Majelis Ulama Indonesia sudah “muak” mengurusi Eyang Subur, yang fatwanya dipermainkan dengan retorika para pengacaranya untuk mendapatkan popularita lewat liputan media, terutama tayangan “infotainment” televisi. “Sudah tidak mau lagi mengurusi kelanjutan kasusnya. Terserah apa maunya saja. Capek kita mendengar ocehan para pengacaranya yang mengaburkan substansi fatwa dengan menari-nariknya ke retorika kosong,” ujar Prof. DR. KH Umar Shihab.
Secara bergurau, Umar Shihab, ulama yang juga gurubesar Universitas Islam Jakarta itu, mengatakan dengan ketus,”mereka nongong kan dibayar. Kalau kita jawab tambah banyak bayaran yang mereka peroleh karena ada bahan yang diomongi lagi.”
Ketika dikonfirmasi tentang masih adanya istri Eyang Subur yang sudah diceraikan tinggal serumah, pihak MUI tidak mau mengomentarinya. “Enggak mau. Saya enggak komentar lagi soal Eyang Subur. Mau cerai, mau tidak cerai,” terserah kata Umar Sihihab yang dilingkungan ulama sangat disegani itu..
Bahkan, saat ditanya kembali mengenai langkah yang akan ditempuh MUI, Umar Shihab tetap tidak mau berkomentar. “Tanyalah orang lain, jangan tanya saya,” ketusnya.
MUI pernah turut berperan dalam mengurai benang kusut perkawinan Eyang Subur dengan delapan istrinya, dengan mengeluarkan i fatwa-fatwanya. Namun, saat kasus ini terus berkembang, dan MUI sudah muak untuk mengurusnya lagi.
Sementara itu heboh Eyang Subur, menyangkut istri kedelapannya yang masih ngoto tinggal serumah walau pun sudah diceraikan, Dewi Almira sang tantenya, menyakini, Eyang Subur masih bermain dengan guna-gunanya.
Dewi membeberkan, sebelum kasus Ani merebak di media, sang ibunya, Lilis sempat diiming-imingi rumah, uang, dan mobil oleh Eyang Subur agar tidak mengambil sang anak untuk dibawa pulang.
“Sebelum kasus Ani keluar di media, ibu Lilis ditawarin mau dikasih uang, rumah, sama mobil dari Subur. Tapi tolong ngomongnya diputarbalikkan,” ungkap Dewi..
Sementara itu Eyang Subur, sebagai mantan suami dan yang empunya rumah, tidak mau melarang atau memaksa Ani untuk segera pergi atau menetap di rumahnya. “Kalau saya terserah Ani, mau pulang atau enggak pulang saya masih terima di sini. Jangankan mantan istri, tamu yang di sini nginap berhari-hari saja saya terbuka. Mau pulang silakan, enggak juga silakan,” ucap Eyang Subur.
Dengan nada yang tenang, Eyang Subur menambahkan bahwa dirinya tidak mempunyai hak untuk mengusir Ani dari istananya. “Saya enggak berhak ngusir. Saya sih sudah enggak ada masalah,” tegasnya santai.