Kabar tidak mengenakkan datang untuk komunitas “selfie” Asosiasi Psikiater Amerika merilis sebuah penelitian dan menyimpulkan kebiasan memotret dengan cara “selfie” adalah sebuah bentuk dari gangguan kejiwaan.
Bahkan institusi prestise dunia itu menegaskan gangguan mental akibat kebiasaan memotret “selfie,” bisa berpengaruh pada ancaman yang serius.
Dalam rekomendasinya setelah mempertemukan berbagai hasil penelitian, lembaga psikiater Amerika Serikat itu menyatakan bahwa selfie adalah sebuah kelainan mental akut.
Apa itu “selfie?” Selfie adalah kebiasaan memotret diri sendiri lewat ponsel “smartphone” Komunitas ini sering menamakan kelompok mereka dengan sebutan “selfitis.”
“Selfie” selama dekade ini memang sudah menjadi “wabah” global. Tak kurang dari Presiden Barac Obama, ketika berkunjung ke Afrika Selatan, dalam acara penghormatan pemakaman Nelson Mandela sempat ber”selfie” ria dengan Perdana Menteri Denmark, seorang perempuan cantik, dan Perdana Menteri Inggris David Cameron, yang menyebabkan keberangan sang istri, Michelle.
Apakah Obama juga menderita gangguan kejiwaan? Entahlah!
Tapi pskiater AS menyimpulkan gangguan kejiwaan yang berasal dari kesukaan ber”selfie,” bisa didefiniskan sebagai keinginan obsesif kompulsif untuk memotret diri sendiri yang kemudian diunggah ke jejaring sosial yang dimilikinya.
Menggunggah foto diri, kata para psikiater AS seperti dikutip “nuga.co” dari situs “news.am,” Selasa, 08 April 2014, merupakan sebuah usaha bagi seseorang untuk menambah kepercayaan dan harga dirinya sendiri.
Sementara itu psikiater AS mendefinisikan kelainan jiwa Selfitis ini dibagi tiga, yaitu Selfitis Pinggiran, Selfitis Akut, dan Selfitis Kronis.
Selfitis Pinggiran adalah kecenderungan seseorang mengambil foto diri, sekurang-kurangnya tiga kali dalam sehari, tapi tidak mengunggah hasil fotonya ke jejaring sosial miliknya.
Sementara itu Selfitis Akut dikategorikan bagi seseorang yang memotret diri sekurang-kurangnya tiga kali dalam sehari dan mengunggah tiap hasil foto diri tersebut ke media sosial.
Dan yang terakhir, Selfitis Kronis adalah dorongan tak terkendali untuk mengambil gambar diri sendiri sepanjang waktu, dan mengunggah foto-foto tersebut ke media sosial lebih dari enam kali sehari.
Menurut lembaga psikiater itu, untuk saat ini belum ada obat untuk menanggulangi gangguan Selfitis tersebut. Namun sebagai pengobatan sementara dapat dilakukan dengan terapi kognitif perilaku.
Ancaman dari penyakit Selfitis ini sudah terbukti. Gangguan kejiwaan ini nyaris menelan korban jiwa di Inggris.
Seorang remaja pria asal Inggris bernama Danny Bowman pernah nekat berusaha bunuh diri karena tak berhasil mendapat foto terbaik dari hasil selfie yang dilakukannya remaja penggila foto selfie hampir mati bunuh diri karena menurutnya foto selfie yang dihasilkan tidak bagus.
Danny Bowman diselamatkan saat ingin menelan obat-obatan dalam jumlah banyak.
Danny, remaja sembilan belas tahun yang tinggal di Newcastle itu menghabiskan sepuluh jam dalam sehari hanya untuk mengambil foto selfie hingga dua ratusan gambar dirinya sendiri menggunakan iPhone.
Tapi, tak satu pun fotonya sempurna..
Perilaku aneh Danny ini menyebabkan ia dikeluarkan dari sekolahnya karena tak pernah masuk sekolah.
Danny mulai mengunggah foto selfie di Facebook-nya saat berusia lima belas tahun. Namun teman-temannya di Facebook mengejek foto tersebut. Saat itu Danny berjanji untuk mendapatkan foto selfie terbaik.
“Ketika saya bangun tidur, saya akan memotret sepuluh foto selfie sebelum mandi. Dan setelahnya saya akan memotret sepuluh foto lagi setelah mandi dan sepuluh foto setelah sikat gigi,” katanya seperti dikutip “The Mirror”
Setelah mengambil foto selfie, Danny akan menghabiskan waktu berjam-jam untuk menilik foto-foto tersebut. Dan ia kesal sendiri karena menurutnya tak satu pun foto tersebut sempurna.
“Saya memotret selfie di kasur, di kamar mandi, dan sepanjang hari hingga dini hari. Saya berusaha untuk mendapat foto selfie yang sempurna, tapi ketika saya tahu saya tak bisa, rasanya saya ingin mati,” kata Danny menyesali.
Sang ibu memergoki Danny saat ingin menelan obat-obatan dan langsung membawanya ke psikiater. Dannya didiagnosa menderita gangguan bismorfik tubuh yang menyebabkan tidak percaya diri dengan penampilannya sendiri.
sumber: the mirror, news.am dan huffingtonpost