Tahu apa yang dibutuhkan wanita untuk mencapai puncak kenikmatan orgasme?
Nah, situs “women helath,” hari ini, Senin, 11 September, hasil penelitian yang dimuat dalam Journal of Sex & Marital Therapy
Mayoritas wanita membutuhkan lebih dari sekadar penetrasi seksual untuk mencapai orgasme.
Misalnya saja mood, keintiman emosi, dan tentunya stimulasi klitoris sangat berperan.
Walau mereka tak selalu butuh stimulasi klitoris untuk mencapai “garis finish”, tetapi orgasme mereka akan terasa lebih memuaskan jika organ klitoris mendapat sentuhan khusus.
Penelitian itu juga menggali lebih dalam mengenai stimulai genital yang disukai wanita, dan hasilnya sangat bervariasi.
Sebagian besar dari mereka mengatakan sentuhan dengan menyukai gerakan yang ritmik, berganti-ganti pola, berganti-ganti antara gerakan yang intens dan kurang intens, serta dengan kelembutan agar kenikmatannya lebih lama.
Sebagian besar dari wanita mengatakan puncak kepuasan seksual, alias orgasme mereka jauh lebih baik jika pasangan mereka mau meluangkan waktu sedikit lebih lama untuk melakukan pemanasan.
Ketika pasangan mereka memahami keinginan para responden, mereka merasakan keintiman emosional, demikian juga ketika pasangan melakukan stimulasi klitoris.
Meski tercapainya orgasme merupakan puncak kepuasan seksual, ternyata ada efek samping yang dirasakan wanita saat merasakan orgasme, yakni sakit kepala.
Walau begitu, kemungkinannya kecil. Sekitar satu dari seratus orang wanita mengatakan mengalami sakit kepala atau disebut chepalgia orgasm.
Pakar seks Chantelle Otten mengatakan, fakta ini mematahkan pengetahuan selama ini yang menyebut bahwa orgasme menghilangkan rasa sakit.
“Gairah seksual yang meningkat membawa sensasi yang berbeda di otak dan tubuh, efeknya bisa sangat menyusahkan bagi penderitanya,” kata Chantelle.
Namun, sakit kepala bukanlah satu-satunya efek samping yang buruk saat ogasme. Penelitian terbaru mencatat beberapa efek samping lain seperti tangisan yang tidak terkendali, sakit di wajah, rasa panik, kejang dan bersin.
Salah satu studi bahkan mengatakan ada wanita yang merasakan sensasi di kaki kirinya saat orgasme.
Dokter menyimpulkan kondisi tersebut karen ada saraf yang rusak. Kejadian aneh lain adalah perempuan yang khawatir pasangannya tidak berhenti tertawa setelah dia orgasme.
Dibanding efek samping lain, sakit kepala adalah efek paling luar biasa. Setidaknya ada dua bentuk sakit kepala yang akan diderita.
Pertama adalah tekanan di bagian kepala yang berakibat rasa sakit saat melakukan aktivitas seksual.
“Bentuk kedua adalah rasa sakit yang menusuk sebelum atau saat orgasme,” ujar Chantelle.
Rasa sakit ini dipercaya dipicu oleh kepala yang tegang serta kontraksi antara otot rahang dan leher sehingga penderita akan merasa sakit di bagian-bagian tersebut. Namun, hingga saat ini belum diketahui penyebab kondisi tersebut.
“Sulit untuk mengetahui berapa banyak perempuan yang mengalami reaksi fisik atau psikologis yang tak biasa dari orgasme karena hal tersebut sangat langka dan hanya sedikit penelitian tentang hal itu,” ujar Chantelle.
Oleh karena itu, bila ada seseorang yang mengalami kondisi seperti rasa panik tiba-tiba dan kejang setelah orgasme, disarankan untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis saraf.
Rasa sakit yang mengganggu ini tentu bisa menurunkan keinginan melakukan hubungan seks.
Sementara untuk kondisi yang lebih ringan seperti sakit di bagian kaki, tertawa dan bersin, orang memang akan merasa malu–tapi dia yakin setiap orang bisa mengatasinya.
Untuk Anda tahu wanita mencapai puncak orgasme pada usia tiga puluhan
Dalam survei yang dilakukan oleh Natural Cycles, aplikasi kontrasepsi tersertifikasi, terungkap bahwa wanita mengalami orgasme terbaiknya di usia tiga puluh enam tahun.
Survei itu juga menyebutkan bahwa orgasme, perasaan menarik, dan seks yang memuaskan, makin bertambah usia justru semakin meningkat. Terutama pada wanita berusia tiga puluh enam tahun ke atas.
Wanita berusia akhir tiga puluhan memiliki skor sepuluh persen lebih tinggi dalam hal kepercayaan diri dan citra tubuh.
Sekitar enam hingga sepuluh wanita mengakui mengalami orgasme dahsyat dan terbaik. Ini jauh lebih tinggi dibanding wanita dari kelompok lebih muda.
“Meski wanita berusia di atas tiga puluh lima tahun frekuensi seksnya tidak sebanyak yang lebih muda, tetapi mereka lebih sering mengalami orgasme dan kualitasnya lebih baik,” tulis Natural cycles dalam situsnya.
Sementara itu, frekuensi bercinta para wanita itu bervariasi pada semua kelompok umur.
Sepertiga wanita yang disurvei mengatakan mereka berhubungan seks dua kali seminggu dan seperlima mengaku melakukannya tiga kali seminggu.
Sekitar satu dari tiga wanita berharap pasangannya memberikan sesi bercinta yang lebih lama. Tetapi, satu dari lima wanita merasa ingin menyudahinya lebih cepat.
Survei itu dilakukan padadua ribuan wanita menggunakan kuesioner metolodi standar McCoy Female Sexuality Questionnaire. Metode ini dibuat untuk mengukur aspek seksualitas wanita yang dipengaruhi oleh perubahan kadar hormonal.
Hormon estrogen, progesteron, dan testosteron, berperan besar dalam libido wanita. Kadar estrogen biasanya menurun selama perimenopause.