Israel menghadapi perang darat yang ganas dalam kecamuk perlawanan militan Hamas di Gaza, dan terpaksa mengerahkan bantuan jet tempur di udara dan kapal perang segala jenis di laut.
Dalam rilis terbarunya, jurubicara militer Israel mengatakan, telah tujuh tentaranya tewas dalam pertempuran “head to head.” Korban sipil dari Peletina juga terus bertambah.
Untuk mensterilkan operasi darat ini, Israel telah meminta kepada para jurnalis peliput perang untuk menyingkir dari area serangan. “Kami minta para wartawan untuk meninggalkan Gaza,” bunyi rilis militer.
Dalam perkembangan terbarunya, seorang wartawan berkebangsan Pelestina yang bekerja untuk sebuah media asing tewas dihantam peluru tentara Israel.
Dalam dua hari serangan darat untuk mengejar militan Hamas untuk membongkar jaringan terowongan dan bunker pertahanan mereka ternyata militer Israel menghadapi kendala perlawanan paling sengit yang pernah mereka jalani.
Untuk mendukung serangan ini, Israel telah memanggil 18.000 tentara cadangan sebagai tenaga perbantuan untuk efektifnya operasi brutal ini.
Hari Minggu, 20 Juli 2014, usai menggelar serangan tank dan dukungan intelijen, sehari sebelumnya, Israel belum memperoleh hasil maksimal karena kendala medan perkampungan Pelestina yang sangat rahasia di Gaza.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netananyu mengatakan tujuan serangan itu adalah menghancurkan terowongan dari Gaza ke Israel.Israel melancarkan serangan udara bertubi-tubi ke Gaza dan juga melalui laut.
Pasukan pertahanan Israel mengatakan operasi itu ditujukan agar warga Israel dapat hidup tenang dan aman. Langkah itu dilakukan atas apa yang disebut Israel penolakan berulang kali tawaran untuk meredakan situasi.
Seorang juru bicara Hamas menyebut operasi darat itu bodoh dan mengatakan mereka akan menghadapi dampaknya.Operasi darat dilakukan menyusul serangan udara Israel sepuluh hari dan serangan roket dari Gaza.
Sekitar 316 warga Palestina, satu orang Israel dan dua tentaranya meninggal dalam konflik sejauh ini.
Pernyataan dari Pasukan Pertahanan Israel, menyebutkan, “Menyusul serangan sepuluh hari oleh Hamas melalui darat, laut, udara, dan setelah berulang kali penolakan untuk meredakan situasi, IDF melakukan operasi darat di Jalur Gaza.”
Dalam berita terbarunya, “Reuter” merilis bahwa Gerakan Islamis Hamas mengaku telah menerima permintaan proposal untuk gencatan senjata kemanusiaan selama tiga jam di Gaza. Disebutkan bahwa proposal itu dibuat oleh Komite Palang Merah Internasional.
“ICRC telah menghubungi kami dan menawarkan kepada perantara untuk gencatan senjara selama tiga jam agar ambulans dapat mengevakuasi korban tewas dan korban luka. Dan Hamas menerima itu,” ujar juru bicara Sami Abu Zuhri dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Minggu sore WIB, 20 Juli 2014.
“Hamas setuju tetapi pihak lawan menolaknya,” sambungnya, meskipun radio publik Israel melaporkan jika pemerintah Israel sedang mempelajari proposal itu.
Saat dihubungi oleh AFP, juru bicara ICRC menolak untuk mengkonfirmasi atau membantah laporan itu. Mereka hanya menyebutkan bahwa mereka telah banyak melakukan usaha untuk memastikan jalan dalam mengevakuasi para korban tewas dan luka.
Insiden ini merupakan lanjutan dari serangan Israel di sejumlah wilayah di timur Kota Gaza. Insiden itu menyebabkan empat puluh orang tewas dan lebih dari empat ratus orang mengalami luka.
Dalam perang darat yang ganas itu, seorang juru kamera berkebangsaan Palestina ikut menjadi korban dalam serangan lanjutan antara Israel dan militan Hamas di distrik Shejaiya, Gaza timur. Selain itu, seorang paramedis juga dilaporkan tewas.
“Juru kamera Khaled Hammad dan paramedis Fuad Jaber telah tewas dalam serangan ketika berada di dalam mobil ambulans, saat itu mereka sedang mencoba untuk mengevakuasi para korban luka dari Shejaiya,” ujar juru bicara layanan darurat, Ashraf al-Qudra kepada AFP.
Sebelumnya diberitakan, Serangan Israel meluas hingga distrik Shejaiya di bagian timur Gaza pada Minggu pagi. ribuan warga pun meninggalkan area itu dan meninggalkan banyak korban tewas tergeletak di jalan.
Juru bicara layanan medis Ashraf al-Qudra mengatakan kepada AFP bahwa ada setidaknya empat puluh mayat dari Shejaiya dan dan ratusan korban luka telah dievakuasi.
Dia memprediksi jumlah korban akan meningkat secara signifikan. Paramedis mengatakan bahwa mereka bekerjasama dengan Komite Internasional Palang Merah untuk mencoba mengkoordinasikan masuk ke daerah-daerah yang masih di dalam serangan.