close

Uje, sapaan akrab Jefri al-Buchori, ustad muda yang begitu akrab muncul di layar kaca itu kini memang telah tiada. Tapi Metro TV, Minggu malam, membukakan memori banyak orang ketika Alvin  memandu  sebuah acara “Selamat Jalan Ustaz.”  Ada Mia, Eddies  dan Rudy Ceper di studio. Ada Aswan Faisal, sang abang dan  Pipiek, sang istri,  dan sekelompok ustaz di rumahnya.

Metro, lewat Alvin, menyambungkan dua tempat ini dalam satu kenangan bagaimana Uje “hadir, usai insiden kecelakaan tunggal dari atas motor gede menutup perjalanan ‘hitam putih’ kisah hidupnya.

Eddies , Mia dan Rudy Ceper mengisahkan butiran kecil kenangan yang bertaburan sepanjang ketiganya pernah bersama. Rasa kesetikawanannya, rasa sosialnya dan pertemanan yang erat. Kehangatannya mebangkitkan kegairahan pertemanan sempat menggulirkan air mata Alvin, Eddies, Mia dan Rudy Ceper. Air mata kerinduan, betapa ia menjalani rutinitas hidup sebagai seorang manusia bersahaja.

Banyak yang diceritakan Eddies hingga ia memutuskan berhijab. Bagiamana Rudy Ceper mengisahkan sepenggal kisah ketika mereka ditraktir Uje disebuah restoran. Rudy Ceper dan teman lainnya “makan besar.” Uje sendiri hanya makan tahu. Ia berteriak, khas Uje,”Saya traktir makan tahu kalian menyikat ayam.”

Itulah penggalan kisah yang sangat banyak selama mereka berteman. Bagaimana Eddies di 2011 dirayakan ulang tahunnya oleh Uje.  Semuanya lengkap. Kue ulang tahun dan semuanya.

Ketika Alvin menghubungkan pemirsa dengan rumah duka, dan Pipek mengisahkan bagaimana ia hadir sebagai seorang ayah, hampir semua orang menangis. Dan pemirsa juga menahan haru ketika sang istri mengisahkan hubungannya yang tidak selamanya mulus, menempatkan Uje sebagai suami yang paripurna.

Ia bisa marah dalam gurau, Bisa bikin canda yang memelaskan. Ia bisa berkata dengan pesan-pesan kematian. Pesan tentang keterbukaan hati. Pesan ketulusan. Yang dikatakan Pipiek kadang-kadanh harus diterima dengan kekuatan.

Selama masa hidupnya, pria yang akrab disapa Uje itu sempat mencicipi hitam putih kehidupan sebelum akhirnya dikenal sebagai dai kondang. Siapa sangka dia sebelum menjadi ustad dia sempat terjebak ke dalam dunia hitam.

Besar di keluarga yang taat agama, anak dari pasangan M.Ismail Modal dan Tatu Mulyana itu dididik secara disiplin untuk mendalami Islam. Saat masih duduk di sekolah dasar, ia pun sudah memperlihatkan tanda-tanda ‘kelebihannya’ di bidang agama. Saat kelas 5, Uje mengikuti MTQ, dan anak ketiga dari lima bersaudara ini berhasil meraih juara pertama.

Namun masa kelam dilaluinya ketika ia mulai masuk SMA di pesantren. Mengikuti arus pergaulan bebas, Uje sempat terjerembab dalam obat-obatan terlarang. Ia pun keluar dari pesantren dan berpindah-pindah sekolah. Namun, tetap Uje sering absen dan menghabiskan banyak waktunya di diskotek semalam suntuk.

Titik balik hidupnya muncul ketika ia pulang umroh dari Tanah Suci Mekah pada 1994. Pria kelahiran 12 April 1973 itu pun bertobat. Momen ketika ayahnya meninggal juga semakin menyadarkan Uje untuk kembali ke jalan yang benar. Kembali mendalami agama, ia pun perlahan merintis karier sebagai penceramah.

Selama menjadi pendakwah, karier suami dari Pipik Dian Irawati itu juga tak selalu mulus. Ia pernah ditolak mengisi ceramah di beberapa tempat karena masa lalunya sebagai pecandu narkoba.

Lambat laun, kepiawaian dan keluwesab Uje dalam berceramah mampu merangkul masyarakat dari banyak kalangan. Mulai dari anak-anak hingga ibu-ibu. Aktif menjadi pendakwah sejak 2000, Uje dikenal sebagai Ustad Gaul.

Sampai tahun 2013 ini, karir Uje sebagai pendakwah pun terus bersinar. Kepiawainnya dalam berinteraksi dengan anak muda dan lantunan suara merdunya ketika membawakan tembang rohani menjadi nilai tambah.

Sebelum tenar sebagai ustaz gaul, almarhum Jeffry Al Buchori atau Uje mendapat julukan “Si Bajing Luncat Ganteng” dari rekan-rekan satu sanggarnya, Teater Kawula Muda, pimpinan Aditya Gumay, pada era 1990-an.”Kami satu sanggar sama Uje di 1990, saat nari Bajing Luncat. Kalau tampil, dia merasa paling ganteng. Tapi, emang ganteng sih. Dia sampai dibilang Si Bajing Luncat Ganteng,” kenang Endar, salah seorang mantan teman seteater Uje..

“Tahun 1990 saya shooting bareng Uje. Waktu itu ada yang namanya Festival Sepekan Sinetron Remaja, kami main di sinetron Sayap Patah (TVRI). Saya sendiri jadi Prasetyo, adik Uje, sama Ratu Tria,” cerita Ian Arya, teman lain Uje dari teater yang sama.

Selama membintangi Sayap Patah, Ian mengaku mengenal sisi lain Uje. “Dia orangnya tengil, lucu, ngocol. Apa yang dia mau, harus diikuti,” lanjut Ian. “Tapi, enggak tahunya, dia dapat pemeran terbaik,” timpal Endar.

Kata Ian lagi, ketika sudah terkenal sebagai ustaz, Uje tetap bersikap tak jaim (jaga image). “Kalau sama kami-kami ini, Uje orangnya enggak jaim. Dia selalu pengin main bareng, gila-gilaan. Tapi, ternyata, takut ada ibu-ibu yang kenal, jadi dia harus nyamar,” tutur Ian. “Kami biasa makan bakso bareng di trotoar, meskipun dia sudah jadi ustaz,” tambah Shinta Tania, yang juga mantan rekan seteater Uje.

Khusus Ian, ia selalu ingat pesan yang acap kali disampaikan oleh Uje ketika mereka bertemu. “Dia ajarin kami yang anak rantau untuk tidak cengeng menjalani hidup. Kalau ada teman yang seperti saya belum nikah, selalu ada pesan yang dia sampaikan.

“Saya benar-benar berdoa untuk sahabat saya Ustaz Jeffry, dan saya berdoa untuk keluarganya, Mbak Pipik, semoga kuat mengarungi kehidupan ke depannya,” ucap Nola Akmal, yang juga teman teaternya dulu.

Uje dikenang sebagai seorang penceramah dengan gaya yang unik dan orisinal. Selain itu, Uje juga termasuk pendakwah muda yang tidak munafik dan dekat dengan siapa pun. Setidaknya, hal itu yang tebersit di benak artis sekaligus politisi Partai Golkar, Nurul Arifin.

“Saya senang sama Uje karena gayanya yang unik dan orisinal. Tausiah bahasanya sangat egaliter dan mudah dimengerti, juga tidak sombong, diterima semua anak muda, anak gaul,” ujar Nurul.

Nurul terakhir kali bertemu dengan Uje tahun lalu saat melaksanakan umrah bersama. Nurul juga pernah membintangi film bersama Uje. “Selama kerja bersama, dia humble dan tidak munafik. Saya sangat menyesalkan kepergiannya yang begitu dini,” kata Nurul.

Tags : slide