Anas Urbaningrum mulai jadi pelupa atau anemia. Dalam “talk show” Radio Smart FM yang dipandu oleh mantan Pemimpin Redaksi SCTV Rosiana Silalahi ia mengatakan tidak pernah mundur daru Ketua Umum Demokrat dan keanggotaan partai itu. . “Saya kan tidak pernah mundur, saya berhenti,” kata Anas.
Tak sekadar mengeluarkan pernyataan, Anas pun lantas menjelaskan perbedaan mundur dan berhenti dengan lebih gamblang menggunakan gerakan tangannya. Anas menjelaskan kata-kata mundur dengan menarik garis ke belakang. Sedang berhenti hanya diam di tempat. “Kalau berhenti ya berhenti, mundur ya mundur, berhenti tak mundur.”
Anas mengatakan, statusnya yang tak pernah mundur dari jabatan ketua umum ini pula yang menjadi penyebab hingga kini dia tak kunjung menyerahkan surat mengundurkan diri pada partai. Anas mengatakan tak punya alasan sehingga harus mengirimkan surat pengunduran diri. Bahkan dia pun menduga surat pengunduran diri itu tak diharapkan partai karena akan berujung pada kongres luar biasa (KLB).
Anas secara spesifik mempersoalkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dalam permainan kata-katanya yang terus di provokasi pertanyaan Rosiana.
“Lembaga yang berhak menerima surat pengunduran diri ketua umum adalah kongres dan KLB. Makanya, dia merasa tak tepat bila surat pengunduran diri diberikan pada institusi lain seperti Majelis Tinggi ataupun Dewan Kehormatan. Karena Anas sebagai ketua umum yang milih adalah kongres, tak ada instansi lain di luar kongres,” katanya dengan nada ngotot.
Anas juga memastikan meski telah berhenti dari Ketua Umum dia masih tercatat sebagai kader Demokrat. Sampai saat ini Anas masih mengantongi kartu tanda anggota partai. Namun dia mengaku untuk sementara tak lagi memprioritaskan aktif di Demokrat.
Anas berhenti secara resmi dari ketua umum pada 23 Februari 2013. Anas mundur setelah sehari sebelumnya ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus korupsi pengadaan pusat olahraga terpadu Hambalang. Dalam proyek ini Komisi Pemberantasan Korupsi menyatakan Anas terlibat mengatur proyek dan mendapat gratifikasi.
Usai Anas berhenti, hingga kini, Demokrat belum memiliki ketua umum yang baru. Padahal posisi seorang ketua umum sangat diperlukan untuk menandatangani daftar calon legislatif sementara yang harus diserahkan partai pada Komisi Pemilihan Umum pada pertengahan April mendatang. Majelis Tinggi berkeinginan, posisi Anas digantikan oleh pelaksana tugas yang ditunjuk oleh majelis. Namun arus bawah menginginkan segera dilakukan KLB untuk memilih ketua baru.
Sahabat Anas yang menjabat Juru Bicara Demokrat, Gede Pasek Suardika mengatakan, KLB merupakan jalan terbaik untuk menegakkan konstitusi partai. Selain untuk memilih ketua umum baru, KLB juga diperlukan untuk mengakomodir agar Anas bisa segera mundur dan meletakkan jabatan secara konstitusional.