Sebuah pesawat tak berawak atau “drone” milik Israel terpental dan jatuh di Perbatasan Gaza setelah ditembak pejuang Hamas. Israel langsung membantak jatuhnya pesawat yang dikendalikan lewat “remote control” itu dan mengeluarkan rilis bahwa pesawat itu mengalami kerusakan teknis.
“Pihak militer saat ini masih melakukan penyelidikan atas jatuhnya pesawat “drone” Skylark,” ujar militer Israel, seperti dikutip Associated Press, Senin,04 November 2013.
Israel mengatakan, pihaknya menggunakan “drones” untuk mengumpulkan laporan intelijen mengenai pergerakan pejuang Palestina di Gaza. Wilayah yang dikuasai oleh Hamas itu, kerap melancarkan serangan ke wilayah Israel namun tidak menyebabkan kerusakan berarti.
Pihak Hamas menyatakan, mereka berhasil menyita drone tersebut. Namun Hamas tidak memberikan detail ataupun foto dari drone yang dimaksudkan oleh pihak pejuang Palestina itu.
Militer Israel tidak mengkonfirmasi apakah ada informasi rahasia jatuh ke tangan Hamas, setelah pesawat itu jatuh di Gaza. Tetapi Negara Yahudi tersebut merasa khawatir bila ada kemungkinan rahasia itu diperoleh Hamas.
Menurut Israel, drone Skylark memiliki sistem pengamanan yang mencegah diperolehnya informasi rahasia oleh personel yang tidak memiliki kepentingan.
Ditembaknya “dorne” milik Israel di Gaza itu, menurut para analis Timur Tengah, bisa mengungkapkan detil bagaimana negara Yahudi itu mengontrol aktivitas negara Arab melalui sistem jaringan mata-mata lewat satelit.
Harian Al Quds al-Arabi mengutip harian Israel Today, memberitakan, Israel menguasai teritorial udara negara-negara Arab melalui jaringan enam satelit mata-mata. Tugas enam satelit itu memotret semua yang terjadi di negara-negara Arab.
Mengutip pejabat yang bertanggung jawab atas jaringan enam satelit itu, setiap satelit mengontrol semua wilayah Arab setiap 90 menit. Jaringan enam satelit mata-mata itu memantau semua fasilitas militer Arab secara harian, dan melaporkannya kepada pusat komando militer dan dinas intelijen militer Israel di Tel Aviv.
Dua institusi itu bertugas menganalisis data dan melaporkan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk mendapatkan keputusan politik dalam rencana operasi militer rahasia.
Harian Israel Today mengungkapkan, tujuan mendirikan satuan rahasia yang dikenal dengan kode 9900 di bawah payung seksi intelijen militer adalah mengendalikan jaringan satelit mata-mata untuk memotret instalasi militer dan gerakan satuan militer negara Arab, serta menyadap pembicaraan para pemimpin Arab.
Salah satu hasil kerja satuan 9900 itu adalah gerakan kendaraan pemimpin militer Hamas, Ahmed Jabaari, di Gaza City pada November 2012. Dari hasil pencitraan itu, Israel membunuh Ahmed Jabaari melalui tembakan roket. Tewasnya Ahmed Jabaari itu memicu perang antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza pada November 2012.
Satuan rahasia 9900 itu terbagi dalam beberapa wilayah untuk memantau Suriah, Iran, Mesir, Jordania, Jalur Gaza, Lebanon, dan negara Arab lain. Salah satu hal yang tengah dilakukan adalah memantau aktivitas program nuklir Iran. Adapun unit pemantau Mesir memantau gerakan militer di Semenanjung Gurun Sinai yang tengah menumpas kelompok radikal.
Situs berita Israel, Walla, mengungkapkan, satuan elite militer Israel melarang keras merilis operasi satuan elite militer Israel di suatu negara atau identitas siapa pun yang membantu operasi itu. Sebagian besar operasi satuan elite militer Israel dilakukan di luar negeri.
Hasil investigasi Walla mengungkapkan, satuan elite militer Israel berkoordinasi dengan dinas intelijen umum Israel dalam melakukan operasi rahasia. Shabak dikenal memiliki banyak agen warga Arab. Shabak juga kerap memanfaatkan tawanan Palestina yang disekap di penjara Israel untuk mendapatkan informasi penting. Shabak melalui agen warga Arab membantu memberi informasi intelijen.