Washington kalah, Suriah aman dan Obama diam. Itulah komentar Al Jazzera, televisi independen yang bermarkas di Qatar, tentang “pembatalan” serangan Amerika Serikat terhadap Suriah, yang dituduh Barat menggunakan senjata kimia dalam perang saudara, yang berlarut-larut.
Obama, melakukan revisi terhadap kebijakan campur tangan militernya untuk “menghancurkan” instalasi militer Suriah, setelah diplomasi Rusia tentang penyerahan seluruh arsenal senjata kimia Damaskus ke badan pengawan independen mennemukan solusi, Selasa kemarin.
Hari ini Presiden Barack Obama minta Senat menunda pemungutan suara di Kongres untuk mengabsahkan serangan Washington terhadap instalasi militer Negara Arab itu. Obama juga, pekan lalu, digertak Vladimir Putin dalam pertemuan G-20 di Sint Petersburg, Rusia, untuk tidak menyerang Suriah.
Putin menegaskan, ia akan membantu Suriah menghadapi Amerika Serikat dengan resiko perang besar di dunia arab. Tidak hanya Rusia, Iran dan Hezbullah mengirim pesan akan meledakkan Israel sebagai target kecamuk perang yang lebih luas.
Tidak hanya masyarakat internasional yang melawan keinginan Amerika Serikat untuk menyerang Suriah, Michelle Obama, istri sang presiden, juga menegaskan ketidaksetujuan terhadap “perang” di Timur Tengah. Michelle mengingatkan Obama untuk tidak meneruskan kebijakan AS itu.
Michelle bersama dua pertiga masyarakat Amerika Serikat akan menggerakkan demonstrasi damai jika perang di tabuh pemerintahan Washington. “Saya akan turut serta melawan keinginan perang ini dengan damai,” kata Michelle.
Obama nampaknya mendengar suara perdamaian ini. Setelah mendapatkan solusi diplomatic, dengan persetujuan Damaskus untuk menyerahkan senjata kimianya ke badan pengawas PBB, t Barack Obama meminta Kongres AS untuk menunda voting serangan ke Suriah. Obama menyatakan, usulan Rusia soal penghancuran senjata kimia Suriah patut diberi kesempatan.
“Saya telah meminta pimpinan Kongres untuk menunda voting soal penggunaan militer, sementara kita mengejar jalur solusi diplomatik,” ujar Obama dalam pidato di Gedung Putih AS yang disiarkan secara langsung, seperti dilansir AFP, Rabu 11 september 2013..
Lebih lanjut Obama menuturkan, Menteri Luar Negeri (Menlu) John Kerry dalam waktu dekat akan bertemu dengan Menlu Rusia di Jenewa, Swiss. Pertemuan ini khusus untuk membahas lebih lanjut solusi diplomatik tersebut.
“Saya telah mengutus Menlu John Kerry untuk bertemu mitra Rusia-nya pada Kamis dan saya akan melanjutkan diskusi saya dengan Presiden Putin,” jelasnya.
Tidak hanya itu, demi mensukseskan upaya diplomatik, Obama juga telah berbicara dengan dua sekutu terdekatnya, Inggris dan Prancis.
“Kami akan bekerja sama dan berkonsultasi dengan Rusia dan China dalam rangka mengedepankan resolusi Dewan Keamanan PBB untuk mendorong Assad (Presiden Suriah) menyerahkan senjata kimianya dan menghancurkannya di bawah pengawasan internasioal,” terang Obama.
“Kami juga akan memberi kesempatan kepada tim inspeksi PBB untuk melaporkan temuan mereka tentang apa yang sebenarnya terjadi pada 21 Agustus,” imbuhnya.
Sebelumnya, Barack Obama meyakinkan publik AS untuk mendukung rencananya menyerang Suriah. Dalam pidatonya, Obama menjelaskan alasannya merencanakan aksi militer ke Suriah, yang ditentang oleh sebagian besar rakyat AS.
Obama menyatakan, bukanlah pilihan yang bijaksana bagi AS untuk tidak merespon serangan kimia pada 21 Agustus di dekat Damaskus, Suriah.
“Ketika diktator melakukan kejahatan, mereka bergantung pada cara pandang dunia terhadap mereka hingga gambar-gambar mengerikan itu bisa menghilang dari ingatan kita,” terang Obama dalam pidato di Gedung Putih AS, seperti dilansir AFP, Rabu
“Tapi hal semacam ini terjadi. Fakta tidak bisa disangkal. Pertanyaannya sekarang apakah yang dipersiapkan oleh Amerika Serikat dan dunia internasional terhadap hal tersebut,” jelas Obama.
“Karena apapun yang terjadi pada orang-orang itu, kepada anak-anak itu, bukan hanya sebuah pelanggaran hukum internasional, tapi juga membahayakan keamanan kita,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Obama mengaku paham bahwa pasca perang di Afghanistan dan Irak, banyak rakyat AS yang menentang keterlibatan AS dalam konflik internasional lainnya. Obama sendiri menegaskan, dirinya sebenarnya lebih memilih untuk mengakhiri perang, daripada memulai perang yang baru.
Namun Obama menyatakan, jika AS tidak bertindak maka senjata kimia akan digunakan lebih luas lagi, sehingga pelanggaran hukum internasional kembali terjadi. Obama menegaskan, jika nantinya aksi militer AS benar dilakukan, Assad akan benar-benar membayar mahal atas tindakan kejinya.
“Bahkan serangan terbatas akan mampu mengirimkan pesan kepada Assad bahwa tidak ada negara lain yang bisa melakukannya,” tegasnya.