Anas Urbaningrum, tersangka kasus proyek Hambalang, mulai terseret dalam arus proyek simulator yang mendudukkan Irjen Pol. Joko Susilo sebagai sebagai tedakwa utamanya. Nama Anas muncul ketika pertemuan membahas uang jasa pengurusan anggaran kepolisian di Restoran King Crab, kawasan bisnis Sudirman, Jakarta Selatan, pada tahun 2010.
Anas, seperti dikatakan sebuah sumber, hadir dalam perjamuan untuk membahas anggaran Polri bersama Ajun Komisaris Besar Teddy Rusmawan; mantan Bendahara Umum Demokrat, M. Nazaruddin; politikus Demokrat, Saan Mustopa; dan Direktur Utama PT Citra Mandiri Metalindo Abadi, Budi Susanto. “Saya ingat salaman dengan Mas Anas,” kata Teddy, yang dikutip dari sebuah sumber.
Dalam pertemuan tersebut, kata sumber tersebut, Nazar meminta uang jasa pengurusan anggaran kepolisian. Besarnya sekitar 12 persen dari anggaran yang disetujui. Separuhnya harus dibayar di muka. Menurut saksi itu, Anas tidak berkomentar apa pun walau duduk cukup dekat dengan Nazaruddin.
Segera setelah pertemuan itu, Teddy, yang menjabat ketua pengadaan proyek simulator ujian SIM, sibuk mengantar paket ke para politikus. Antara lain ia datang ke Hotel Dharmawangsa, Jakarta Selatan, menyerahkan Rp 4 miliar kepada Nazar. Suap dalam bentuk dolar Amerika Serikat ini jatah untuk Demokrat.
Saat dimintai konfirmasi, baik Anas maupun Saan membantah jika disebut ikut dalam pertemuan membahas anggaran kepolisian. Soal pertemuan di King Crab, Anas mengatakan baru mendengarnya. “Jadi clear, very clear, tak ada pertemuan itu,” ujar Anas beberapa hari lalu.
Sedangkan pengacara Nazaruddin, Rufinus Hutauruk, membenarkan bahwa kliennya pernah hadir dalam sejumlah pertemuan. Namun pertemuan itu tidak khusus membahas soal anggaran simulator, tapi juga tentang rencana kerja dan anggaran kepolisian 2011.
Selain buat Demokrat, jatah bagi partai-partai lain juga ada. Bagian untuk politikus PDI Perjuangan sebesar Rp 2 miliar dikirim oleh Teddy ke kantor Herman Herry, anggota Dewan dari partai itu, di Panglima Polim, Jakarta Selatan.
Ketika ia meluncur ke Kafe De Luca, Plaza Senayan, buat menemui politikus Golkar, Azis Syamsuddin dan Bambang Soesatyo. Sesampainya di area parkir Plaza Senayan, melalui seorang staf Korps Polisi Lalu Lintas Kepolisian RI, uang Rp 4 miliar berpindah tangan ke ajudan Azis.
Ketika ditanyai soal ini, setelah dimintai keterangan sebagai saksi oleh Komisi Pemberantasan Korupsi pada Senin pekan lalu, Teddy tak menjawab tegas. “Semua sudah saya sampaikan ke penyidik. Silakan tanya ke mereka,” kata mantan Ketua Primer Koperasi Korps Lalu Lintas itu. Bambang Soesatyo membantah jika disebut hadir dalam penyerahan uang di Plaza Senayan. Adapun Azis mengakui sering datang ke Kafe De Luca. Namun ia menyatakan belum pernah sekali pun bertemu dengan Teddy. Herman Herry juga membantah jika disebut menerima duit. Juru bicara KPK, Johan Budi, belum dapat dimintai keterangan.