Israel panik menghadapi makin dekatnya Iran menyelesaikan proyek “bom” nuklirnya dan semakin furstrasi lagi dengan sikap Amerika Serikat yang memintanya Tel Aviv untuk “wait and see” mengenai jadwal serangan ke Negara mullah itu.
Benyamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel, pekan ini, telah mengajukan proposal dan simulasi serangan ke Iran kepada Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry, dan Washington nampaknya tidak antusias dengan rencana gegabah Tel Aviv itu.
Kerry lebih tertarik untuk menghidupkan kembali perundingan damai Israel dengan Palestina sebagai penutup sumbu kekacauan masalah Timur Tengah. Surat kabar Al Ahrot yang terbit di Tel Aviv menulis, Kerry menyepelekan pernyataan Netanyahu dan mengenyamping kemungkinan serangan bersama dua Negara itu ke Iran.
Israel makin gemas dengan sikap Iran yang akan terus melanjutkan program nuklirnya tanpa menghiraukan opini Barat. Hassan Rowhani setelah terpilih sebagai presiden Iran untuk menggantikan Mahmoud Ahmadinejad. Telah mengeluarkan pernyataan untuk melanjutkan program nuklir negaranya.
Terpilihnya Rowhani telah meningkatkan ketakutan rezim Israel atas negara Iran karena intelektual yang pernah belajar di Inggris itu mengecilkan peran militer Israel dan mengancam akan melenyapkan Negara Yahudi itu dari peta bumi kalau berani menyerang Iran.
Ketakutan Israel terhadap Rowhani ini dilontarkan seorang anggota parlemen Iran, Mehdi Davatgari seperti dilansir media Press TV, Sabtu, 20 Juli 2013.
“Kemarahan dan kegusaran pejabat-pejabat rezim penjajah al-Quds, sebutan Israel meningkat setelah kemenangan Hassan Rowhani, yang terpilih oleh bangsa Iran, khususnya di masa ketika negara-negara Barat mengupayakan interaksi dan dialog dengan pemerintahan baru Iran,” cetus politikus yang merupakan anggota Komite Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran.
Menurutnya, pejabat-pejabat Israel kaget akan besarnya jumlah pemilih yang menggunakan hak suara mereka dalam pemilihan presiden Iran pada 14 Juni lalu.
Sebelumnya pada 14 Juli lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melontarkan pernyataan keras keras terhadap Rowhani. Dalam wawancara di program televisi CBS News, Netanyahu mengulang tuduhan bahwa Iran tengah berupaya mengembangkan senjata nuklir lewat program nuklir yang dijalankannya.
Dicetuskan Netanyahu, Rowhani akan mencoba untuk “membuat bom”. Netanyahu juga mengisyaratkan kemungkinan rezimnya akan menyerang Iran lebih dulu daripada Amerika Serikat guna menyelesaikan isu nuklir Iran.
Rowhani memenangi pemilihan presiden Juni lalu dengan meraih 18.613.329 suara atau 50,7 persen dari total 36.704.156 suara. Presiden terpilih Iran itu berjanji akan mengupayakan “interaksi konstruktif” dengan dunia. Dia akan dilantik pada Agustus mendatang.
Pejabat tinggi militer Israel kembali melontarkan retorika perang terjadap negara Republik Islam Iran. Dicetuskan bahwa rezim Israel bisa menginvasi Iran atas keputusannya sendiri.
Sementara itu, Kepala Staf militer Israel, Letjen Benny Gantz dalam wawancara dengan radio publik Israel di Yerusalem seperti dilansir News.com.au, mengatakan, “Kami punya rencana-rencana dan perkiraan kami sendiri… Jika waktunya tiba, kami akan memutuskan apakah akan mengambil aksi militer terhadap Iran,” ujar pejabat senior militer Israel itu.
Sebelumnya, pernyataan-pernyataan senada pernah dicetuskan pejabat-pejabat Israel lainnya, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Moshe Ya’alon. Ya’alon bahkan pernah mengatakan, program energi nuklir merupakan ancaman paling berbahaya bagi dunia.
Pemerintah Amerika Serikat, Israel dan sekutu-sekutunya telah berulang kali menuding Iran diam-diam berupaya mengembangkan senjata nuklir lewat program nuklir yang dijalankannya. Bahkan Israel berulang kali mengancam akan menyerang fasilitas nuklir Iran berdasarkan tudingan tersebut.
Pemerintah Iran bersikeras membantah tuduhan tersebut. Ditegaskan Teheran, program nuklirnya semata-mata untuk tujuan damai, yakni sebagai pembangkit energi bagi rakyat sipil. Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad bahkan telah menegaskan bahwa negaranya tidak membutuhkan bom atom