Berman, MD, Director, Berman Women’s Wellness Center, dan penulis buku For Women Only,
Kemudian, Berman mengingatkan bahwa seks bukan kapan dan di mana, tetapi kualitas serta kepuasaan dari aktivitas intimasi tersebut.
Menurut Berman, quickie seks juga bisa mengembalikan semangat Anda kembali, jika dilakukan dalam emosi yang hangat dan tepat