Hamas tak akan menghentikan aksinya melawan invasi darat militer Israel di tengah kebingungan pemerintahan Benyamin Netanyahu, “hingga pulihnya harga diri” Gaza dan terus bertempur guna mengenyahkan pendudukan “zionisme.”
“Kami akan terus melawan pasukan Israel hingga tujuan kami tercapai,” kata juru bicara Hamas, Fawzi Barhum.
Pernyataan Hamas ini muncul tak lama setelah PM Israel Benyamin Netanyahu berpidato yang isinya mengklaim bahwa pasukan negeri itu sudah memberikan “pukulan telak” untuk Hamas sejak operasi militer digelar 08 Juli 2014 lalu.
“Netanyahu sedang kebingungan. Artinya dia serang menghadapi sebuah krisis yang sesungguhnya,” tambah Barhum.
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu mengatakan negeri itu akan meneruskan operasi militernya di Jalur Gaza selama diperlukan dan dengan menggunakan seluruh kekuatan yang dibutuhkan.
“Sejak awal, kami berjanji kepada rakyat Israel untuk mengembalikan ketenangan dan kami akan terus bertindak hingga tujuan itu tercapai. Kami akan lakukan selama diperlukan dan dengan seluruh kekuatan jika dibutuhkan,” kata Netanyahu dalam pidato publiknya.
“Kini semua pilihan sudah ada di atas meja untuk mengembalikan kedamaian bagi rakyat Israel,” tambah Netanyahu.
Selain itu, Netanyahu menegaskan pemerintahannya berjanji untuk membawa pulang Hadar Goldin, prajurit berusia dua puluh tiga tahun yang diyakini Israel diculik militan Palestina dalam sebuah penyergapan di wilayah selatan Gaza pada Jumat pekan lalu.
“Pemerintah Israel akan melakukan apapun untuk membawa pulang putra-putranya yang hilang,” janji Netanyahu.
Dia melanjutkan, pasukan Israel akan menyelesaikan misinya menghancurkan jaringan terowongan yang digunakan kelompok militan Gaza menerobos masuk ke wilayah selatan Israel.
“Setelah kami selesai dengan masalah terowongan, angkatan darat akan mempersiapkan aktivitas lain hingga tujuan untuk mengembalikan rasa aman bagi rakyat Israel tercapai,” Netanyahu menegaskan.
“Sejak awal, kami berjanji kepada rakyat Israel untuk mengembalikan ketenangan dan kami akan terus bertindak hingga tujuan itu tercapai. Kami akan lakukan selama diperlukan dan dengan seluruh kekuatan jika dibutuhkan,” kata Netanyahu dalam pidato publiknya.
Dia melanjutkan, pasukan Israel akan menyelesaikan misinya menghancurkan jaringan terowongan yang digunakan kelompok militan Gaza menerobos masuk ke wilayah selatan Israel.
Agresi militer Israel, Minggu subuh, kembali melepaskan tembakan mortir dan menyerang Graha Darul Quran, sebuah bangunan hasil bantuan rakyat Indonesia.
“Pihak Israel sengaja melancarkan lebih dari lima roket ke lembaga pendidikan tempat menghafal Al Quran Cabang Gaza itu,” kata Abdillah Onim, dalam keterangannya dari Gaza City, Palestina, seperti dikutip Antaranews.com.
Sejak 8 Juli lalu, Israel mengerahkan militernya untuk menggempur permukiman warga sipil Palestina, yang penduduknya memeluk agama-agama besar dunia, antara lain Kristen dan Islam.
Adapun Onim adalah relawan Indonesia yang menetap di Jalur Gaza. Dia saat ini menjabat Ketua Cabang Daqu di Gaza City dan mendirikan Graha Tahfidz, selain juga menjadi koresponden salah satu stasiun televisi swasta Indonesia.
Graha Tahfidz, selain menjadi tempat tinggalnya, juga menjadi tempat untuk mendidik anak-anak menghafal Al Quran. Dia memasang bendera Merah Putih berukuran dua meter di satu tiang yang dipasang di lantai atas gedung itu.
“Mereka, Israel, tak peduli apakah ada WNI atau bendera Indonesia, dan tetap mereka serang,” katanya.
Menurut laporan kantor berita transnasional terbaru, Minggu, lebih dari 1.633 orang Palestina telah meninggal dan 8.800 orang lainnya cedera sejak Israel melancarkan agresi militer ke Jalur Gaza pada 8 Juli 2014.
Dalam konflik itu, Israel kehilangan 61 tentara dan tiga warga sipil, termasuk seorang warga negara Thailand.
Onim menyebutkan, roket Israel juga menghantam RS Syifa di Gaza City, yang menewaskan seorang bayi berusia satu bulan.
Bahkan, kebrutalan Israel juga ditunjukkan dengan “menghujani” taman bermain anak-anak di Gaza City, yang saat itu penuh dengan anak-anak yang sedang bermain.
Akibat kebrutalan Israel tersebut, sebanyak 10 anak meninggal dengan kondisi tubuh tidak utuh lagi.
Kediaman mantan Perdana Menteri Palestina, Ismail Haniyah, tidak luput dari serangan roket yang ditembakkan dari jet F-16 milik Israel. Israel juga menyerang satu-satunya pusat pembangkit listrik Palestina di Gaza.
Onim mengatakan, seharusnya perang itu antara militer dan militer. “Bukan militer Israel malah membantai warga sipil, anak-anak, wanita, fasilitas umum, seperti sekolah, masjid, dan rumah sakit,” kata Onim.
Ia juga heran dengan negara-negara tetangga, terutama negara Arab yang belum terpanggil membantu saudara mereka sesuku dan sejazirah, yaitu Jazirah Arab. Negara-negara lain yang mengaku anti-Amerika Serikat dan Israel disebutnya malah menunduk tidak mau tahu.
“Yang sangat getol membantu Gaza adalah Turki, Qatar, dan Aljazair, sedangkan negara-negara lain hanya pencitraan,” kata dia.