Israel meradang dan tak mengindahkan gencatan senjata yang disepakati, setelah seorang tentaranya diculik oleh pejuang Hamas di Rafah, sebuah distrik yang berbatasan dengan Mesir, Jumat malam WIB, 01 Agustus 2014, serta melakukan pencarian dengan membumihanguskan sebuah perkampungan yang diduga lokasi militan menyekap sang tentara.
Tentara yang bernama Hadar Goldin, dan berusia dua puluh tiga tahun itu, hilang saat pasukan Israel -yang sedang berupaya menghancurkan terowongan bawah tanah- diserang. Dua tentaranya yang lain juga tewas dalam bentrokan di sebelah selatan Jalur Gaza itu, Jumat pagi waktu setempat.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry, sudah mendesak agar tentara itu dibebaskan dan menyebut penculikannya sebagai tindakan ‘yang memalukan’. Pemerintah Washington juga menuduh Hamas bertanggung jawab atas pelanggaran “ gencatan senjata kemanusiaan” selama tujuh puluh dua jam jam.
Hamas tidak mengaku bahwa mereka yang menculik tentara tersebut. Pada perang Gaza tahun 2006 militan Hamas juga pernah menculik tentara Israel, Gilad Shalit, dan menahannya selama lima tahun sebelum dilepaskan tahun 2011 dengan ditukar pembebasan sekitar 1.000 tahanan Palestina.
Sementara itu Mesir mengatakan siap menerima perwakilan Israel dan Palestina untuk membahas gencatan senjata jangka panjang. Namun Menteri Luar Negeri Mesir, Shameh Shukri, menegaskan kepada “BBC” bahwa perundingan itu baru bisa dimulai jika kedua pihak mematuhi gencatan senjata kemanusiaan.
Kemarahan Israel atas penculikan Hadar Goldin dinyatakan langsung oleh rilis Angkatan bersenjata Israel, Jumat malam dengan mengatakan gencatan senjata yang telah disepakati dengan Hamas batal..
“Ya. Kami melanjutkan aktivitas kami di lapangan. Indikasi awal kami, seorang prajurit diculik dalam sebuah insiden di mana teroris merusak gencatan senjata,” kata juru bicara AD Israel, Peter Lerner menanggapi pertanyaan wartawan.
Lerner melanjutkan, prajurit itu hilang dalam baku tembak dengan militan Gaza yang muncul dari dalam terowongan. Salah satu dari anggota militan itu meledakkan dirinya dengan bom yang diletakkan pada ikat pinggangnya.
Lerner menambahkan, baku tembak itu terjadi di Rafah yang berbatasan dengan Mesir. Di wilayah itu juga jurnalis AFP melaporkan terjadinya baku tembak dan militer Israel meminta warga untuk tinggal di dalam rumah saat mereka mengejar “elemen-elemen teroris”.
Sejauh ini Hamas belum mengeluarkan pernyataan terkait tuduhan penculikan yang dilayangkan militer Israel. Namun, Hamas mengatakan tuduhan penculikan itu hanya sebuah pembenaran agar Israel bisa membatalkan gencatan senjata.
“Tuduhan itu hanya pembenaran agar Israel bisa membatalkan gencatan senjata dan menutupi pembantaian di Rafah,” demikian juru bicara Hamas, Fawzi Barhum.
Koresponden AFP mengabarkan, setelah mengetehaui tentaranya diculik dan pemberlakuan gencatan senjata baru berlangsung beberapa jam, artileri Israel membombardir kota Rafah sehingga mengakibatkan tim medis kesulitan menangani korban tewas dan terluka.
Sebelumnya, Israel menyatakan kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas batal setelah mengatakan salah seorang prajuritnya diculik salah satu kelompok militan Gaza.
Kini serangan Israel ke Jalur Gaza sudah memasuki hari ke-25. Sedikitnya 1.500 warga Gaza, sebagian besar warga sipil, tewas. Sementara di pihak Israel sejauh ini 63 prajuritnya kehilangan nyawa ditambah tiga warga sipil yang tewas akibat serangan roket.