Niat Obama untuk memenuhi “ambisi” kehebatan Amerika Serikat untuk menyerang Suriah, yang mereka yakini sendiri memiliki senjata kimia, dan menggunakannya dalam menghadapi pemberontakan bersenjata oposisi, makin terhalang dengan tercapainya kesepakatan penyerahan senjata mematikan itu oleh Damaskus.
AS masih menganggap dirinya sebagai “kekuatan militer nomor satu” dunia dan bermaksud menerabas Suriah dengan alasan menggunakan senjata kimia dalam perang saudara.
Barack Obama, Sabtu waktu Washington, masih bersedia memberi kesempatan bagi upaya diplomasi dalam menyelesaikan krisis Suriah. Namun Obama juga mengingatkan, opsi militer masih tetap ada.
Bersamaan dengan pernyataan Obama ini, di Geneva, AS dan Rusia mencapai kata sepakat soal pemusnahan senjata kimia Suriah. Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengungkapkan hal itu di Geneva, Swiss. sebagaimana warta AP pada Sabtu, usai berbicara dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.
AS menyepakati t soal rencana kerja untuk pemusnahan senjata kimia Suriah tersebut. “Pemusnahan itu akan baik, tak hanya bagi Suriah tetapi juga dengan negara-negara tetangganya,”kata Kerry menuntaskan pembicaraan tiga hari tersebut.
Tak cuma itu, menurut Kerry, pemusnahan senjata kimia justru memperbesar proteksi dan keamanan dunia. “Dunia berharap agar rezim Presiden Assad tetap berkomitmen soal pemusnahan senjata kimia itu,”kata Kerry mengingatkan.
John Kerry pun menambahkan tak ada lagi main-main soal senjata kimia. “Kami menekankan lagi komitmen Presiden Assad,”demikian John Kerry.
Saat ini Kerry dan Menlu Rusia Sergei Lavrov sedang menyiapkan draft persetujuan untuk diparaf masing-masing pihak menyusul usulan Rusia soal penyerahan senjata kimia rezim Presiden Bashar al-Assad.
“Kita perlu melihat tindakan-tindakan konkret yang menunjukkan bahwa Assad serius soal menyerahkan senjata kimianya,” kata Obama dalam pidato mingguannya seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu.
“Dan karena rencana ini muncul hanya bersama ancaman kredibel aksi militer AS, kita akan tetap mempertahankan posisi militer kita di wilayah itu untuk terus menekan rezim Assad,” imbuh Obama.
Sebelumnya, Presiden Assad telah menyampaikan konfirmasinya atas kesediaan rezimnya untuk melaksanakan usulan Rusia, sekutu dekatnya. Pemerintah Rusia mengusulkan penyerahan senjata kimia rezim Suriah tersebut sebagai cara untuk menghindarkan aksi militer AS.
Namun Assad menegaskan, kesediaan rezimnya mengikuti usulan Rusia itu bukan karena adanya ancaman serangan militer AS.
“Suriah menyerahkan senjata-senjata kimia dalam pengawasan internasional adalah karena Rusia,” tutur Assad. “Ancaman-ancaman AS tidak mempengaruhi keputusan itu,” tandas pemimpin Suriah itu.
Walau pun telah dicapai kesepakatan dan AS urung menyerang Suriah, caci maki di antara kedua pemimpin Negara itu masih berlangsung lewat media.Bakuserang opini di media massa ini makin menjadi wahana bagi kedua negara untuk menunjukkan kehebatan masing-masing..
Simak catatan RIA Novosti rilisan Sabtu, 14 September 2013. ini. Kantor berita Rusia itu bilang kalau Senator AS John McCain punya kesempatan menulis di harian terbesar di Negeri Beruang Merah. Harian itu adalah koran milik pemerintah komunis Rusia, Pravda.
Kendati begitu, sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin, pekan lalu, menulis opininya di The New York Times. Opini itu bertema soal Suriah.
Tapi, rupanya, gara-gara tulisan Putin itu, McCain uring-uringan. Pasalnya, menurut McCain, tulis Putin mengkritik kebijakan AS menyerang Suriah. “Makanya, saya ingin menulis komentar di Pravda,”katanya dalam wawancara dengan CNN.
Usut punya usut, senator Republiken ini memang jadi penasihat soal solusi serangan militer ke Suriah. Bahkan, saran-saran soal serangan itu terbilang bukan hal baru bagi pemerintahan Presiden Barack Obama.
“Kalau McCain ingin menulis sesuatu tentang Rusia, silakan,”kata Editor Bahasa Inggris untuk Pravda, Dmitry Sudakov.
Sudakov mengatakan kalau Pravda tidak membeli ide McCain soal politik internasional Rusia. “Pravda menyambut baik upaya McCain,” imbuh Sudakov.
Sementara, kantor McCain berjanji bakal menyangkan artikel tulis McCain minggu depan dengan versi bahasa Inggris maupun Rusia. Kebijakan ini lantaran untuk pengecekan terjemahan secara akurat.